SOLOPOS.COM - Ilustrasi proses hujan buatan (JIBI/SOLOPOS/Dok)

Solopos.com, SEMARANGBadan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Provinsi Jawa Tengah (Jateng) menyiapkan skema modifikasi cuaca guna menghadapi musim kemarau kering yang diprediksi mulai berlangsung April 2023.

Langkah ini diambil sebagai antisipasi prediksi El Nino dari Badan Meteologi Klimatilogi dan Geofisika (BMKG) Stasiun Klimatologi Ahmad Yani Semarang, Senin (13/3/2023) lalu.

Promosi Kirana Plus, Asuransi Proteksi Jiwa Inovasi Layanan Terbaru BRI dan BRI Life

Kabid Penanganan Darurat BPBD Jateng, Dikki Ruli Perkasa, membenarkan bila kemarau tahun ini bakal normal atau lebih kering dibandingkan tiga tahun sebelumnya. Oleh karena itu, modifikasi cuaca akan kembali digunakan dalam mengatasi kekeringan tahun ini.

“Apabila nanti ada warga yang daerahnya mengalami kekeringan parah, kami akan gunakan teknologi modifikasi cuaca,” kata Dikki kepada Solopos.com, Rabu (22/3/2023).

Dikki menjelaskan, teknologi modifikasi cuaca pada dasarnya tak hanya diperuntukan untuk menggeser awan hujan. Namun, juga bisa dilakukan sebaliknya, yaitu mendatangkan hujan.

“Sebelumnya kan, modifikasi cuaca sering digunakan memecah awan di daerah yang rawan banjir. Nah ke depannya, modifikasi cuaca bakal diperuntukan mengumpulkan awan, membuat hujan. Jadi hujan itu, nantinya juga bisa dimanfaatkan untuk pengelolaan sumber daya air, untuk mengisi waduk,” jelasnya.

Kendati bakal ada modifikasi cuaca, imbuh Dikki, masyarakat maupun pemerintah daerah di 35 kabupaten/kota sedari awal diminta untuk mempersiapkan mitigasi bencana. Hal itu mulai dari pemetaan kecamatan yang rawan kekeringan hingga imbauan menyiapkan penampungan air.

“Karena ini dampaknya juga bisa ke sektor pertanian dan perternakan, maka air bersih sangat diperlukan. Nanti, BPBD setempat bakal menyediakan dropping kebutuhan air. Terus pemerintah setempat, akan memotret penampungan airnya. Untuk melihat kapasitasnya berapa, agar tahu langlah ke depannya. Masyarakat juga bisa mulai menampung [tandon] air hujan, mumpung masih peralihan musim. Ke depan bisa digunakan untuk menghemat air,” katanya.

Sekadar informasi, BPBD Jateng mengungkapkan musim kemarau 2023 ini bisa mengakibatkan empat hal, yaitu mulai dari bencana kekeringan, kebakaran hutan, acaman puso atau gagal panen, hingga mengganggu pasokan pakan ternak.

Saat ini, pihaknya pun mulai bergerak menyiapkan sejumlah skema dan kordinasi dengan sektor terkait untuk mengantisipasi ancaman-ancaman tersebut.

Diberitakan sebelumnya, Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika (BMKG) mengungkapkan musim kemarau tahun 2023 di Jateng bakal berbeda dengan musim kemarau di tiga tahun sebelumnya. Sebab, pada musim kemarau ini kondisi telah kembali normal atau bakal lebih kering dari periode 2020 hingga 2022.

“Secara umum, musim kemarau dimulai Mei. Tapi di Jateng, ada juga yang sudah berlangsung sejak April dan ada pula yang baru dimulai Juni. Saat kemarau nanti, sudah kembali normal [bukan kemarau basah],” ungkap Kepala Seksi Data dan Informasi Stasiun BMKG Klimatologi Semarang, Iis Widya Harmoko.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya