SOLOPOS.COM - Pelepasan burung merpati menandai peresmian Kampung Organik Jayan Cepogo, Selasa (18/4/2017). (Istimewa/BI Solo)

Kampung organik di lereng Merapi Boyolali binaan BI Solo diresmikan.

Solopos.com, SOLO — Warga Dukuh Jayan, Desa Gedangan, Cepogo, Boyolali, Selasa (18/4/2017) pagi bersuka cita. Sejak 2013 mereka merintis sistem pertanian organik, dan kini buah kerja keras mereka diluncurkan.

Promosi Mitsubishi XForce: Stylish untuk Wanita, Praktis buat Ibu Muda

Hari Selasa sekitar pukul 10.00 WIB, di tengah hujan deras Kampung Organik Lereng Merapi Boyolali diresmikan. Mengandalkan pertanian bawang merah varietas Bima, nyaris seratus orang yang berkumpul di bawah gardu pandang menyambut dengan penuh semangat acara peresmian.

Suasana peresmian Kampung Organik Dukuh Jayan, Desa Gedangan, Cepogo, Boyolali, Selasa (18/4/2017) pagi. (Rini Yustiningsih/JIBI/Solopos)

Suasana peresmian Kampung Organik Dukuh Jayan, Desa Gedangan, Cepogo, Boyolali, Selasa (18/4/2017) pagi. (Rini Yustiningsih/JIBI/Solopos)

Kampung organik Jayan merupakan salah satu dukuh binaan Bank Indonesia (BI) Solo. Hari itu, hadir Kepala Perwakilan BI Solo Bandoe Widiarto, Kepala Dinas Pertanian dan Perkebunan Jateng, Yuni Astuti, perwakilan dari Bank Jateng dan BNI, perwakilan musyawarah pimpinan kecamatan (muspika) Cepogo, dan tokoh masyarakat Gedangan.

Ditandai dengan pelepasan burung merpati, kampung organik Jayan Gedangan diharapkan nantinya menjadi agrowisata di Cepogo.

“Harapannya, tidak hanya pertanian organiknya saja yang nanti menjadi magnet. Namun nanti bisa dipadukan dengan konsep agrowisata. Dan semua se-kecamatan Cepogo bisa menerapkan pertanian organik,” ujar Yuni berapi-api memberikan sambutan bersaing dengan suara deras hujan.

Bima merupakan varietas bawang merah andalan Jayan. Uniknya, bawang merah Bima ini biasa ditanam di kawasan Brebes. “Bawang merah Brebes kan terkenal sekali. Nah menariknya ternyata ini bisa ditanam di Jayan dan berhasil bahkan lebih berukuran besar,” jelas Bandoe yang sepanjang sambutan mampu menghadirkan tawa dan tepuk tangan hadirin yang datang.

Penanaman simbolis bawang Bima Kampung Organik Jayan Cepogo, Selasa (18/4/2017). (Istimewa/BI Solo)

Penanaman simbolis bawang Bima Kampung Organik Jayan Cepogo, Selasa (18/4/2017). (Istimewa/BI Solo)

Butuh waktu bertahun-tahun untuk meyakinkan petani di sini mau menanam bima. Kini mereka merasakan hasilnya, Bandoe menjelaskan lambat laun penanaman Bima dimanfaatkan petani. ‘Produk pertanian mereka berkualitas, nilai tambah bagi petani pun meningkat,” paparnya.

Bukan tanpa alasan BI memilih bawang merah dibudidayakan. Pemilihan ini sejalan dengan peran BI untuk melakukan stabilitas harga komoditas.

“Bawang merah ini kan selama beberapa waktu penyumbang angka inflasi di samping cabai, beras dan lainnya. Jadi kami punya fungsi menstabilkan harga, ya dipilihlah salah satunya bawang. Kegiatan ini dilaksanakan dalam rangka pelaksanaan tugas BI untuk menjaga stabilitas harga dalam kerangka Progam Pengendalian Inflasi melalui pengembangan komoditas pangan yang berkontribusi pada inflasi atau volatile foods,” jelasnya.

Ketua Kelompok Tani Utomo, Widodo, kepada Solopos.com, mengatakan kini kelompok tani yang beranggotakan 20-an orang itu sering diminta berbagi informasi dengan petani dari luar Jawa.

“Belum lama ini, kelompok tani di Riau tanya-tanya ke kami bagaimana cara mengembangkan bima di tanah pegunungan, karena selama ini Bima terkenal hidup di daerah pantai [Brebes].”

Kini sudah ada sekitar 7.000 meter persegi lahan yang ditanami bima. Pendampingan yang dilakukan BI juga berupa memberikan bantuan peralatan.

Alat Transportasi

“Sebelumnya, kami sudah memberikan bantuan jaring pengaman tanaman, pompa air. Untuk hari ini, kami memberikan sarana transportasi berupa mobil pikap,” ujarnya sambil memberikan kunci simbolis mobil senilai Rp150 juta kepada Ketua Kelompok Tani Utomo, yang disambut warga.

Penyerahan simbolis kunci mobil pikap kepada Ketua Kelompok Tani Utomo, Widodo (tengah) dari Kepala Perwakilan BI Solo Bandoe Widiarto (kiri) didampingi Kepala Dinas Pertanian dan Perkebunan Jateng, Yuni Astuti (kanan). (Rini Y/JIBI/Solopos.com)

Penyerahan simbolis kunci mobil pikap kepada Ketua Kelompok Tani Utomo, Widodo (tengah) dari Kepala Perwakilan BI Solo Bandoe Widiarto (kiri) didampingi Kepala Dinas Pertanian dan Perkebunan Jateng, Yuni Astuti (kanan). (Rini Y/JIBI/Solopos.com)

Selain pengembangan hortikultura organik, Jayan juga dijadikan tujuan wisata dengan menyajikan wisata petik sayur organik, spot selfie gardu pandang di atas lembah, gazebo dengan pemandangan langsung lereng sampai puncak Gunung Merapi, hingga wisata belanja sayur dan buah organik serta produk olahannya.

Bandoe menambahka, ke depan budidaya hortikultura organik akan diperluas ke beberapa kelompok tani lainnya yang tergabung dalam Asosiasi Petani Sayur Organik Boyolali (Apsoli) dengan anggota lebih dari 100 petani. Dengan volume yang cukup besar, jaringan pemasaran juga bisa lebih luas seperti ke distributor besar, perusahaan pengolah produk organik dan pasar modern serta franchise/waralaba.

 

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya