SOLOPOS.COM - Pemilik Anindya Batik Art Difabel, Lisa Farida menunjukkan hasil produk kawan-kawan penyandang difabel di rumah produksinya di Semarang, Selasa (23/8/2022). (Solopos/Afifa Enggar Wulandari)

Solopos.com, SEMARANG — Salah satu usaha mikro kecil dan menengah (UMKM) yang mampu bertahan di masa pandemi yakni Anindya Batik Art Difabel berlokasi di Kecamatan Sambiroto, Kota Semarang. Usaha ini memberdayakan delapan penjahit kelompok difabel tuna rungu dari Jawa Tengah.

Tim ekspedisi UMKM 2022 yang digelar Solopos Media Group didukung Kantor Perwakilan Bank Indonesia Solo, Telkom Indonesia, Dinas Koperasi dan UMKM Provinsi Jawa Tengah, Semen Gresik, Yayasan Dharma Bhakti Astra, Shabat Warna Gemilang, dan Sun Star Motor berkesempatan melihat koleksi Anindya Batik Art Difabel di show room sekaligus rumah produksi Anindya Batik Art, Selasa (23/8/2022).

Promosi BRI Sambut Baik Keputusan OJK Hentikan Restrukturisasi Kredit Covid-19

Anindya Batik Art Difabel tak hanya bertujuan mencari laba, namun juga konsen pada pemberdayaan difabel rungu atau teman tuli agar mereka mandiri.

Anindya Batik Art Difabel diinisiasi oleh Lisa Farida. Lisa mulanya bekerja di perusahaan multinasional di Semarang. Bila diakumulasi, Lisa mengaku pada 2009 pun gaji yang ia dapat di perusahaan tersebut mencapai Rp25 juta.

Ekspedisi Mudik 2024

Saat itu, sebelum ia memutuskan keluar dari pekerjaannya, ia kerap berlangganan menjahit di salah satu rekan tuna rungu di Pekalongan, kabupaten tempat asalnya.

Baca Juga: Kain Lukis Nasrafa Solo: Digemari Pasar Lokal, Makin Laris di Pasar Global

Pertama, Lisa hanya ingin menjualkan produk yang digarap oleh penjahit langganannya. Lisa memberikan sekodi kain untuk penjahit tersebut. Saat jahitan sudah selesai, ia yang saat itu masih bekerja di perusahaan, satu per satu menawarkan produk jahitan di Semarang. Tak disangka, produk yang ia tawarkan justru laris.

“Awalnya saya belum ada usaha, saya bekerja di perusahaan multinasional. Saya langganan menjahit di teman tuna rungu. Jahitannya bagus. Mereka enggak tahu cara jualnya gimana. Terus, enggak punya modal. Saya terus menawarkan bagaimana kalau saya bantu jualkan ke Semarang,” jelas dia kepada Solopos.

Makin ke sini, banyak orang yang tertarik membeli produk yang dipasarkan Lisa. Lisa berfikir untuk berderma memfasilitasi pemasaran produk penjahit tuna rungu. Hingga akhirnya sekitar 2009, ia mantap dan memutuskan untuk berhenti bekerja dari perusahaan.

Sociopreneur, begitu kiranya sebutan yang pantas untuknya. Ia tak ingin UMKM hanya menjadi ladang mencari keuntungan. Lebih dari itu, Lisa ingin UMKM dapat membantu masyarakat yang membutuhkan.

Baca Juga: Ekspedisi UMKM 2022: Menggali Inspirasi dari 12 UKM Tangguh di Jateng

“Setelah berjualan, saya berfikir oh kok kayaknya ada [orang] sekitar kita yang butuh [banyak pekerjaan]. Waktu itu anak juga bilang kok saya keluar dari kerjaan. Tapi saya yakin suatu saat dia pasti mengerti kenapa saya memilih ini,” tutur dia.

Seiring berjalannya waktu, mulai 2010 beberapa penjahit dari kelompok difabel dan usia mulai bergabung di dalam Anindya Batik Art Difabel. Pandemi Covid-19 menjadi satu hal yang mengakibatkan usaha konveksinya cukup terpuruk.

Tak ada pameran pakaian, serta beberapa aktivitas publik dibatasi. Namun dalam situasi tersebut, beberapa orang dari kelompok difabel justru mendatangi Lisa. Mereka meminta untuk diajak bekerja di tempatnya. Sementara tak semuanya mampunya kemampuan menjahit.

“Saat pandemi itu justru pegawai saya banyak, mereka banyak keluar dari perusahaan, ya sama-sama tuna rungu. Mereka bilang saya mau ikut kerja, tapi mereka kan belum punya skill menjahit,” kata dia.

Baca Juga: Perkuat Komitmen Dorong UMKM Naik Kelas, BRI Berdayakan 11.000 Klaster Usaha

Pandemi pun menjadi berkah tersendiri baginya. Lisa memutar ide, bagaimana bisa mendapatkan uang untuk biaya pelatihan orang-orang baru yang ingin bekerja bersamanya. Masker kain menjadi salah satu penolong Anindya Batik Art Difabel. Waktu itu, pendapatan dari berjualan masker kain bisa mencapai Rp500.000 hingga Rp2 juta per harinya.

Dari situ lah Anindya Batik Art Difabel mulai bangkit setelah dihajar pandemi Covid-19. Produktivitas Anindya pun kembali normal. Mereka bisa menggarap pesanan hingga seribu lebih potong pakaian.

“Pas pandemi kami terbantu dengan penjualan masker [kain]. Jadi sisa kain yang tadinya saya simpan, tadinya saya mau bikin craft, tapi hikmahnya jadi saya bikin masker. Saya kirim [ke customer], mereka tinggal ceklis. Sehari jualan masker saat pandemi pernah Rp2 juta,” kata Lisa.

Baca Juga: Perjalanan Dimulai, Ini Rute yang akan Ditempuh Tim Ekspedisi UMKM 2022

Dari hari ke hari Lisa menjual produk dari hasil tangan para teman tuli. Ia sempat bertekad mengikuti pameran di Surabaya. Dengan membawa tas besar berisi produk dan gantungan baju, Lisa bersama satu pekerja mengendarai bus menuju Surabaya. Hingga pada akhirnya, ia mendapat bantuan dari sebuah Badan Usaha Milik Negara (BUMN) sehingga kini ia mempunyai kendaraan roda empat yang memudahkan mobilitasnya.

Beberapa inovasi lahir dari kerjasama Lisa dan pekerja di sana. Namun, Lisa cenderung lebih membebaskan pekerjanya untuk menentukan desain produk yang akan mereka buat. Lisa tak menuntut. Sesekali ia merasa cemas ketika hendak berangkat pameran. Akankah produk yang ia bawa akan dilirik pembeli? Atau justru sebaliknya.

“Saya bebaskan mereka mau model seperti apa. Kecuali ada beberapa tema tertentu ya. Ada yang sudah sepuh, beliau kalau mau tidur itu sering mendesain. Mereka berpikir sendiri dan menggambarkan. Setelah itu ditanyakan ke saya apa boleh buat desain ini. Ya alhamdulillah laku,” tutur dia.

Konsep pemberdayaan Anindya Batik Art Difabel tak hanya untuk penjahit tuli yang ada di sana. Mereka juga sering membuka pelatihan menjahit secara swadaya untuk difabel lain agar mereka semakin mandiri.



Banner Ekspedisi UMKM 2022

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya