SOLOPOS.COM - Dosen Program Studi Keris Institut Seni Indonesia (ISI) Solo Basuki Teguh Yuwono, 37, menunjukkan Anugerah Kebudayaan Tahun 2013 di Solo, Kamis (26/12/2013). (Mahardini Nur Afifah/JIBI/Solopos)

Solopos.com, SOLO — Konsistensi anggota staf pengajar Program Studi Keris Institut Seni Indonesia (ISI) Solo Basuki Teguh Yuwono, 37, di bidang keris atau tosan aji berbuah manis. Pemilik Museum Keris dan Fosil Brojobuwono di Wonosari, Karanganyar ini, menerima penghargaan sebagai Pelestari dan Pengembang Warisan Budaya di ajang Anugerah Kebudayaan Tahun 2013.

Pemberian penghargaan dilaksanakan Direktur Jenderal Kebudayaan Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan (Dirjen Kemendikbud) di Jakarta pada akhir November lalu. Penghargaan ini diberikan kepada 45 tokoh seniman dan budayawan yang menjadi penanda penting dalam sejarah kebudayaan Indonesia. Untuk penghargaan kategori Pelestari dan Pengembang Warisan Budaya, Basuki menjadi penerima penghargaan termuda.

Promosi Mitsubishi XForce: Stylish untuk Wanita, Praktis buat Ibu Muda

Sejumlah penerima penghargaan lain dalam kategori tersebut antara lain Adolf Hueken (sejarawan, peneliti dan penulis sejarah Batavia), Ayu Sutarto (penulis, peneliti, pengajar kebudayaan), Banius Petrus Piter Lengkong (seni ukir dan patung tradisional Dayak), dan Budi Vrihaspathi (pelestari adat, aksara, budaya Kerinci).

Selain itu, Dirjen Kemendikbud juga memberikan penghargaan kepada Djaduk Ferianto (pelestari dan pembaharu musik tradisional), Mudjiono (seni pedalangan), Murdijati Gardjito (peneliti dan pelestari kuliner tradisional), Pujianto Kasidi (pelukis dan dalang wayang beber), dan Puti Reno Raudha (seni teater dan sastra).

Basuki kepada wartawan di Omah Gentong, Colomadu, Karanganyar, Kamis (26/12), berbagi cerita mengenai penghargaan yang diterimanya tersebut. “Kira-kira September lalu kami dapat info menjadi kandidat nominasi. Panitia kemudian meminta kelengkapan data profil, hasil riset, dan karya saya. Akhir September lalu kami dikontak lagi untuk diberi tahu mengenai penerimaan penghargaan ini,” terang Basuki.

Basuki mengaku cukup terkejut ketika dinobatkan menjadi salah satu penerima penghargaan dalam kategori Pelestari dan Pengembang Warisan Budaya. “Kaget juga menerima penghargaan ini, karena yang lain usianya sudah sepuh, saya jadi yang paling muda di situ,” katanya.

Dia mengungkapkan salah satu konsep pelestarian keris hasil penelaahannya berbeda dengan konsep konvensional. “Banyak anggapan karya keris yang lestari itu yang bisa terus eksis sepanjang zaman. Tapi saya punya pendapat lain, karya yang sesuai konsep pelestarian itu harus bisa terus menginspirasi dan bisa melahirkan karya baru,” tandasnya.

Selepas menerima penghargaan dari Dirjen Kemendikbud, Basuki dipercaya mengisi pelatihan dan seminar pembuatan dan pengetahuan keris Indonesia di Meksiko, pertengahan Desember lalu.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya