SOLOPOS.COM - Foto Ilustrasi Mayat/Solopos

Foto Ilustrasi Mayat/Solopos

GUNUNGKIDUL-Kasus bunuh diri di kabupaten Gunungkidul dari tahun ketahun terus meningakat. Perlu penanganan serius dari semua pihak untuk menanggulangi angka bunuh diri.

Promosi Jalur Mudik Pantura Jawa Makin Adem Berkat Trembesi

Tahun 2012 lalu tercatat 40 warga Gunungkidul yang mengakhiri hidupnya secara tidak wajar. Jumlah tersebut meningkat dari tahun sebelumnya yang hanya 25 warga.

“Selama 11 tahun terakhir angka bunuh diri naik terus. Butuh penanganan serius dari semua stackholder” kata dokter spesialis Jiwa RSUD Wonosari Ida Rohmawati dalam Workhsop Pencegahan dan Penanganan Risiko Bunuh Diri, yang digelar RS Grhasia di ruang rapat Setda Gunungkidul, Selasa (23/4).

Menurut Ida, ada anggapan masyarakat bahwa bunuh diri disebabkan mitos pulung gantung. Keyakinan atau kepercayaan yang lebih sering merupakan kabar angin dihembuskan berdasarkan reaksi emosi untuk menghukum mereka yang membutuhkan pertolongan.

Kemudian stigma bahwa gangguan jiwa merupakan penyakit bukan urusan medis, tidak dapat disembuhkan, penyakit yang selalu diturunkan.

“Akibat stigma tersebut dapat menjadi hambatan atau menyebabkan keterlambatan seseorang dalam mencari pertolongan,” katanya.

Sementara anggota tim kesehatan jiwa masyarakat RS Grhasia, Aspi Kristianti menambahkan, dari data Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas), jumlah penduduk Gunungkidul pada tahun 2010 lalu mencapai 675.382.

Asumsi 70% penduduk berusia 15 tahun keatas sebanyak 472.767. dan 0,5 persen mengalami gangguan jiwa berat.

“Jumlahnya 2.364 orang,” imbuhnya. Sementara, potensi bunuh dirinya mengancam 10 persen dari total penderita gangguan jiwa berat, yaitu 236 penduduk yang rawan bunuh diri.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya