SOLOPOS.COM - Anies Baswedan (Dok/JIBI/Solopos)

Rektor Universitas Paramadina Jakarta, Anies Baswedan, sering ditanya orang kenapa terjun ke politik dengan ikut Konvensi Calon Presiden Partai Demokrat. Hal lain yang dipersoalkan adalah politik itu kotor sehingga sangat disayangkan dirinya mau terjun ke kubangan itu. Namun, tak bosan-bosannya dia menjawabnya. Ketika berkunjung ke Griya Solopos, Rabu (23/10/2013) sore, Anies mengaku banyak yang menyarankan dia di luar arena politik biar tak ikut “kotor”.

Namun dia senantiasa menyatakan siapa yang akan mengambil alih tanggung jawab jika politik dikuasai oleh orang-orang korup sementara orang-orang baik memilih menjauhi politik.

Promosi Jalur Mudik Pantura Jawa Makin Adem Berkat Trembesi

Ketika ikut Konvensi Capres PD, dia tidak berpikir menang-kalah. Yang dia pikirkan adalah membawa misi atau pesan perbaikan bangsa ini. Kalaupun dia kalah bertarung, pesan yang dia usung tetap bisa disampaikan kepada orang baik lain yang turut terjun dalam politik.
Kenapa dia pilih Partai Demokrat yang belakangan ini babak belur oleh kasus korupsi? Lulusan Northern Illinois University Amerika Serikat itu malah bilang,” Partai mana yang tidak kena kasus korupsi?” Karena itu, dia ikut konvensi dengan harapan bisa memperbaiki kondisi itu, bukan malah meninggalkan arena politik.
Kini, dia getol menyosialisasikan gerakan Turun Tangan, mengajak orang-orang baik untuk bergerak memperbaiki keadaan. Ibarat pepatah “Daripada mengutuk gelap, lebih baik menyalakan lilin”.

Anies Baswedan berada di Solo untuk menghadiri Kongres IX Himpunan Indonesia untuk Pengembangan Ilmu-Ilmu Sosial (HIPIIS) di Kampus UNS. Dalam jumpa pers di UNS, Anies menyinggung suplai pemimpin masa depan di negeri ini yang pampat gara-gara biaya kuliah melangit. Selama ini, Anies menilai suplai pemimpin itu berasal dari dunia pendidikan. Karena biaya kuliah tinggi, pendidikan hanya bisa dinikmati kalangan menengah ke atas.
”Akibatnya, ke depan suplai kepemimpinan terbatas. Beberapa negara besar seperti Korea Selatan, Taiwan, China, dan Jepang, tidak satu pun jadi besar karena alam tapi karena kekuatan manusia. Nah, sebagai bangsa Indonesia harus mau memberikan fokus pada pendidikan, untuk rekayasa masa depan,” kata Anies.

Baswedan menyebut jumlah penduduk yang memiliki pendidikan tinggi di negeri ini hanya 8% dari jumlah penduduk. Sementara jumlah penduduk dengan tingkat pendidikan SD ke bawah mencapai 49,5%. ”Angka jumlah penduduk yang berpendidikan SMP dan SMA relatif sedikit. Angka lulusan SD sebanyak 170.000 orang, lulusan SMP hanya 139.000 orang dan lulusan SMA sekitar 26.000 orang. Yang perlu dilakukan adalah penambahan sekolah menengah, terutama SMK,” ujarnya.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya