SOLOPOS.COM - Infografis Long Covid-19 (Solopos/Whisnupaksa)

Solopos.com, SOLO--Pasien yang sembuh dari Covid-19 beberapa di antaranya masih merasakan gejala dirasakan seperti saat sakit. Gejala itu seperti kelelahan kronis, sesak napas, berdebar-debar, nyeri sendiri dan otot, hingga gangguan psikologis. Padahal, hasil tes swab-nya menunjukkan negatif.

Seperti yang dialami salah seorang penyintas Covid-19, Nurcahyo Adi. Seusia dinyatakan sembuh, ia merasakan kelelahan selama 1-2 hari. Ia seperti tak memiliki banyak tenaga. Bahkan, ia kesulitan menaiki tangga mobil yang menurutnya tak terlalu tinggi itu.

Promosi BRI Cetak Laba Rp15,98 Triliun, ke Depan Lebih Fokus Hadapi Tantangan Domestik

Nurcahyo lalu berusaha melatih dirinya kembali untuk berolahraga ringan. Ia berjalan di treadmill dengan kecepatan 5 kilometer per jam selama sejam setiap hari. Ia juga rajin berjemur.

“Awalnya saya naik tangga, saya enggak kuat. Tapi sekarang saya bisa naik tangga 2-3 lantai dalam kurun waktu 2 pekan lebih saya sudah kembali normal,” kata dia, dalam talkshow virtual yang digelar Satgas Covid-19 di Jakarta, Kamis (3/12/2020).

Saat Tahu Wanita Lain Tertarik Pada Pasangan Anda, Sebaiknya Lakukan Hal Ini

Long Covid bukan terjadi akibat virus yang tersisa di tubuh. Ia merupakan sequelae atau gejala sisa. Awalnya, fenomena ini kerap disebut sebagai post covid syndrom atau chronic covid. Kemudian, difamiliarkan dengan istilah long Covid termasuk salah satunya WHO.

Long covid merupakan suatu kondisi gejala yang muncul pada pasien sembuh Covid-19 yang sudah negatif hasil tes swab-nya. Gejala ini bisa muncul beberapa pekan, bulan, hingga menetap. Gejala yang timbul bervariasi mulai dari kelelahan kronis, sesak napas, berdebar-debar, nyeri sendi dan otot, hingga gangguan psikologis.

“Terjadi akibat proses ketika sakit menimbulkan kelainan secara anatomik dan mempengaruhi secara fungsional. Misalnya paru-paru mengalami fibrosis atau kekakuan. Akibatnya oksigen tidak bisa masuk. Keluhannya napasnya berat,” kata Ketua Perhimpunan Dokter Paru Indonesia, dr. Agus Dwi Susanto.

Long Covid bisa terjadi hampir kepada semua populasi. Namun, ada kelompok-kelompok dengan risiko lebih tinggi seperti pasien dengan komorbid, orang lanjut usia, atau orang-orang dengan kebiasaan merokok. Bahkan, beberapa laporan menunjukkan orang tidak memiliki komorbid bisa muncul long Covid.

“Sampai saat ini belum ada riset besar seberapa persen long covid ini reversible. Saya punya pasien ada yang irreversible dan reversible. Ada yang setelah sembuh dan pengobatan sequelae setelah 3 bulan fungsi paru naik 48 persen menjadi 78 persen. Tapi belum normal, normalnya di atas 80 persen. Ada juga yang sempurna,” ujar dia.

Jangan Asal Beli, Perhatikan Ini Saat Beli Roti Tawar

Tiga Prinsip Dasar

Ketua Perhimpunan Dokter Spesialis Kardiovaskular Indonesia, dr. Isman Firdaus, mengatakan Covid-19 memiliki tiga prinsip dasar yakni hypoxia, peradangan, dan trombosis. Fase peradangan di paru-paru menyebabkan kadar oksigen darah berkurang atau hypoxia. Hypoxia menyebabkan cedera pada jantung dan memicu pompa jantung menurun.

Hypoxia juga menyebabkan pembuluh darah menyusut terutama di paru-paru. Dampaknya kerja jantung kanan berkurang. Pada pasien memiliki faktor risiko seperti kencing manis, hipertensi, kolesterol dan memiliki riwayat keluarga akan mempercepat proses pembekuan darah.

“Paling sering gejala kardiovaskular itu nyeri dada, sesak napas. Kalau misalkan naik tangga sesak, istirahat lalu enakan. Bisa dicek dengan meraba nadi sendiri. Kalau di atas 100 kali per menit atau degup tidak teratur selama 15 detik,” kata Isman.

Hingga kini, belum ada laporan terkait long Covid terhadap penyakit jantung. Meski seorang pasien Covid-19 dinyatakan sembuh, tentunya dia masih harus mengonsumsi obat untuk sakit jantungnya.

Proses Pemulihan

Untuk mengatasi long Covid termasuk umumnya ketika sembuh dari sakit, seseorang dianjurkan melakukan mobilisasi cepat untuk proses pemulihan kondisi tubuh. Caranya dengan memulai aktivitas perlahan-lahan dari duduk ke berdiri, berdiri ke jalan, jalan ke jogging dan seterusnya.

“Di rumah lakukan exercise aerobik. Stres bikin beban jantung berat. Jadi pengaruhnya banyak. Kalau makanan, harus empat sehat lima sempurna. Yang merokok harus stop merokok karena bisa reinfeksi covid dan memperburuknya,” tutur Isman.

Tak hanya itu, hingga kini belum ada laporan kerusakan otot jantung akibat serangan virus. Kerusakan otot jantung umumnya terjadi akibat peradangan yang bisa dideteksi menggunakan MRI dan lainnya. Jika peradangan berlangsung lama dan tidak diatasi menimbulkan kerusakan otot jantung.

Otot jantung yang semula banyak berkurang dan diisi oleh jaringan ikat di jantung. Hal ini mengakibatkan pompa jantung menurun dan terjadi gagal jantung. Apabila gagal jantung, seseorang harus mengonsumsi obat jangka panjang atau seumur hidup.

“Cara mencegahnya sederhana, kalau bisa jangan kena Covid. Caranya dengan memakai masker, menjaga jarak dan menghindari kerumunan, dan mencuci tangan pakai sabun dan air mengalir,” kata Isman.

Agus menambahkan vaksin tidak secara langsung bisa mencegah seseorang terjadi long Covid. Sebab, vaksin berfungsi mencegah seseorang terpapar penyakit tertentu misalnya Covid-19 karena memiliki imunitas terhadap virus SARS-Cov-2. “Kalau tidak terinfeksi, dia tidak ada punya long covid. Kalau terinfeksi, artinya masih ada peluang terjadi long Covid,” imbuh Agus.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya