SOLOPOS.COM - Ilustrasi tes untuk mendeteksi Covid-19. (Freepik.com)

Solopos.com, SOLO-Setelah kasus melandai, apakah tes Covid-19 masih diperlukan untuk mengurangi penularan?  Bagi sebagian orang, menjalani tes usap di hidung atau tenggorokan (swab test) untuk menguji terinfeksi atau tidak virus Corona telah menjadi hal yang rutin dan bahkan mengganggu.

Di sisi lain, seiring waktu, pejabat kesehatan di beberapa negara mulai mempertanyakan manfaat pengujian massal berulang kali dalam hal pengendalian infeksi, terutama mengingat biayanya yang mencapai miliaran. Simak ulasannya di info sehat kali ini.

Promosi Jalur Mudik Pantura Jawa Makin Adem Berkat Trembesi

Jadi, apakah tes Covid-19 masih diperlukan untuk mengurangi penularan? Jepang menghindari pengujian tes Covid-19 skala besar namun mengatasi pandemi dengan relatif baik, berdasarkan tingkat infeksi dan kematian. Negara-negara lain, termasuk Inggris dan Spanyol juga telah mengurangi pengujian. Namun, pengujian berulang di seluruh kota tetap menjadi bagian utama dari rencana “nol-Covid-19” di China.

“Kita perlu belajar, dan tidak ada yang melakukannya dengan sempurna,” kata pejabat Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) Dale Fisher seperti dikutip dari Medical Daily dan Antara, Minggu (22/5/2022).

Baca Juga: Syarat Perjalanan Wajib Tes Covid-19 Dihapus, Ini Penjelasan Luhut

WHO mendesak negara-negara untuk melakukan pengujian pada semua kasus yang dicurigai setelah virus Corona pertama kali terindentifikasi. Pengawasan global membantu para ilmuwan memahami risiko penyakit parah atau kematian serta risiko penularan.

Sekarang, menurut para ahli kesehatan, dengan dominasi varian Omicron yang dikatakan menyebabkan gejala relatif lebih ringan dan ketersediaan vaksin serta perawatan yang lebih efektif, pemerintah harus mempertimbangkan kebijakan yang lebih strategis, seperti pengambilan sampel populasi.

Sebenarnya, WHO tidak pernah merekomendasikan skrining massal individu tanpa gejala, seperti yang saat ini terjadi di China karena masalah biaya dan kurangnya data tentang keefektifannya.

Baca Juga: Apakah Tes Covid-19 Saat Sakit Flu Maka Hasilnya Pasti Positif Corona?

Satu studi di Denmark yang diterbitkan tahun lalu menyimpulkan, program pengujian dan isolasi dari kasus yang dikonfirmasi membantu mengurangi penularan hingga 25 persen.

Tetapi, pakar kesehatan mempertanyakan perkiraan tersebut. Sebuah tinjauan yang diterbitkan dalam Medical Virology pada akhir Maret lalu tentang penggunaan tes cepat untuk orang tanpa gejala dalam inisiatif skrining massal justru menemukan ketidakpastian atas dampaknya.

“Klaimnya [pengujian massal] akan menghentikan pandemi, dan itu akan memotong penularan hingga 90 persen. Dan ternyata tidak,” kata dosen senior di Bristol University Medical School, Angela Raffle.

Baca Juga: Cermati, Ini Saat Tepat untuk Melakukan Tes Covid-19

Ada beberapa kemungkinan penjelasan mengapa pengujian tidak menghasilkan manfaat yang lebih besar antara lain fakta tes tidak sempurna dan banyak orang yang tidak mau atau tidak dapat mengisolasi diri setelah dites positif.

Sebuah tinjauan di British Medical Journal kala pra-Omicron menemukan, hanya 42,5 persen dari pasien yang tinggal di rumah selama seluruh periode isolasi. Di Inggris, tes Covid-19 gratis saat ini hanya tersedia untuk petugas kesehatan pemerintah, mereka yang memiliki kondisi kesehatan tertentu, dan orang yang masuk rumah sakit.

Sementara bagi orang-orang dengan gejala harus membayar biaya tes atau hanya disarankan untuk tinggal di rumah sampai mereka merasa lebih baik. Profesor kesehatan global di McGill University di Kanada Madhu Pai, menilai ini akan menjadi bencana, karena orang-orang akan benar-benar lengah jika varian yang lebih berbahaya muncul.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya