SOLOPOS.COM - Panduan Informasi dan Inspirasi

<p><strong>Solopos.com, SOLO&mdash;</strong>Irama hip-hop bertempo cepat diputar di ruang terbuka di Muara Market, Jl. Lumbang Tobing, Pasar Legi, Kelurahan Setabelan, Kecamatan Banjarsari, <a href="http://soloraya.solopos.com/read/20180420/489/911554/komunitas-budaya-sepakat-tetap-jadikan-sriwedari-solo-ruang-publik" title="Komunitas Budaya Sepakat Tetap Jadikan Sriwedari Solo Ruang Publik">Solo</a>, Selasa (14/8/2018) malam.</p><p>Sekelompok anak muda memainkan gerakan <em>breakdanc</em>e mengikuti irama itu. <em>Handstand, toprock, downrock,</em> dan <em>powermove</em> digerakkan dengan begitu asyik. Keringat bercucuran dari dahi mereka.</p><p>Ya, anak-anak muda yang tergabung dalam Komunitas SOC Breaker itu telah setahun terakhir berlatih <em>breaking</em> di ruang kreasi tersebut. Dua kali sepekan mereka berkumpul saling adu kreasi tarian selama minimal dua jam.</p><p>&ldquo;Kami berlatih setiap Selasa dan Jumat. Entah akan ada kompetisi atau tidak kami tetap berkumpul untuk <em>b-boying. Breakdance</em> bagi kami bukan sekadar<a href="http://soloraya.solopos.com/read/20180614/489/922465/penampakan-power-rangers-atur-lalu-lintas-perempatan-museum-keris-solo" title="Penampakan Power Rangers Atur Lalu Lintas Perempatan Museum Keris Solo"> media berekspresi</a> tapi juga bercengkerama layaknya keluarga,&rdquo; ucap Daniel Revelino Arsono, salah satu b-boy Carbon Crew, yang ikut berlatih, Selasa.</p><p><img src="http://img.solopos.com/upload/img/Kru%20soc.breakin%20dotcom%202.jpg" width="600" height="400" alt="" /></p><p>Kepada <em>Solopos.com</em>, pemuda kelahiran 20 Mei 1993 itu mengaku menekuni gaya tarian jalanan itu sejak 2007 lalu. Kala itu, salah satu stasiun televisi swasta di Indonesia memiliki program acara bertajuk <em>Lets Dance</em>.</p><p>Acara tersebut merupakan kompetisi adu jago tari antar anak-anak muda. Di situlah, ia jatuh cinta lantaran menganggapnya keren.</p><p>Warga Perumnas Palur, Kecamatan Jaten, <a href="http://soloraya.solopos.com/read/20180820/494/935069/kali-pring-kuning-kemuning-karanganyar-dari-tempat-sampah-jadi-wisata-pemacu-adrenalin" title="Kali Pring Kuning Kemuning Karanganyar, Dari Tempat Sampah Jadi Wisata Pemacu Adrenalin">Karanganyar</a> itu menyebut untuk menghapal setiap gerakan <em>breakdance</em> butuh waktu yang enggak singkat. Kuncinya terus berlatih. Bahkan, gerakan-gerakan sulit seperti <em>footwork</em> yang memerlukan kombinasi apik antara tangan dan kaki, butuh waktu hingga sembilan bulan.</p><p>B-boy lain, Pranata Diki, 21, mengaku jatuh cinta pada breakdance karena bisa menyalurkan energi. Lewat tarian ini pula, Diki bisa berkompetisi sekaligus mengumpulkan pundi-pundi.</p><p><img src="http://img.solopos.com/upload/img/Kru%20soc.breakin%20dotcom%203.jpg" width="600" height="400" alt="" /></p><p>&ldquo;Sejak kelas 1 SMP saya sudah b-boying. Tahun-tahun sekitar 2007 sampai 2008 <em>breakdance</em> sangat digilai. Di trotoar pinggir jalan, di tepi lapangan basket banyak dijumpai<em> b-boy.</em> Tarian ini bahkan tak pernah absen jadi hiburan saat kompetisi basket,&rdquo; jelasnya.</p><p>Selain musik sebagai pengiring <em>breaking</em>, fesyen alias<em> wardrobe</em> menjadi elemen penting dalam<em> breakdance</em>. Kenyamanan menjadi poin utama untuk mendukung gerakan <em>breakdance</em> yang membutuhkan kelenturan.</p><p><strong>Risiko Cedera</strong></p><p>B-boy anggota Komunitas SOC Breakin, Thomas Satriapril, 16, mengatakan umumnya atasan yang dikenakan adalah yang menyerap keringat, sedangkan bawahannya bisa celana jins atau training. Setelan <em>workout</em>&nbsp; juga oke dan bisa dipakai. Untuk sepatu, <em>sneakers</em>&nbsp;pilihan utamanya.</p><p>&ldquo;Tambahan <em>outfit</em> bisa topi<em> beanie</em>, topi baseball dan sejenisnya. Ada juga yang memakai bandana agar rambutnya tidak menutup mata,&rdquo; jelas siswa SMK Negeri 5 Solo itu.</p><p>Hal lain yang tak kalah jadi perhatian dalam <em>breakdance</em> adalah risiko cedera. Keseleo alias cedera otot adalah kondisi yang kerap dialami <em>breaker</em>.</p><p><img src="http://img.solopos.com/upload/img/break%20dance%20moves%20chart%20dotcom.jpg" width="600" height="400" alt="" /></p><p>&ldquo;Sudah enggak terhitung berapa kali saya terkilir. Entah di kaki atau tangan. Kalau orang lain, saat kakinya terkilir pasti rehat. Tapi enggak buat saya. Saya malah latihan meski tetap mengurangi gerakan yang susah,&rdquo; ucap b-boy asal Kampung Bisis Kulon, Kelurahan Gilingan, Kecamatan Banjarsari, Solo, Yusuf Arlentha Putra, 18.</p><p>Meski berisiko cedera, para <em>breaker</em> mengaku sering latihan tak membuat usahanya sia-sia. Terlebih jika sukses memenangkan kompetisi atau bisa bergabung mengisi<a href="http://soloraya.solopos.com/read/20180812/489/933694/5-penampil-guncang-pre-event-sipa-2018-di-sgm-solo" title="5 Penampil Guncang Pre-Event SIPA 2018 di SGM Solo"> event besar</a>.</p><p>B-boy Christian Andriano Filipo Setiawan mengaku pernah memeriahkan Hari Tari Sedunia di Solo pada April 2018 lalu. &ldquo;Tari kontemporer berdampingan dengan tari tradisional rasanya enggak percaya. Tapi kami benar-benar ikut serta di salah satu<em> spot</em>,&rdquo; terang pemuda 18 tahun itu.</p>

Promosi Jalur Mudik Pantura Jawa Makin Adem Berkat Trembesi

Ekspedisi Mudik 2024
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya