SOLOPOS.COM - Penerjun payung, Jawa Tengah (Jateng), Fatoni, merayakan kemenangan sesaat setelah memperoleh medali emas di venue Terjun Payung PON XX Papua, di kawasan kantor pusat Pemerintah Kabupaten Mimika, pada Rabu (13/10/2021). (Istimewa/Dok PB PON XX Papua)

Solopos.com, MIMIKA – Penerjun payung, Jawa Tengah (Jateng), Fatoni, berhasil menambah koleksi emas untuk Provinsi Jawa Tengah di ajang PON XX Papua. Anggota Paskhas AU itu sukses merebut medali emas kategori ketepatan mendarat perorangan putra, di kawasan kantor pusat Pemerintah Kabupaten Mimika, pada Rabu (13/10/2021).

Fatoni dalam keterangannya usai perlombaan, mengatakan pencapaiannya merupakan hasil kerja keras dan doa yang dipanjatkan oleh seluruh keluarga serta rekan-rekannya. Menurutnya, selama jalannya pertandingan memerlukan tenaga ekstra.

Promosi Pramudya Kusumawardana Bukti Kejamnya Netizen Indonesia

“Pertandingan hari ini [final] cukup menguras tenaga, karena bukan hanya kami yang harus konsentrasi pada penerjunan, tetapi juga menjaga protokol kesehatannya. Setiap hari harus swab dahulu,” ujarnya dilansir dari website resmi PON XX Papua.

Baca Juga: Sragen Kirim 21 Atlet Paralimpik ke Papua, Targetkan Rebut 19 Medali

Ekspedisi Mudik 2024

Fatoni mengaku sempat pesimistis bakal membawa pulang medali emas. Hal itu dikarenakan cuaca di Mimika yang sulit diprediksi. Namun ia meyakini doa dan harapan yang dipanjatkan bakal membawanya kepada prestasi maksimal.

“Semua orang pasti berharap untuk mendapatkan emas. Saya berdoa kepada Tuhan untuk diberikan kemudahan dan alhamdulillah berhasil,” kata dia.

Ia menambahkan poin terpenting dalam gelaran PON XX kali ini yakni tidak ada kecelakaan yang menimpa para atlet. Menurutnya, zero accident jauh lebih berharga dibandingkan urutan klasemen yang hanya persoalan waktu.

Padahal ia mengakui terjun di Mimika sangat menantang. Selain cuaca yang sulit ditebak, kecepatan angin di Mimika sulit diprediksi. Menurutnya, sering terjadi kondisi cuaca dan angin berbeda dengan prediksi dari Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika (BMKG).

“Cuaca disini itu tidak bisa diprediksi. Kami lihat BMKG itu besok panas, tapi ternyata malah hujan, begitu juga sebaliknya,” ujar dia.

Kondisi Cuaca

Dalam pertandingan final, cuaca juga tidak begitu bersahabat. Saat pertandingan final, cuaca cenderung mendung dan gelap namun pertandingan masih bisa digelar. Sehingga itu menjadi tantangan penerjun payung dalam kelas ketepatan mendarat walaupun kekuatan penerjun cenderung merata.

Fatoni bercerita telah mengikuti banyak perhelatan kejuaraan terjun payung seperti baik pra PON, PON, dan kejuaraan dunia terjun payung khusus militer di Hungaria, Jerman dan China. Bahkan, saat virus corona merebak ia baru saja sepekan pulang di Indonesia setelah dari Wuhan, China.

Baca Juga: Tak Mau Kalah dari Mandalika, Sirkuit Sentul Ingin Gelar F1 dan Moto GP

“Baru satu pekan setelah saya dari Wuhan, Covid-19 merebak jadi saya bersyukur sekali. Penerjun muda jangan sampai sombong dan merasa hebat, penerjun hebat itu penerjun yang melewati batas usia tetap bisa terjun. Lalu, jangan sampai menyalahkan cuaca,” paparnya.

Ia juga mendorong penerjun muda untuk bisa melampaui karier para senior penerjun. Semua itu bisa dilakukan dengan tekun dan terus meyakini harapan. Fatoni turut berterima kasih kepada panitia pelaksana yang sudah terus mengecek kesehatan setiap atlet. Hal itu membuat kondisi atlet tetap prima sebelum dan sesudah bertanding.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya