SOLOPOS.COM - Panduan Informasi dan Inspirasi

Semarangpos.com, SEMARANG – Gubernur Jawa Tengah (Jateng), Ganjar Pranowo, membuat bingung pencinta angkutan umum, Jeffry Yohanes Francisco, 32. Niat tulus Jeffry untuk memberikan kaus gratis kepada Ganjar ditolak mentah-mentah.

Padahal, Jeffry hanya ingin Ganjar mengenakan kaus miliknya tersebut. Namun, Ganjar menolak dan justru ingin membeli kaus bergambar bus itu.

Promosi Jalur Mudik Pantura Jawa Makin Adem Berkat Trembesi

“Niat saya mau kasih saja, sudah seneng kalau kaos saya dipakai Pak Ganjar, lha kok malah jadinya dibeli,” kata Jeffry dikutip dari laman Internet resmi Pemprov Jateng.

Jeffry menuturkan awalnya melihat percakapan di media sosial Twitter antara Ganjar dan akun penjual sarung batik, Selasa (9/7/2019).

Iseng, Jeffry ikut nimbrung menawarkan kaos @ayonaikbis.com. Tak disangka, akun @ganjarpranowo membalas kicauannya. “Kirim kantor. Berapa harganya?”, tulis Ganjar melalui akun Twitter.

“Saya kaget kok malah mau dibeli. Padahal niat saya bukan mau endorse kaos, tetapi kampanye, mengajak ayo naik bus,” ujar warga Werdomartani, Ngemplak, Sleman, Yogyakarta itu.

Kaos kampanye naik bus itu dibanderol Rp105.000. Ganjar tetap menolak diberi secara cuma-cuma meski Jeffry sudah menjelaskan maksudnya.

“Kata Pak Ganjar, ‘Jangan, itu gratifikasi. Saya beli saja ya. Desainnya bagus kok’,” ujar Jeffry.

Percakapan antara akun Ganjar Pranowo dan pengguna akun @ayonaikbus di media sosial Twitter. (Twitter)

Dikutip dari laman Internet Pemprov Jateng, Ganjar memang kerap menolak pemberian. Bahkan, semenjak menjabat gubernur pada 2013, politikus PDIP itu konsisten menerapkan gerakan antikorupsi.

Hal pertama yang digariskan adalah aturan penghapusan gratifikasi untuk pejabat Pemprov Jateng. Mulai dari pemberian sehari-hari dari warga maupun pengusaha, hingga parsel lebaran.

Alhasil, sejak 2015 Pemprov Jateng selalu memperoleh penghargaan dari Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK). Mulai dari penghargaan pengendalian gratifikasi dengan jumlah laporan gratifikasi terbanyak, pemerintah daerah dengan sistem pengendalian gratifikasi terbaik, tingkat kepatuhan LHKPN terbaik, hingga penerapan LHKPN terbaik.

 “Tradisi saya adalah saya beli saja daripada kamu ngasih. Karena dari situ ada nilai-nilai antigratifikasi dan antikorupsi. Untuk mengurangi potensi suap ya kita beli saja,” kata Ganjar.

KLIK dan LIKE di sini untuk lebih banyak berita Semarang Raya

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya