SOLOPOS.COM - Panduan Informasi dan Inspirasi

Tak jarang sebagian orangtua memberikan nama yang tidak biasa bagi anak-anaknya. Saat ini pemberian nama buah hati pun bisa dikatakan anti kemapanan karena tak lagi mengikuti kebiasaan yang turun temurun. Akan tetapi meski nama yang diberikan unik, tetap saja mengandung doa dari orangtua.

Andi Go To School, seorang polisi Polresta Magelang, menjelaskan nama unik yang dimilikinya adalah harapan orangtuanya agar dia rajin sekolah.

Promosi Jalur Mudik Pantura Jawa Makin Adem Berkat Trembesi

Keluarga Andi memang memiliki nama yang unik, alias tak lazim. Kepada Harian Jogja, ia menceritakan, kakak laki-lakinya bernama Happy New Year karena lahir di malam tahun baru. Empat tahun kemudian, lahirlah dirinya yang bertepatan dengan kakaknya yang berada di usia awal masuk sekolah dan kerap membolos, sehingga orangtuanya memberi nama untuknya, Andi Go To School, dengan harapan rajin sekolah.

Tidak berhenti di sini, kelahiran adik laki-lakinya yang diberi nama Rudi Good Boy, juga disebabkan ulah Andi sewaktu di sekolah.

“Meski doa orangtua agar rajin sekolah terkabul, namun saya dikenal nakal. Maka adik laki-laki diberi nama Rudi Good Boy, dengan harapan menjadi anak baik,” jabar dia, Kamis (1/9).

Laki-laki kelahiran Magelang, 15 Juni 1984 ini baru menyadari arti namanya saat duduk di bangku SMP. Ketika itu dirinya merasa harus bisa berbahasa Inggris karena namanya berasal dari bahasa tersebut.

Nama yang disandang, bagi Andi adalah motivasi untuk bisa bahasa Inggris. Selain itu, imbuhnya, nama yang dimilikinya membuat dia diingat banyak orang.

“Baik maupun buruk perilaku saya pasti jadi mudah diingat banyak orang,” jelas Andi.

Sedangkan Constantinus Elang Perkasa terpaksa harus beberapa kali mengeluarkan KTP saat berkenalan dengan orang karena banyak yang tak percaya dengan namanya. Ini adalah sekelumit kisah yang dia alami karena memiliki nama yang unik.

Nama yang tak lazim itu tak hanya dimiliki dia, tapi juga saudaranya yang sama-sama memiliki nama burung. Seperti Patric Gagah Sempati dan Hendrikus Trogon Raja.

“Nama yang saya miliki membuat nama mudah dikenal orang,” ujar laki laki kelahiran 21 November 1981.
 
Semasa SD dan SMP, lanjutnya, dia tidak pernah mendapat ejekan dari teman-temannya karena dipanggil dengan nama kecil, yakni Cosa. Saat duduk di bangku SMA, panggilannya dia berubah menjadi Emprit.

Menurutnya, teman-temannya merasa tidak ikhlas jika dia dipanggil dengan sebutan Elang. “Mungkin mereka tidak terima dengan nama saya yang terlihat gagah dan tidak ikhlas mengakui,” kelakar alumni SMA Kolese De Britto ini.

Lain halnya dengan pengalaman Empat Hirgiakhiriana. Nama unik dari angka dan bilangan ini tak cuma ia yang punya. Ketiga saudaranya yang lain pun, diberi nama dengan awalan angka atau bilangan oleh orang tuanya.

“Kakak saya punya awalan nama Satu, Dua dan Tiga. Saya bungsu, jadi nama saya Empat Hirgiakhiriana. Empat artinya anak keempat, dan Hirgiakhiriana artinya yang terakhir,”akunya. Diakui Empat, ketika bertemu dengan orang baru tak jarang ia harus mengulang beberapa kali namanya. Bahkan, ada juga yang sempat tak percaya dengan namanya dan menganggapnya sedang bercanda.”Lama kelamaan sudah biasa dengan ekspresi orang ketika mengetahui nama saya,” akunya.

Nama yang unik, lanjutnya, justru membuat orang menjadi lebih ngeh dan hafal karena tidak biasa. Sewaktu SMA misalnya, dari sekitar 600 orang di sekolahnya, hanya dirinya yang memiliki nama Empat.

“Jadi, tidak susah ketika ada yang mencari saya,” pungkasnya.(Wartawan Harian Jogja/Switzy Sabandar & Intaningrum)

Foto: Andi Go To School

HARJO CETAK

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya