Solopos.com, SLEMAN — Hujan deras dan angin kencang di wilayah Sleman pada Jumat (22/2/2019) menumbangkan banyak pohon dan memicu hujan es. Hujan dan angin juga merusak gedung serbaguna Desa Donokerto, Turi, Sleman.
Salah seorang saksi mata, Sukiman, warga Donokerto, mengatakan Gedung Serbaguna Desa Donokerto diterpa angin sekitar pukul 14.30 WIB. “Hujan deras, anginnya kencang. Langit dan jalan berwarna putih, tidak kelihatan apa-apa, saya sedang duduk di balai desa, di depan gedung ini,” kata dia, Jumat.
Promosi BRI Siapkan Uang Tunai Rp34 Triliun pada Periode Libur Lebaran 2024
Video Hujan dan angin kencang dari sudut yang berbeda di Wilayah Turi Sleman tadi jam 13:30 wib, mengakibatkan beberapa kerusakan di beberapa tempat dan juga listrik padam
Source: Netizen pic.twitter.com/9cpkB4eauN
— IG: Merapi News (@merapi_news) February 22, 2019
Angin kencang bertiup sekitar 5-10 menit. Setelah anginnya reda, kata dia, Sukiman baru tahu tembok belakang gedung tersebut roboh dan sebagian atap gedung serba guna beterbangan hingga ke jalan raya.
“Itu hanya angin kencang, bukan puting beliung karena tidak ada pusaran anginnya. Saat kejadian, tidak ada orang di gedung serbaguna, dan atap yang beterbangan tidak menimpa siapa-siapa,” ujar dia
Kaur Pembangunan Desa Donokerto ini mengatakan gedung serbaguna dibangun oleh pemerintah desa sejak 2014 dan saat ini masih dalam proses pemeliharaan. Gedung tersebut, kata dia, berfungsi sebagai barak pengungsian. Tetapi pemerintah desa juga memanfaatkannya sebagai tempat olahraga dan acara-acara lainnya.
“Setelah ini mungkin akan rembukan dengan pemerintah desa dan kabupaten untuk langkah selanjutnya,” ujar dia.
Selain merusak sebuah gedung, berdasarkan data dari Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Sleman, hujan deras dan angin kencang yang terjadi di wilayah Sleman juga mengakibatkan pohon tumbang di 21 titik, atap terbang di empat titik, dan hujan es.
Video Hujan dan angin kencang di Wilayah Turi Sleman tadi jam 13:30 wib, mengakibatkan beberapa kerusakan di beberapa tempat dan juga listrik padam. pic.twitter.com/jbX2nnFDc1
— IG: Merapi News (@merapi_news) February 22, 2019
“Dampak terbanyak di Kecamatan Turi, dan ada di Tempel, Prambanan, Kalasan. Tim BPBD, Tim Reaksi Cepat, sukarelawan beserta pihak terkait sudah turun ke lapangan untuk mengevakuasi,” kata Kepala Bidang Kedaruratan dan Logistik BPBD Sleman Makwan.
Plt Kepala Stasiun Klimatologi Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika (BMKG) Mlati Etik Setyaningrum mengatakan berdasarkan kondisi dinamika atmosfer terkini, pola angin baratan sampai pertengahan April relatif masih kuat, yang menandakan saat ini masih masuk musim hujan. Selanjutnya, berangsur-angsur dari akhir April sampai dengan Mei angin timuran sudah mulai masuk wilayah Indonesia umumnya, yang menandakan sudah masuknya musim kemarau.
“Dari kondisi tersebut, diperkirakan berakhirnya musim hujan untuk wilayah DIY sekitar akhir April, dan pada Mei, umumnya wilayah DIY sudah memasuki musim kemarau,” kata dia.