SOLOPOS.COM - Alun-alun Batang tempat berlangsungnya pasar malam yang digelar sebagai acara tradisi Kliwonan. (berita.batangkab.go.id)

Solopos.com, BATANG — Bagi sebagian masyarakat Jawa, malam Jumat Kliwon kerap dianggap sebagai malam yang keramat dan penuh dengan misteri. Namun tidak dengan masyarakat Kabupaten Batang, Jawa Tengah (Jateng), yang justru menyambut malam Jumat Kliwon dengan tradisi Kliwonan yang meriah.

Dikutip dari laman Internet resmi Pemerintah Kabupaten (Pemkab) Batang, malam Jumat Kliwon merupakan malam yang sangat dinanti-nanti masyarakat Batang. Hal ini dikarenakan setiap malam Jumat Kliwon selalu digelar pasar malam di Alun-alun Kabupaten Batang.

Promosi Jalur Mudik Pantura Jawa Makin Adem Berkat Trembesi

Pasar malam ini merupakan bagian dari tradisi Kliwonan di Batang yang sudah digelar secara turun temurun. Setelah dua tahun terhenti karena pandemi Covid-19, Pemerintah Kabupaten Batang pada awal Juni lalu kembali mengizinkan masyarakat menggelar kembali tradisi Kliwonan ini.

“Melihat kondisi ini, saya mempersilakan masyarakat Kabupaten Batang jika memang akan menggelar kembali tradisi Kliwonan yang sudah terhenti dua tahun ini,” ujar Kepala Dinas Perindustrian, Perdagangan, dan Koperasi (Disperindagkop) Batang, Subiyanto, kala itu.

Mengutip warisanbudaya.kemendikbud.go.id, tradisi Kliwonan di Batang ini tak bisa dilepaskan dari cerita rakyat terkait leluhur masyarakat Batang, yakni Joko Bahu atau Bahurekso. Konon, Bahurekso adalah murid Ki Ageng Cempaluk yang mendapat perintah dari Raja Mataram, Sultan Agung, untuk membuka lahan di Alas Roban.

Baca juga: Batang Dulu Disebut Tempat Jin Buang Anak, Kini Jadi Kawasan Industri

Demi menjalankan tugas gurunya, Bahurekso konon pernah bersemedi di Sungai Lojahan atau Kramat, yang ritual ini pun kemudian diikuti masyarakat Batang setiap kali melakukan tradisi Kliwonan. Selain ritual itu, tradisi Kliwonan juga kerap diisi kebiasaan masyarakat Batang yang berziarah ke makam Sunan Sendang atau Sayid Nur setiap malam Jumat Kliwon.

Tradisi Kliwonan di Batang dulunya juga diisi dengan ritual gulingan yang dilakukan anak-anak kecil, kemudian mandi di Masjid Agung Batang dan membuang pakaian bekas yang dipakai sewaktu berguling-guling dan membagikan uang serta jajanan pasar ke masyarakat yang membutuhkan.

Semua ritual itu dilakukan pada malam Jumat Kliwon atau Kamis Wage malam demi tujuan masing-masing seperti agar terhindar dari marabahaya maupun mencari berkah atau ngalap berkah. Ritual itu pun masih kerap dilakukan masyarakat Batang pada tahun 1980-an hingga 1990-an.

Baca juga: Melestarikan Tradisi Nenek Moyang di Sentra Batik Kliwonan Sragen

Meski demikian, seiring berkembangnya zaman, ritual tersebut mulai ditinggalkan. Tradisi Kliwonan di Batang saat ini lebih banyak diisi dengan pasar malam di Alun-alun Kota Batang.

Meski demikian, ada mitos yang berkembang di kalangan pedagang yang menggelar dagangannya di pasar malam Kliwonan tersebut. Mitos itu yakni apabila barang dagangannya tidak laris di pasar malam Kliwonan, maka dagangannya akan laku di tempat lain.

Keberadaan tradisi Kliwonan dengan pasar malam di Alun-alun Batang ini pun sangat membantu menggerakan roda ekonomi masyarakat. Banyak juga pedagang dari luar Batang yang turut menimba rezeki dalam tradisi Kliwonan di Batang tersebut. Salah satu makanan khas yang bisa ditemui di tradisi Kliwonan di Batang ini adalah gemblong dan klepon.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya