SOLOPOS.COM - Ahmad Djauhar djauhar@bisnis.com Wartawan Jaringan Informasi Bisnis Indonesia (JIBI)

Angkingan Pakdhe Harjo pekan ini ditulis oleh Ketua Dewan Redaksi Harian Jogja, Ahmad Djauhar.

Harianjogja.com, JOGJA-Noyo agak terkejut begitu memasuki Angkringan Pakdhe Harjo senja itu, karena gelaran alias display anekan makanan maupun nyamikan yang ada tidak semeriah biasanya. Diam-diam dia memperhatikan keabsenan sejumlah panganan favoritnya seperti jadah goreng, hawug-hawug, dan nagasari.

Promosi Jalur Mudik Pantura Jawa Makin Adem Berkat Trembesi

Malah, ada pendatang baru yang selama ini tidak pernah mencungul di meja angkringan yakni lepet, panganan khas Lebaran berisi ketan dan parutan kelapa yang dibungkus memanjang dengan janur dan direbus cukup lama. Dia pun membatin dengan nada syak bin curiga, “jangan-jangan ini hidangan Lebaran beberapa waktu lalu yang dipanaskan berulang kali.”

Sempat celingukan beberapa saat, Noyo kemudian mendapati di depannya sesosok perempuan berusia 30 tahunan yang sedang tersenyum kepadanya sambil menyapa ramah, “Badhe ngersakake napa [Menginginkan apa], Pak..”

Belum sempat Noyo menjawab, seberkas suara serak-serak berat pun menghampiri gendang telinganya. “Itu Midah, Mas Noyo.. Dia keponakan saya yang tinggal di daerah Pantura sana. Dia sedang mengunjungi saya, karena pas Lebaran kemarin ndhak sempat ke sini. Lha si No itu mudik sudah hampir tiga minggu dan belum bisa balik ke sini, Karena sedang di sini, ya Sainem yang bertindak sebagai care taker,” tutur Pakdhe Harjo, the boss alias sang pemilik angkringan yang seperti biasa, duduk di singgasananya, di keremangan sudut teras rumahnya.
“Oh gitu.. Seperti biasanya Mbak, saya mau minum sujanasthel.. eh, belum tahu ya.. itu susu jahe panas kenthel,” jawab Noyo sambil mencomot tempe bacem dan sebatang cabe rawit.

“Sampeyan tadi mungkin mbatin ya Mas, kok jualannya tidak sebanyak biasanya dan hari begini masih ada lepet, padahal Lebarannya sudah lebih dari seminggu silam. Di daerahnya Sainem sana, orang-orang merayakan Bakda Kupat [lebaran ketupat] sepekan setelah Lebaran Idulfitri, saat itulah mereka baru mbikin kupat dan lepet,” papar Pakdhe Harjo seakan mampu membaca pikiran Noyo.

“Ndhak gitu, Pakdhe, Kang No itu kok ngambil cutinya lama banget.. Memangnya sampeyan kasih bonus besar apa, sehingga dia ndhak buru-buru pengin bekerja lagi,” kata Noyo sambil asyik melanjutkan kegiatan ‘memamah-biak-nya’.

“Ah ya ndhak, Mas.. saya ngasih THR sewajarnya saja.. Mungkin juga sedang menghabiskan tabungannya.. Eh, lha wong kayak No itu kan masih nganut prinsip mangan ora mangan kumpul ta.. Makanya, dia kalau pulang kampung itu ya dilaksanakan sak-katog-nya. Tapi ya gimana, saudaranya banyak dan harus dikunjungi satu-satu mungkin,” kilah Pakdhe Harjo membela anak buah kesayangannya yang berprofesi dobel ganda itu, yakni sebagai manajer angkringan sekaligus waiter atawa pelayan, jongos cuci dan nyapu, serta menjabat sebagai purchaser alias tukang belanja ke pasar.

