SOLOPOS.COM - Petugas Dishubkominfo Kulonprogo dan Satpol PP Kulonprogo memeriksa surat-surat uji trayek salah satu angkutan pedesaan dalam operasi yustisia yang digelar di Terminal Wates, Rabu (16/7/2014). (Holy Kartika N.S/JIBI/Harian Jogja)

Peribahasan hidup segan mati tak mau mungkin pantas untuk menggambarkan kondisi angkutan umum di Kulonprogo saat ini. Moda transportasi darat untuk angkutan desa tak lagi sejaya sepuluh tahun silam. Terminal sebagai salah satu tempat pemberhentian angkutan umum kian sepi. Berikut laporan wartawan Harianjogja.com Holy Kartika . S., Rabu (16/7/2014).

Tak peduli seberapa usang bus yang dikemudikan para sopir, angkutan mini antar-perdesaan itu masih kuat mengangkut penumpang yang masih setia. Kondisi bus memang tak layak dan penumpang kian sedikit.

Promosi Mitsubishi XForce: Stylish untuk Wanita, Praktis buat Ibu Muda

Maryoto, 59, salah satu sopir angkutan desa jurusan Wates-Girigondo mengaku memang tak lagi banyak penumpang berminat naik angkutan. Banyak penumpang yang sekarang ini memilih sepeda motor. “Mau bagaimana pun tetap harus jalan. Paling tidak masih ada yang membutuhkan,” ujar Maryoto, Rabu.

Ketua Organisasi Angkutan Darat (Organda) Kulonprogo Juwardi mengatakan usaha angkutan umum semakin memprihatinkan. Banyak angkutan yang terpaksa tak lagi beroperasi lantaran sepinya penumpang.

Salah satu faktor utama menurunnya peminat pengguna jasa transportasi ini akibat maraknya pengguna dan pemilik kendaraan pribadi.

“Sekarang ini sudah banyak orang yang punya sepeda motor. Jadi jarang ada yang mau naik angkutan lagi,” ujar Juwardi.

Setidaknya, jumlah angkutan umum di wilayah Kulonprogo tiap tahunnya dapat menurun 5% sampai 10%. Masalah itu tak hanya karena faktor penurunan penumpang. Belum siapnya infrastruktur di pedesaan juga turut membuat angkutan umum kian terpuruk dan sulit berkembang.

Hanya pada jam-jam sekolah, angkutan umum dapat beroperasi dengan lancar.

“Bisa dibilang angkutan umum di Kulonprogo saat ini hidup segan mati tak mau, apalagi angkutan umum pedesaan, dulunya cukup banyak. Sekarang malah banyak yang gulung tikar karena makin lama usaha ini tidak menguntungkan lagi,” imbuh Juwardi.

Kasi Angkutan Bidang Angkutan, Terminal dan Parkiran (ATP) Dishubkominfo Kulonprogo Sugiyono mengungkapkan angkutan umum, terutama untuk angkutan pedesaan terus menurun. Tahun 2013, angkutan desa yang masih beroperasi ada 93 unit.

“Kalau sekarang ini kami belum mengecek lagi di lapangan. Penyebabnya tak hanya kurang penumpang, tapi dari biaya operasionalnya saja sulit ditekan, apalagi kendaraan pribadi seperti motor makin banyak,” jelas Sugiyono.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya