SOLOPOS.COM - Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten Sukoharjo, Tri Tuti Rahayu saat ditemui di kantornya, Rabu (11/1/2023). (Solopos.com/Magdalena Naviriana Putri).

Solopos.com, SUKOHARJO — Angka kematian bayi (AKB) dan angka kematian ibu (AKI) di Sukoharjo cenderung fluktuatif.

Pada 2022 lalu tercatat kasus AKB di Sukoharjo naik menjadi 67 dari 64 kasus pada 2021. Sementara AKI di Sukoharjo pada 2022 tercatat 12 kasus atau terbilang menurun dibandingkan pada 2021 dengan jumlah 20 kasus.

Promosi Strategi Telkom Jaga Jaringan Demi Layanan Telekomunikasi Prima

Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten (DKK) Sukoharjo, Tri Tuti Rahayu mengatakan penurunan angka kasus kematian ibu dan bayi tidak bisa dimulai dengan cara instan.

Menurutnya hal itu harus dimulai dari akarnya, salah satunya dengan memerangi anemia atau kekurangan darah.

“Salah satu faktor yang menjadi pemicu angka kematian ibu dan bayi adalah anemia atau kekurangan darah maka hingga kini kami terus sosialisasikan konsumsi obat tambah darah. Selain menolong kondisi ibu saat melahrikan juga mencegah risiko bayi lahir dengan berat badan lahir rendah [BBLR] yang menyebabkan kematian dan risiko stunting,” terang Tri Tuti saat ditemui Rabu (11/1/2023) di kantornya.

Selama kehamilan dia menyarankan ibu hamil mengkonsumi tablet tambah darah (TTD) setiap hari demi mengurangi risiko anemia. Konsumsi obat tambah darah juga bisa dilakukan kepada perempuan usia produktif sejak dini.

Mengingat kekurangan darah bisa terjadi pada usia berapa pun.

Selain itu, kesehatan ibu hamil perlu dijaga termasuk dengan menjaga kesehatan janin sejak dalam kandungan. Ibu hamil juga disarankan untuk memeriksa kesehatan minimal empat kali selama masa hamil, serta melakukan aktivitas fisik dengan memerhatikan kondisi ibu dan janin.

Ibu hamil juga wajib menjaga kebersihan diri dan berisitirahat dengan cukup. Tri Tuti mengatakan ibu hamil wajib mendatangi pos pelayanan terpadu (Posyandu).

Sebab posyandu tidak hanya menimbang berat badan anak tetapi memiliki manfaat yang banyak bagi para ibu.

“Dengan Posyandu selain memantau pertumbuhan balita, imunisasi juga lengkap, anak juga mendapatkan makanan tambahan yang bergizi. Selain itu ibu hamil mendapatkan tablet tambah darah dan berbagai pengetahuan,” terang Tri Tuti.

Tuti menambahkan selain AKI dan AKB pencegahan stunting juga menjadi sasaran indikator pembangunan kesehatan nasional yang diturunkan ke daerah. Menurutnya penyebab terjadinya stunting cukup kompleks.

Salah satunya berdasarkan survei nasional dua dari tiga ibu hamil belum mengonsumsi suplemen zat besi yang memadahi.

Selain itu, kehadiran anak di posyandu sejak 2007 sejumlah 79% menurun pada 2013 dengan jumlah 64%, dan masih banyak penyebabnya berdasarkan praktik pengasuhan yang tidak baik.

Tuti mengatakan pihaknya melakukan pencegahan stunting dengan menggandeng organisasi perangkat daerah (OPD) seperti Dinas Sosial, Dinas Pangan, Dinas Perikanan dan Pertanian dan lainnya.

“Di tahun ini kami juga akan melakukan jambore Posyandu untuk memberikan edukasi sekaligus melakukan evaluasi kepada kader Posyandu yang tersebar di 12 kecamatan di Kabupaten Sukoharjo,” kata Tri Tuti.

Jambore tersebut dilakukan sebagai salah satu upaya memberikan edukasi kepada para kader posyandu yang menjadi salah satu pendamping ibu hamil. Terutama bagi ibu yang memiliki kehamilan berisiko demi menekan AKI dan AKB juga risiko stunting.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya