SOLOPOS.COM - Koordinator Petugas Pengendali Organisme Pengganggu Tanaman (POPT) dan Pengamat Hama Penyakit Kabupaten Sukoharjo, Samidi, menyampaikan materi dalam Sekolah Lapang Iklim (SLI) di Balai Desa Geneng, Kecamatan Gatak, Jumat (13/9/2013). (Dian Dewi Purnamasari/JIBI/Solopos)

 Koordinator Petugas Pengendali Organisme Pengganggu Tanaman (POPT) dan Pengamat Hama Penyakit Kabupaten Sukoharjo, Samidi, menyampaikan materi dalam Sekolah Lapang Iklim (SLI) di Balai Desa Geneng, Kecamatan Gatak, Jumat (13/9/2013). (Dian Dewi Purnamasari/JIBI/Solopos)


Koordinator Petugas Pengendali Organisme Pengganggu Tanaman (POPT) dan Pengamat Hama Penyakit Kabupaten Sukoharjo, Samidi, menyampaikan materi dalam Sekolah Lapang Iklim (SLI) di Balai Desa Geneng, Kecamatan Gatak, Jumat (13/9/2013). (Dian Dewi Purnamasari/JIBI/Solopos)

Solopos.com, SUKOHARJO — Menghadapi anomali cuaca, petani di Desa Geneng, Kecamatan Gatak, Sukoharjo mengikuti kegiatan sekolah lapang iklim (SLI) yang diadakan oleh Dinas Pertanian (Dispertan) Sukoharjo, Jumat (13/9/2013).

Promosi Lebaran Zaman Now, Saatnya Bagi-bagi THR Emas dari Pegadaian

Kegiatan yang dilakukan di Balai Desa Geneng itu dilakukan untuk memberikan pengetahuan petani dalam menyiasati perubahan iklim yang terjadi saat ini.

Ekspedisi Mudik 2024

Kepala Seksi (Kasi) Usaha Tani Bidang Tanaman Pangan dan Hortikultura Dispertan Sukoharjo, Dyah Rilawati, mengatakan sekolah lapang iklim diselenggarakan melalui Water Resource and Irigation Sector Management Programme (WISEM).

Kegiatan ini dilakukan dengan sasaran Gabungan Paguyuban Petani Pengguna Air (P3A) di saluran irigasi yang menjadi kewenangan kabupaten. Dua kecamatan, yakni, Bulu dan Gatak terpilih dalam program ini. Di Gatak, sebanyak 25 P3A yang menggunakan air dari Bendung Mandungan dilibatkan dalam kegiatan ini. Petani yang memanfaatkan air dari Bendung Mandungan itu di antaranya dari Desa Blimbing, Desa Geneng, Desa Krajan dan Desa Jetis, Kecamatan Baki.

“Sebelum diberikan materi, petani terjun ke lapangan dulu untuk mengidentifikasi permasalahan dan temuan yang ada. Mereka didampingi tim pendamping masyarakat (TPM),” ujarnya saat ditemui Solopos.com, Jumat.

Temuan di lapangan itu, lanjutnya, dapat berupa ledakan hama, organism penggangu tanaman, pola tanam, kondisi cuaca, gulma dan lain-lain. Temuan itu selanjutnya akan dipaparkan dalam forum. Narasumber yang dalam pertemuan itu akan memberikan jawaban kepada petani. Kegiatan ini diharapkan dapat membantu petani dalam menghadapi anomali cuaca.

“Petugas yang memberikan materi diambil dari mereka yang sudah mengikuti Training on Trainer (TOT) Sekolah Lapang Iklim,” ujarnya.

Dyah menambahkan SLI ini dilakukan agar hasil pertanian petani bagus. Sementara Koordinator Tenaga Pendamping Masyarakat (TPM), Srihadi, mengatakan pertemuan SLI sudah dilakukan selama tiga kali pertemuan. Sebelumnya, petani melakukan pengamatan terkait fenomena yang ditemui selama anomali cuaca.

Petani banyak menemukan batang badi kuning saat masih muda. Selain itu, ia juga menemukan banyak keong emas, belalang hijau, nyamuk dan laba-laba. Temuan itu kemudian dicatat dan dikonsultasikan kepada pemateri. Petani kemudian melakukan tanya jawab secara aktif di dalam forum. Menurutnya, antusiasme petani dalam kegiatan ini cukup besar. Terbukti, hanya dua orang tamu undangan yang berhalangan hadir pagi itu.

“Soal fenomena batang menguning ternyata karena tanah terlalu basah dan banyak lumpur sehingga kekurangan unsur hara. Kalau temuan hama itu juga dikonsultasikan apakah itu hama atau musuh alami,” terangnya.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya