SOLOPOS.COM - Panduan Informasi dan Inspirasi

Solopos.com, JAKARTA--PT Aneka Tambang Tbk (Antam) memprediksi akan kehilangan pendapatan hingga $300 juta bila pelarangan ekspor bijih mineral tetap diberlakukan pada 12 Januari 2014. Pasalnya, pihaknya memproduksi bijih mineral nikel sekitar 10 juta ton, sedangkan harga nikel $30 juta per ton.

Direktur Utama Antam Tato Miraza mengatakan pelarangan ekspor nikel mentah memaksa pihaknya menyiapkan sejumlah strategi untuk menekan laju kerugian. Dia mengeluhkan harga nikel yang sedang anjlok. Memang, pihaknya mengakui pelarangan ekspor nikel mentah diharapkan akan mendongkrak harga nikel di pasar global.

Promosi Jalur Mudik Pantura Jawa Makin Adem Berkat Trembesi

“Buat kami ini [pelarangan ekspor] berat,” katanya, Jumat (10/1/2014).

Ekspedisi Mudik 2024

Dia berharap agar pihaknya diperbolehkan ekspor hingga 3 tahun ke depan. Pasalnya, pihaknya kini melakukan ekspansi untuk peleburan bijih di Pomalaa dan Kolaka yang membutuhkan biaya besar.

Di sisi lain, pemerintah berencana melakukan relaksasi ekspor berupa pengaturan kadar pemurnian. Pada bijih mentah nikel, hanya mineral nikel pig iron yang turun kadar pemurniannya, dari 6% menjadi 4%. Sedangkan, mineral nikel matte tetap pada kadar pemurnian 70% dan feronikel 10%.

Tato tidak terlalu khawatir dengan rencana pemerintah tersebut. Pasalnya, pihaknya kini memiliki strategi untuk menekan kerugian.

Pertama, produksi feronikel dan emas akan ditingkatkan. Feronikel akan dinaikkan 10 % yakni dari 18.000 ton pada 2013 menjadi 20.000 ton tahun ini. Untuk emas, pihaknya telah menggenjot produksi emas sejak tahun lalu.

Pada 2013, target produksi emas hanya 8 juta ton, tapi realisasinya mencapai 9,3 juta ton. Tahun ini, produksi emas ditargetkan 13,5 juta ton, Itu pun belum termasuk tambang emas Antam di Cibaliung, Pandeglang, Banten.

Kedua, Antam akan mengoperasikan pabrik chemical grade alumina (CGA) pada Mei 2014, meski pada Oktober lalu baru memasuki commissioning. Ketiga, Antam berencana menaikkan volume trading batubara melalui anak usahanya PT Indonesia Coal Resources. Kenaikan volume trading itu mencapai 100% yakni dari 700.000 ton pada 2013 menjadi 1,5 juta ton pada 2014.

Terakhir, Antam akan melakukan efisensi di semua lini. Tahun lalu efisiensi yang telah dilakukan mencapai Rp 90 miliar. Namun pihaknya enggan menyebut berapa nilai efisiensi yang akan dilakukan pada tahun ini.

Terkait soal isu pemutusan hubungan kerja (PHK), Antam menegaskan pihaknya tidak melakukan strategi itu. Pihaknya lebih memilih memutasi sejumlah karyawan yang pertambangannya ditutup. Halmahera Timur misalnya, meski pertambangan ditutup, tapi pihaknya memindahkan karyawan ke sejumlah lokasi. “Ini keuntungan perusahaan tambang yang tidak hanya memiliki satu lokasi saja,” jelas Tato.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya