SOLOPOS.COM - Ilustrasi menghitung uang. (JIBI/Solopos/Dok.)

Belanja daerah Boyolali menyisakan sisa lebih pembiayaan anggaran yang cukup besar.

Solopos.com, BOYOLALI—Sisa lebih pembiayaan anggaran (silpa) pada ABPD Boyolali tahun 2014 meningkat drastis dibandingkan angka silpa pada APBD tahun 2013.

Promosi Jalur Mudik Pantura Jawa Makin Adem Berkat Trembesi

Dari data yang diterima Espos, silpa pada APBD 2014 mencapai Rp162,441 miliar jauh lebih tinggi dari pada silpa tahun 2013 yang hanya Rp118,136 miliar. Tinginya nilai silpa APBD 2014 paling banyak disumbang pos belanja pegawai. Dari perencanaan belanja pegawai 2014 yang mencapai Rp1,020 triliun, hanya terserap Rp952,504 miliar sehingga ada anggaran yang tidak terserap senilai Rp68,299 miliar.

Setelah belanja pegawai, serapan pada pos belanja barang juga kurang maksimal. Dari perencanaan senilai Rp213,474 miliar, hanya terserap Rp182,777 miliar sehingga ada nilai anggaran yang tidak terserap Rp30,696 miliar.

Peningkatan nilai silpa ini menjadi sorotan. Kalangan legislatif mengindikasikan pengelolaan keuangan daerah tidak efektif. “Ini menandakan perencanaan dan pelaksanaan APBD yang tidak maksimal. Kondisi ini nampak ironis di tengah banyaknya fasilitas publik yang masih dalam kondisi memprihatinkan terutama jalan yang rusak hampir di semua ruas jalan kabupaten,” papar Wakil Ketua DPRD Boyolali, Tugiman B.Semita, kepada solopos.com, Rabu (17/6/2015).

Menurut Tugiman, Bupati harus mengevaluasi kinerja sejumlah satuan kerja perangkat daerah (SKPD) yang dinilai tidak mampu bekerja optimal. “Terutama kemampuan manajerial kepala SKPD. Yang paling saya soroti adalah anggaran untuk pembangunan jalan. Dari anggaran Rp60 miliar hanya terealisasi Rp50 miliar dan ada silpa Rp10 miliar. Ini sangat mengerikan sehingga kami menduga ada yang tidak beres dalam perencanaannya,” kata Tugiman.

Ketua DPRD Boyolali, S.Paryanto, juga menyayangkan tingginya Silpa pada APBD 2014. Dia menduga ada perencanaan yang kurang tepat dalam penyusunan anggaran belanja.

“Kami juga kaget kenapa silpa bisa sampai melonjak hingga Rp162 miliar. Memang dari penjelasan Bupati [Seno Samodro] tadi, ada beberapa indikator yang menyebabkan silpa tinggi, antara lain efisiensi pengadaan barang serta banyaknya dana sertifikasi guru yang belum tersalurkan,” papar Paryanto.

Kalau silpa itu bersumber dari efisiensi pengadaan barang, menurut Paryanto itu wajar. “Tapi kok bisa sampai segitu? Ini yang jadi pertanyaan kami. Oleh karena itu laporan realisasi belanja dari Pak Bupati ini akan kami pelajari dulu.”

Bupati Seno Samodro menjelaskan silpa pada APBD 2014 senilai Rp162,441 miliar berasal dari surplus anggaran senilai Rp55,67 miliar dan pembiayaan netto senilai Rp106,768 miliar. “Laporan keuangan Kabupaten Boyolali sudah diaudit BPK [Badan Pemeriksa Keuangan] dan mendapat opini wajar tanpa pengecualian [WTP],” kata Seno.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya