SOLOPOS.COM - Perwakilan pemerintah desa yang tergabung dalam Desa Paseduluran dipertemukan di selter Desa Kebondalem Lor, Kecamatan Prambanan, Klaten, Jateng Senin (13/7/2020). (Solopos/Taufiq Sidik Prakoso)

Solopos.com, KLATEN – Perwakilan dari desa-desa di lereng Gunung Merapi di Kabupaten Klaten, Jawa Tengah yang tergabung dalam Desa Paseduluran dipertemukan untuk sinkronisasi data. Hal itu dilakukan untuk persiapan ketika sewaktu-waktu terjadi erupsi Gunung Merapi dan terjadi gelombang pengungsi di wilayah Klaten.

Konsep Desa Paseduluran dikembangkan untuk antisipasi pengungsi yang berdatangan ketika terjadi erupsi Gunung Merapi. Di Kabupaten Klaten, ada 13 desa asal pengungsi yang seluruhnya dari Kecamatan Kemalang serta 26 desa penerima pengungsi yang merupakan desa-desa di sekitar selter pengungsian.

Promosi Jalur Mudik Pantura Jawa Makin Adem Berkat Trembesi

Ada tiga selter pengungsian di Klaten, yakni selter pengungsian di Desa Kebondalem Lor, Kecamatan Prambanan; selter pengungsian di Desa Menden, Kecamatan Kebonarum; serta selter pengungsian di Desa Demakijo, Kecamatan Karangnongko.

Samsung Galaxy Note 20 Bakal Lebih Murah Dibanding Note 10

Pertemuan perwakilan desa yang tergabung dalam Desa Paseduluran itu mulai dilakukan Senin (13/7/2020). Di selter Kebondalem Lor, desa-desa dengan jalur evakuasi di sisi barat atau menuju selter pengungsian di Kebondalem Lor di pertemukan.

Desa Paseduluran di sisi barat meliputi Desa Bawukan, Kecamatan Kemalang (desa asal) dengan Desa Brajan, Kecamatan Prambanan (desa penerima). Desa Talun, Kecamatan Kemalang (desa asal) dengan Desa Joho dan Randusari, Kecamatan Prambanan (desa penerima).

Desa Panggang, Kecamatan Kemalang sebagai desa asal dengan Desa Bugisan, Kecamatan Prambanan sebagai desa penerima. Selain itu, ada Desa Balerante, Kecamatan Kemalang (desa asal) dengan Desa Kebondalem Lor, Kecamatan Prambanan (desa penerima).

Covid-19

Kasi Kesiapsiagaan Bidang Kesiapsiagaan dan dan Pencegahan BPBD Klaten, Puguh Hargo Wibowo, mengatakan koordinasi antardesa yang tergabung dalam Desa Paseduluran sudah intensif dilakukan.

Hanya saja, koordinasi antardesa itu dilakukan ketika kondisi normal atau sebelum ada pandemi Covid-19.

"Sebenarnya koordinasi ini sudah dilakukan. Namun, karena ada kondisi pandemi Covid-19 sehingga perlu dilakukan persamaan kapasitas kembali," kata Puguh saat ditemui di selter Kebondalem Lor, Senin.

Puguh menjelaskan ketika menyesuaikan protokol Covid-19, kapasitas tempat yang disiapkan untuk pengungsian di Klaten ketika ada erupsi Merapi bakal berkurang. Pasalnya, dengan protokol kesehatan menjaga jarak, kapasitas selter yang sebelumnya bisa menampung pengungsi hampir 200 orang menjadi hanya mampu menampung sekitar 100 orang.

Begitu pula dengan tempat-tempat pengungsian yang disiapkan di desa penerima dalam konsep Desa Paseduluran. Kapasitas tempat yang disiapkan dimungkinkan berkurang separuh sehingga perlu dicarikan tempat lain agar seluruh potensi pengungsi bisa tertampung, terutama kelompok rentan seperti ibu hamil, anak-anak, lansia, dan difabel.

"Bisa saja nanti jumlah desa penerima itu bertambah. Makanya, ini fasilitas untuk dipertemukan dan dicarikan solusinya," kata Puguh.

Lebih lanjut, Puguh menuturkan pertemuan antardesa dalam konsep Desa Paseduluran itu tak hanya dilakukan di sisi barat. Pertemuan juga dilakukan ke Desa Paseduluran yang berada pada jalur evakuasi sisi tengah menuju selter Menden serta timur menuju selter Demakijo.

Kepala Desa Bugisan, Heru Nugroho, mengatakan selama ini sudah kerap berkoordinasi dengan Desa Panggang sebagai desa asal. Tokoh masyarakat di kedua desa sudah saling berkunjung ke masing-masing desa.

Selama ini, tempat-tempat yang disiapkan di Bugisan untuk menampung gelombang pengungsi dari Panggang seperti balai desa, bekas gedung SD, balai RW, serta fasilitas umum lainnya yang ada di Bugisan. Lokasi penampungan ternak pengungsi juga disiapkan di tanah bank sampah serta lapangan.

Lantaran ada pandemi Covid-19, pertemuan kembali dilakukan untuk mencocokkan data serta memetakan kembali potensi tempat pengungsian lainnya.

"Yang jelas kalau tidak ada Covid-19 Bugisan bisa menampung 1.600 warga dari Panggang. Karena ada Covid-19, kemampuan menampung menjadi 1.005 orang. Untuk kekurangan kapasitas rencananya Kepala Desa Panggang diantar ke Desa Kokosan untuk berkoordinasi," kata Heru.

Persiapan Pemkab Klaten

Sementara itu, Sekretaris Daerah (Sekda) Klaten, Jaka Sawaldi, mengatakan persiapan untuk antisipasi gelombang pengungsi akibat peningkatan aktivitas Merapi terus dilakukan.

"Kalau di atas [daerah rawan terdampak erupsi] sudah berulang kali dilakukan sosialiasi. Saat ini, kami mempersiapkan di bawah tanpa mengusik yang ada di atas," urai dia.

Hari Ini Dalam Sejarah: 13 Juli 587, Yerusalem Direbut dari Yehuda

Saat ini, fokus persiapan dilakukan salah satunya pada sisi kesiapan tempat penampungan pengungsi. Hal itu dilakukan untuk memastikan tempat-tempat pengungsian yang disiapkan mampu menampung gelombang pengungsi erupsi Merapi di Klaten serta sudah memenuhi protokol kesehatan pencegahan Covid-19.

Selain itu, Jaka mengatakan segera dilakukan penambahan rambu-rambu jalur evakuasi. Hal itu terutama di jalur evakuasi alternatif yang sudah disiapkan warga di daerah-daerah rawan terdampak erupsi. Jalur evakuasi alternatif disiapkan menyusul kerusakan parah jalur evakuasi utama.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya