SOLOPOS.COM - Ilustrasi kondisi ekonomi. (Bisnis-Dok.)

Solopos.com, JAKARTA — Badan Pusat Statistik (BPS) mengumumkan pertumbuhan ekonomi Indonesia pada kuartal III/2020 mencatatkan kontraksi atau minus 3,49% secara tahunan (year on year/yoy). Dengan ondisi ini, Indonesia resmi masuk ke jurang resesi ekonomi.

Artinya, dalam dua kuartal berturut-turut pertumbuhan produk domestik bruto (PDB) mencatatkan pertumbuhan negatif. Sebelumnya, pada kuartal II/2020, pertumbuhan ekonomi tercatat minus 5,32%. Ketika perekonomian masyarakat mulai mengalami kesulitan, ini juga berarti berpengaruh kepada perekonomian perusahaan, maupun pertumbuhan ekonomi Indonesia secara keseluruhan.

Promosi Mitsubishi XForce: Stylish untuk Wanita, Praktis buat Ibu Muda

Sebelum BPS mengumumkan data PDB, Presiden Joko Widodo telah memproyeksikan pertumbuhan ekonomi Indonesia pada kuartal III/2020 bakal minus 3% (yoy). Jokowi mengatakan Indonesia akan mengalami resesi ekonomi. Ramalan Presiden pun jadi kenyataan.

Jinny dan Lea Tampil Menawan di Teaser Comeback Secret Number

Lantas, apa sebenarnya resesi?

Dilansir dari The Economic Times, Kamis (5/11/2020), resesi adalah perlambatan atau kontraksi besar-besaran dalam kegiatan ekonomi. Penurunan pengeluaran yang signifikan umumnya mengarah pada resesi.

Ada beberapa indikator yang menunjukkan tanda-tanda resesi, misalnya banyaknya orang yang kehilangan pekerjaan, perusahaan menghasilkan lebih sedikit penjualan, terakhir pengeluaran (output) ekonomi negara secara keseluruhan turun. Titik di mana perekonomian secara resmi jatuh ke dalam resesi bergantung pada berbagai faktor, dikutip dari Forbes, Kamis (5/11/2020).

Pada 1974, ekonom Julius Shiskin membuat beberapa aturan praktis untuk mendefinisikan resesi. Poin paling populer adalah penurunan PDB selama dua kuartal berturut-turut. Ekonomi yang sehat berkembang dari waktu ke waktu, sehingga jika dua kuartal berturut-turut produksi yang menyusut menunjukkan ada masalah mendasar yang serius. Definisi ini menjadi standar umum resesi selama bertahun-tahun.

Rencana Petualangan Sherina 2 Diumumkan, Baru Tayang Akhir 2021

Biro Riset Ekonomi Amerika Serikat (NBER) diakui sebagai otoritas yang menentukan tanggal mulai dan berakhirnya resesi AS. NBER memiliki definisi sendiri tentang apa yang merupakan resesi ini, yaitu penurunan signifikan dalam aktivitas ekonomi yang tersebar di seluruh perekonomian, berlangsung lebih dari beberapa bulan, biasanya terlihat dalam PDB riil, lapangan kerja, produksi industri, dan penjualan grosir-eceran.

Definisi NBER lebih fleksibel daripada aturan Shiskin untuk menentukan apa itu resesi. "Misalnya virus Covid-19 berpotensi menciptakan resesi berbentuk W, di mana ekonomi ini jatuh pada kuartal pertama, mulai tumbuh lalu turun lagi di masa depan. Ini tidak akan menjadi resesi menurut aturan Shiskin tetapi bisa menjadi resesi jika menggunakan definisi NBER," tulis Forbes.

Resesi disebabkan oleh banyak hal mulai dari guncangan ekonomi secara tiba-tiba hingga inflasi ini tidak terkendali. Berikut fenomena umum yang menyebabkan terjadinya resesi:

Pas Ditonton Saat Halloween, Ini Rekomendasi 6 Film Horror Thailand

1. Guncangan Ekonomi Secara Tiba-Tiba

Maksudnya, masalah kejutan yang menimbulkan kerusakan finansial yang serius. Salah satu contohnya wabah virus Covid-19 yang mematikan ekonomi di seluruh dunia.

2. Hutang yang Berlebihan

Ketika individu atau bisnis memiliki terlalu banyak hutang, biaya untuk membayar hutang dapat meningkat ke titik dimana mereka tidak dapat membayar tagihan mereka. Meningkatnya hutang dan kebangkrutan kemudian dapat membalikkan perekonomian.

The Penthouse, Drama Baru Kehidupan Mewah Wanita Dewasa Korea

3. Gelembung Aset

Ketika keputusan investasi di dorong oleh emosi, hasil ekonomi yang buruk akan segera terjadi. Investor bisa menjadi terlalu optimis jika perekonomian kuat.

Mantan ketua The Fed Alan Greenspan terkenal menyebut kecenderungan ini sebagai "kegembiraan irasional" dalam menggambarkan keuntungan besar di pasar saham pada akhir 1990-an. Kegembiraan irasional menggembungkan pasar saham atau gelembung real estat. Ketika gelembung itu meletus, panic selling dapat menghancurkan pasar sehingga menyebabkan resesi.

Gli, Kucing Kesayangan Hagia Sophia Turki Sakit, Doa Terpanjat baginya

4. Inflasi Terlalu Tinggi

Inflasi adalah tren harga yang stabil dan naik dari waktu ke waktu. Inflasi bukanlah hal yang buruk, tetapi inflasi yang berlebihan adalah fenomena yang berbahaya.

Bank Central AS bisa mengendalikan inflasi dengan menaikkan suku bunga, dan suku bunga yang lebih tinggi menekan aktivitas ekonomi.

Mobil Sedan Tabrakkan Diri ke Masjidil Haram, Bagaimana Kejelasannya?

5. Deflasi Berlebihan

Meskipun inflasi yang tak terkendali dapat menyebabkan resesi, deflasi bisa menjadi lebih buruk. Deflasi adalah saat harga turun dari waktu ke waktu, yang menyebabkan upah menyusut, yang selanjutnya menekan harga. Ketika lingkaran umpan balik deflasi lepas kendali, orang dan bisnis berhenti mengeluarkan uang sehingga merusak ekonomi.

Sayangnya, Bank Central AS dan ekonom hanya memiliki sedikit alat untuk memperbaiki masalah mendasar yang menyebabkan deflasi. Perjuangan Jepang dengan deflasi hampir sepanjang tahun 1990-an menyebabkan resesi yang parah di negara tersebut.



Beda 17 Tahun, Ciuman Lee Do-hyun dan Kim Ha-neul di 18 Again Dikecam

6. Perubahan Teknologi

Penemuan baru dapat meningkatkan produktivitas dan membantu perekonomian dalam jangka panjang. Namun, kemungkinan ada periode penyesuaian jangka pendek untuk terobosan teknologi.

Pada abad ke-19, ada gelombang peningkatan teknologi hemat tenanga kerja. Revolusi Industri membuat seluruh profesi menjadi usang, memicu resesi dan masa-masa sulit. Saat ini beberapa ekonom khawatir bahwa Artificial Intellegence (AI) dan robot dapat menyebabkan resesi lantaran pekerja kehilangan mata pencarian.

KLIK dan LIKE untuk lebih banyak berita Solopos

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya