Solopos.com, JAKARTA — Pengguna Twitter yang juga seorang dokter, Andi Khomeini Takdir, Selasa (15/9/2020) malam, menggunggah video antrean ambulans masuk Rumah Sakit darurat Peanggulangan Covid-19 Wisma Atlet, Kemayoran, Jakarta lewat akunnya @dr_koko28.
Unggahan di media sosial itu kontan ramai karena viral alias menyebar bak virus di antara sesama pengguna medsos Tanah Air. Dalam sekitar tiga jam setelah waktu unggahan sekitar pukul 22.30 WIB, video berdurasi 29 detik itu sudah ditonton 101.200 kali.
Promosi Mitsubishi XForce: Stylish untuk Wanita, Praktis buat Ibu Muda
Dibela 10X Entertaiment, Netizen Ragukan Kim Woo-Jin
Maklum saja, kontroversi yang digemakan para insan politis Indonesia terkait penetapan Pembatasan Sosial Berskala Besar (PSBB) membuat warga tergerak untuk mencermati apapun yang terjadi di Jakarta.
Andi menambahkan keterangan bahwa kejadian antrean ambulans yang membawa pasien Covid-19 di video tersebut terjadi, Selasa malam.
Cari Ruang Perawatan
Ambulans ngantri masuk RSDC Wisma Atlet. Malam ini.
...dan banyak yang nyari ruang perawatan intensif. Yang sehat tolong jaga diri. Yang sakit kita doakan agar segera pulih.
Episode ini bukanlah episode yang mudah bagi kita sebagai sebuah bangsa. Tapi inilah waktu kita bersatu. pic.twitter.com/qryy7puXs6
— dr. Andi Khomeini Takdir (@dr_koko28) September 15, 2020
"Ambulans ngantri masuk RSDC Wisma Atlet malam ini. Dan banyak yang nyari ruang perawatan intensif. Yang sehat tolong jaga diri. Yang sakit kita doakan agar segera pulih," cuit Andi.
Sementara itu, berdasarkan pemberitaan di sejumlah media, pihak Wisma Atlet memberikan penjelasan bahwa antrean tersebut adalah untuk pendaftaran IGD pasien Covid-19 dengan gejala ringan-sedang.
Pelan-Pelan Saja Bicara Biar Partikel Corona Tak Tersebar!
Meski tak menampik soal adanya atrean ambulans, pihak Wisma Atlet menyatakan bahwa antrean itu terjadi. Namun, tukasnya, antrean bukan disebabkan tidak adanya ruangan kamar atau kondisi RSD Wisma Atlet yang terlalu penuh.
Pada kenyataannya, antrean tak dapat dihindarkan karena banyaknya pasien yang datang di waktu yang bersamaan. Padahal, katanya, pasien perlu waktu untuk melakukan pendaftaran hingga mendapatkan ruang isolasi.