“Silaturahim seperti itu memang baik, Pakdhe.. Tapi kalau angkringan dibiarkan tanpa pengelola seperti ini, lha njuk konsumen yang dirugikan, karena variasi makanan yang tersedia jadi berkurang.. Mana itu lemet dan bakwan mosok ndhak ada.. Saya protes keras, Pakdhe,, hahaha..” celoteh Dadap yang tiba-tiba muncul sambil terkekeh.
“Dhiyapurmu itu Dap.. Lha mbok itu semua makanan yang masih tersedia kamu habiskan, biar menceng udelmu, hehehe..” timpal Noyo sambil terkekeh juga.

“Khusus untuk kue lepetnya gratis kok, Dap.. Wong itu oleh-olehnya si Midah dari kampungnya sana.. Nganu, mbok si No diajari apa itu.. motisasi atau apa mbuh.. Biar semangat bekerjanya meningkat. Akhir-akhir ini, sebelum mudik, sajaknya dia itu kok ndhak begitu semangat bekerja,” tutur Pakdhe Harjo setengah berkeluh.

“Oh, maksudnya motivasi, Pakdhe.. menyemangati agar dia sigap bekerja seperti dulu gitu ya.. Bisa saja sih. Tapi, mungkin juga Kang No itu kan sudah ngunduri tuwa, sedangkan pekerjaannya tetep multitasking alias serabutan. Jadi ya ndhak bisa segesit dulu. Itu perlu menjadi pertimbangan sampeyan, Pakdhe. Misalnya, nambah karyawan.. Wong angkringannya sering kelarisan kan di hari-hari normal,” ujar Noyo.

“Iya betul itu, Mas Noyo.. Saya lihat, Kang No juga sering ngalamun lho akhir-akhir ini. Mungkin karena memikirkan biaya untuk anak-anaknya yang semakin besar dan butuh ongkos lebih banyak untuk sekolah mereka. Kalau perlu kita bantu modal untuk diberikan kepada istrinya yang saya dengar jualan kecil-kecilan di rumahnya sana. Ini langkah nyata, Pakdhe untuk memperkuat ekonomi rakyat kecil, termasuk saya ini yang ndhak nolak kalau dikasih tambahan modal,” tutur Dadap sekenanya.

“Eyalaah.. Lha sampeyan kan sudah maju usahanya, Kang Dadap.. Mosok masih membutuhkan bantuan modal.. Apa ndhak malu sama si No..” timpal Pakdhe Harjo.

“Di saat ekonomi lesu seperti ini, Pakdhe, berbisnis susah banget.. Tagihan yang mandek cukup banyak. Saya dan teman-teman masih tertolong oleh pinjaman dari koperasi dan ada sedikit tabungan. Kalau ndhak, ya berat juga,” papar Dadap.

“Memang benar, Dap, ekonomi kita selama enam bulan lalu praktis tidak banyak kemajuan. Tapi, banyak di antara teman-temanku bilang, semester kedua ini membaik kok, karena berbagai proyek pemerintah mulai jalan, pabrik besi dan semen mulai menghangatkan kembali mesin produksi mereka. Yang saya dengar, pembangunan infrastruktur akan digenjot, mudah-mudahan ekonomi kita kembali berlari,” ungkap Noyo.

“Ada benarnya, Mas.. Diam-diam beberapa pemilik proyek juga mendekati saya untuk pekerjaan yang perlu mereka subkontrakkan. Mudah-mudahan ini karena berkah Ramadhan juga ya, sehingga kita keluar dari kegelapan menuju cahaya,” ucap Dadap bernada optimis.

“Semoga Dap.. Yang penting kita senantiasa optimistis dan tidak menyerah untuk berikhtiar, setelah itu bertawakkal.. Serahkanlah semuanya kepada Yang Maha Memberi,” ujar Noyo yang diamini oleh Dadap maupun Pakdhe Harjo di malam yang semakin menggelap itu.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya