Solopos.com, SOLO—Kenapa anak muda harus berpikir berkali-kali sebelum mengunggah konten yang menyuarakan keberagaman, khususnya keberagaman agama di media sosial (medsos)? Apa yang mereka khawatirkan? Kenapa mereka merasa lebih nyaman ketika mengunggah konten-konten ringan, yang tidak menyatakan sebuah sikap? Kenapa saat menyuarakan keberagaman, respons warganet tak selalu baik? Apakah membicarakan agama dan bentuk-bentuk toleransi adalah hal yang sensitif?
Permasalahan itulah yang dibahas dalam Diskusi Berseri bertajuk Kreatif Membuat Konten Medsos Keberagaman yang dipandu dua narasumber dari tim Stratcomms Harmoni, yaitu Dwikie Dewantoro dan Farah Putri, serta moderator dari Solopos Institute, Ayu Prawitasari. Kegiatan yang digelar dengan menggunakan aplikasi Zoom itu merupakan bagian dari Program Internalisasi Literasi Keberagaman Melalui Jurnalisme untuk Guru dan Siswa SMA/SMK di Soloraya yang diusung Solopos Institute.