SOLOPOS.COM - Panduan Informasi dan Inspirasi

“Lho, aku kira sampeyan ndhak ke sini selama Bulan Puasa, wong biasanya habis teraweh langsung istirahat ta..” komentar Noyo ketika melihat Dadap, sobat sinarawedi-nya, muncul di angkringan Pakdhe Harjo malam itu.

“Iya, lha biasanya ibunya si Ganyong menyediakan makanan cukup pepak di rumah, karena dua hari ini sedang pergi nengok mbakyu-nya di nJepara, terpaksa jadi rada merana. Lha untungnya kok Pakdhe Harjo tetap memberikan pelayanan kepada publik, hehehe.. Sudah lama, Mas,” ujar Dadap.

Promosi Jalur Mudik Pantura Jawa Makin Adem Berkat Trembesi

“Lumayan lama, tadi habis terawehan ke sini.. kebetulan aku juga sudah lama ndhak ke sini.. Lha itu, di belakang sampeyan, Kang Suto juga baru nyampe,” tanggap Noyo sambil menyeruput minuman favoritnya, susu jahe hangat.

Mbolak-mbalik janjian untuk ketemuan di sini ndhak pernah bisa, eh lha kok ndilalah sekarang malah bisa ngumpul.. Bagaimana kabarmu, Dap.. sudah lama ndhak ketemuan ya kita..” ucap Suto sambil menyalami Dadap dan Noyo.

Ekspedisi Mudik 2024

Pangestune, Kang Suto.. Namanya juga bulan puasa, Kang, waktuya kok sajak sempit begitu ya.. Lha pagi mruput sehabis Salat Subuh langsung berangkat kerja je.. Kalau ndhak begitu, sempat pulang ke rumah lihat bantal yang njuk ketiduran dan bisa-bisa kebablasen.. Makanya, sore pulang kerja ya langsung blek-seg.. Makanya saya jarang terawehan di masjid hehehe..” tutur Dadap menceritakan ritual hariannya selama Ramadan.

“Bener Dap.. apalagi, kalau malam abis buka puasa gitu, weleh.. gampang sekali ngantuk lho.. aku sempat-sempatkan terawehan meskipun sambil siat-siut ngantuk.. Nasib kita ternyata sama, Dap..” timpal Noyo.

“Kalian ini memang orang Indonesia banget.. Jelas gampang ngantuk, wong kebanyakan makan.. Coba lihat badan kalian, tetap pada gemuk meskipun puasa.. Harusnya, selama puasa berkurang itu gendutnya.. Bener ndhak,” kata Suto yang fisiknya memang cenderung langsing itu.

“Wah ya ndhak semata-mata begitu ta Kang.. Lha saya itu pernah kebablasan ndhak sahur, lalu pas buka puasa juga cuma makan sedikit, tetep saja badannya saya gempal begini.. Memang sudah bawaan dari sananya Kang.. Betul ndhak, Mas Noyo..” ujar Dadap sambil menoleh ke arah Noyo.

“Hehehe.. saya kok merasa ajeg begini-begini saja ya.. Tapi saya setuju ucapan sampeyan tadi, Kang Suto.. Selama ini memang terjadi kecenderungan orang berpuasa di siang hari, tapi malam harinya balas dendam.. Saya juga sesekali melakukannya..” ungkap Noyo.

“Saya kok ndhak ngeh maksud sampeyan, Mas.. Balas dendam kepada siapa.. dan persoalannya apa begitu,” tanya Dadap kepada Noyo.

“Begini, Dap.. Intisari berpuasa itu kan agar kita dapat ikut merasakan penderitaan orang-orang yang lapar, karena urusan perut merupakan sumber dari segala aktivitas kehidupan.. Kelaparan menjadikan sesorang tidak dapat melakukan kegiatan produktif.. Jadi, dengan berpuasa, kita ini diminta menghayati bagaimana sesungguhnya rasa lapar itu, kita dituntut untuk lebih menghayati makna kehidupan itu sendiri,” tutur Suto mencoba menjelaskan secara filosofis.

“Wah, mbuh Kang..ra mudheng aku.. Lha hubungane apa dengan balas dendam tadi,” tukas Dadap yang memang cenderung awam dalam memahami berbagai persoalan.

“Apa yang dikatakan Kang Suto tadi bener, Dap.. Begini gampangnya.. Wong kita ini didhawuhi Gusti Allah untuk merasakan penderitaan orang yang kelaparan, lha kok begitu bedhug maghrib kita langsung memenuhi perut kita sehingga terkadang kemlekaren saking kenyangnya.. Artinya, kita batal memahami makna pesan puasa itu kalau demikian yang terjadi,” ucap Noyo menjelaskan.

“Oh, begitu maksudnya.. Jadi, seharusnya, kita tetap berlapar-lapar di malam hari gitu atau bagaimana..” timpal Dadap.

“Ya ndhak begitu.. Banyak di antara kita ini yang mempersiapkan hidangan buka puasa secara berlebihan, bahkan nilai belanjanya lebih tinggi ketimbang hari-hari biasa.. Makanya tidak heran di saat menjelang Ramadan selalu terjadi kenaikan harga berbagai komoditas pangan. Jadinya, ironis kan.. Di saat kita seharusnya mengurangi makan, tapi kenyataannya konsumsi bahan pangan melonjak,” tambah Noyo.

Dadap hanya terlihat menggut-manggut menerima penjelasan sahabatnya itu, dan mimik wajahnya tampak datar-datar saja, pertanda dia sedang berpikir keras untuk memahami uraian Noyo yang dinilainya ada benarnya tersebut.

“Setuju, Yo.. Kalau menjelang Lebaran, harga pangan melonjak karena adanya permintaan sesaat ketika orang merayakan berakhirnya ibadah puasa, itu sangat masuk di akal ya.. Lha ini, selama sebulan permintaan bahan pangan malah meningkat, padahal katanya sebagian besar penduduk Indonesia sedang berpuasa, janggal rasanya..” sambung Suto menggarisbawahi pendapat rekannya itu.

“Wah, jann.. pecas ndahe tenan ya kita ini kalo demikian keadaannya.. Katanya pada berpuasa, kok permintaan bahan pangan melebihi waktu tidak puasa.. Siang lapar, malam balas dendam kayaknya..” tutur Dadap lirih.

Ahmad Djauhar

Ketua Dewan Redaksi Harian Jogja

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya