SOLOPOS.COM - Ribuan pedagang Sunday Market Manahan Solo, Sabtu (20/8/2016), antre daftar ulang di Gelanggang Bung Karno Manahan. (Burhan AN/JIBI/Solopos)

PKL Sunday Market Manahan Solo Sabtu (20/8/2016) melakukan daftar ulang agar bisa berjualan.

Solopos.com, SOLO — Ribuan pedagang kaki lima (PKL) Solo yang biasa mangkal di Sunday Market Manahan Solo melakukan daftar ulang pada Sabtu (20/8/2016). Hingga Sabtu petang berita ini ditulis proses daftar ulang belum selesai. Ratusan PKL masih antre.

Promosi Selamat! Direktur Utama Pegadaian Raih Penghargaan Best 50 CEO 2024

Pendataan ulang PKL belum rampung hingga Sabtu (20/8) petang. Pedagang yang tidak mendaftar ulang terancam tidak dapat berjualan. Sejak pukul 08.00 WIB, seribuan PKL menyemut di Gelanggang Bung Karno untuk pendataan ulang. Hingga pukul 17.55 WIB, baru ada sekitar 746 PKL yang mendaftar ulang dari total 1.539 pedagang.

PKL yang telah didata mendapat nomor kapling untuk kemudian ditukar dengan nomor penempatan di zona jualan masing-masing.

Seorang PKL kuliner, Eko Prasetya, harus gigit jari karena tidak terdaftar di data Pemkot. Padahal Eko sudah menunggu daftar ulang dari pukul 09.00 WIB hingga 19.30 WIB. “Ternyata saya tidak terdaftar jadi tidak dipanggil-panggil. Saya enggak tahu pendataannya seperti apa. Di deretan sekitar saya, cuma saya dan satu pedagang lain yang enggak terdata. Padahal saya rutin berjualan,” tuturnya.

Saat pembagian nomor penempatan, sejumlah PKL sambat karena area jualannya menyusut. “Dua meter persegi itu mau majang apa? Pasang eyup-eyup (peneduh) aja susah,” ujar Maryono, 45, pedagang pakaian sambil geleng-geleng.

Maryono mendapat lokasi baru di kawasan sekeliling velodrom Manahan seusai penataan. Sebelumnya, dia berjualan di dekat stadion dengan luas lahan 5 m2. Maryono mengaku belum berniat membuka lapak pada Minggu (21/8) meski sudah diizinkan Pemkot.

Selain minimnya lahan, dia menilai belum banyak warga yang tahu pembukaan kembali Sunday Market. “Kelihatannya masih libur dulu,” ujar warga Delanggu, Klaten itu kepada Solopos.com.

Pedagang kuliner lesehan, Sri Suwarni, 42, mengatakan lahan jualannya menyusut 6 m2 setelah penataan. Menurut Sri, lahan 2 m2 yang diberikan hanya cukup untuk menempatan dhasaran atau gerobak jualan.

Kepala DPP, Subagiyo, mengatakan area jualan menyesuaikan kebutuhan dan lokasi dengan maksimal luasan 6 m2 per PKL. Subagiyo meminta PKL memahami kebijakan penataan yang bertujuan memberi ruang proporsional bagi perdagangan dan olahraga. “PKL-nya banyak, lahan jualannya terbatas. Kami harap PKL mengerti.”

 

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya