SOLOPOS.COM - Ilustrasi beras (Bisnis-Nurul Hidayat)

Solopos.com, SRAGEN — Angka inflasi di Jawa Tengah lebih tinggi daripada angka inflasi nasional. Pada September lalu angka inflasi Jateng sebesar 6,4%, sedangkan angka inflasi nasional adalah 5,9%. Salah satu faktor penyebabnya adalah kenaikan harga beras.

Hal tersebut disampaikan oleh Kepala Dinas Ketahanan Pangan Provinsi Jawa Tengah, Dyah Lukisari, dalam acara peresmian Rice Mill Unit (RMU) Jamaah Tani Muhammadiyah (Jatam) di Desa Puro, Kecamatan Karangmalang, Sragen pada Minggu (30/10/2022).

Promosi Lebaran Zaman Now, Saatnya Bagi-bagi THR Emas dari Pegadaian

“Saat ini kondisi pangan masih sangat berisiko terhadap adanya inflasi, ini terjadi karena pengaruh ekonomi global. Ditambah dengan kondisi internal yang saat ini banyak terjadi bencana akibat cuaca ekstrem. Tentunya hal ini akan berpengaruh pada ketersediaan pangan, ketersediaan pasokan, dan nantinya berpengaruh pada harga pangan,” terang Dyah.

Angka inflasi di Jateng yang lebih tinggi dari nasional tersebut, salah satunya faktornya adalah kenaikan harga beras. Kondisi ditengarai karena banyak beras yang lari keluar Jateng.

Baca Juga: BPS: Inflasi Oktober 2022 Sebesar 1,66 Persen, Laju Inflasi Tahunan 5,71 Persen

“Yang mungkin di sana [luar Jateng] harganya lebih tinggi, sehingga banyak pedagang yang berminat menjualnya ke luar Jateng. Hal ini yang perlu diantisipasi supaya para petani lebih berminat menjual di wilayah sendiri,” terang Dyah.

Surplus Beras

Sementara itu, Bupati Sragen, Kusdinar Untung Yuni Sukowati, menyebut wilayahnya surplus beras. Sragen selalu menjadi lumbung padi Jateng bahkan nasional. Walaupun sebagian lahan pertanian sudah jadi jalan tol, itu tidak mengurangi produktivitas padi di Sragen.

Salah satu pedagang beras di Sragen, Putri Yunda Wardani, membenarkan harga beras naik sebelum panen raya. Salah satunya karena harga solar naik.

“Juga saat ini sulit beli solar juga sulit, ada batas maksimal dalam aplikasi MyPertamina,” terang Putri pada Selasa (1/11/2022).

Baca Juga: Inflasi Eropa Meroket ke Rekor Tertinggi, Ancaman Resesi di Depan Mata

Pemilik UD New Rejeki Agung Sragen ini mengatakan harus ikut bersaing dengan Pabrik Wilmar dari Jawa Timur yang berani membeli gabah dengan harga tinggi. Persaingan ini membuatnya juga harus ikut membeli gabah dengan harga tinggi.

Setelah sempat mengalami kenaikan, harga beras kini mengalami penurunan. Harga beras medium kini dijual Rp9.800/kg dan beras premium seharga 10.300/kg. Sebelum panen, harga beras medium Rp10.000/kg dan beras premium dengan harga Rp10.500/kg.

Ketua Kontak Tani Nelayan Andalan (KTNA) Kabupaten Sragen, Suratno, mengatakan produktivitas panen akhir-akhir ini menurun. Kondisi ini jadi tantangan bagi para petani.

“Tantangan kedua, bisakah tetap mempertahankan harga gabah hingga musim panen selesai, yaitu Rp5.300/kg. Saat ini harga gabah lebih dipengaruhi oleh mekanisme pasar, bukan pemerintah,” ujar Suratno dihubungi Solopos.com melalui telepon beberapa waktu lalu.

Baca Juga: Core Indonesia Prediksi Inflasi Oktober 2022 akan Naik

Sementara itu, Pengawas Perdagangan Diskumindag Kabupaten Sragen, Kunto Widyastuti mengatakan menurut perkembangan harga rata-rata kebutuhan pokok, per hari ini, di Pasar Bunder, Pasar Gemolong, dan Pasar Gondang, harga beras medium adalah Rp10.000/kg, dan harga beras premium sebesar Rp12.000/kg.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya