SOLOPOS.COM - Anggota Tim Gabungan Independen Pencari Fakta (TGIPF) Rhenald Kasali. (tangkapan layar YouTube Kemenko Polhukam)

Solopos.com, JAKARTA—Anggota Tim Gabungan Independen Pencari Fakta atau TGIPF tragedi Kanjuruhan Rhenald Kasali menduga ada kekuatan besar yang memengaruhi agar pertandingan Arema FC vs Persebaya Surabaya tetap digelar malam hari pada 1 Oktober 2022.

Padahal awalnya Polres Malang meminta panitia pelaksana memajukan jadwal kick-off Liga 1 2022/2023 tersebut dari pukul 20.00 WIB menjadi 15.30 WIB. Akan tetapi PT Liga Indonesia Baru (LIB) tidak menyetujui permintaan tersebut dan tetap menggelar laga derby Jatim itu pada pukul 20.00 WIB yang kemudian terjadi tragedi Kanjuruhan.

Promosi Liga 1 2023/2024 Dekati Akhir, Krisis Striker Lokal Sampai Kapan?

Meski begitu, Guru Besar Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia itu enggan mengungkap siapa pihak tersebut.

Baca Juga: Ada Tragedi Kanjuruhan, Persiapan Piala Dunia U-20 di Indonesia Jalan Terus

“Ada indikasi-indikasi yang misalnya kenapa bisa jadi malam, pada malam itu juga kemungkinan besar di situ ada pihak tertentu yang mempunyai kekuatan untuk mengatur tetap menjadi malam hari. Saya belum bisa, kita belum bisa sebutkan walaupun saudara-saudara sudah bisa menciumnya,” tutur Rhenald dikutip Bisnis dari kanal YouTube Kemenko Polhukam RI, Senin (10/10/2022).

Selain menimbulkan dampak kurang bagus bagi penonton, pertandingan yang digelar terlalu malam juga dikeluhkan oleh pemain. Rhenald mengatakan para pemain merasa tidak nyaman bertanding mulai pukul 20.00 atau bahkan 21.00 WIB.

“Mengapa Polres kalah dan harus tetap dijalankan pada malam hari?” kata Rhenald.

Baca Juga: Kunjungi Indonesia, FIFA Beri Dukungan kepada PSSI

TGIPF akan memanggil semua pihak yang berkaitan dengan pertandingan itu untuk dimintai keterangan. Tak terkecuali dari PT LIB dan PSSI.

Tragedi Kanjuruhan terjadi setelah pertandingan Arema vs Persebaya selesai yang dimenangkan oleh Bajul Ijo dengan skor 3-2. Tragedi diawali dengan penonton memasuki lapangan dan dihalau oleh aparat keamanan menggunakan tembakan gas air mata.

Tembakan air mata pun mengarah ke berbagai tribune yang membuat penonton berdesak-desakan menuju pintu keluar.  Sebanyak 131 orang meninggal dunia akibat tidak bisa bernapas serta terinjak-injak di dekat pintu keluar Stadion Kanjuruhan.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya