SOLOPOS.COM - Poster Messi menangis darah sebagai ancaman ISIS untuk Piala Dunia 2018 (Twitter)

ISIS menyebarkan poster Messi menangis darah sebagai bentuk ancaman terhadap ajang Piala Dunia 2018.

Solopos.com, SOLO – Teror yang dilancarkan kelompok militan Negara Islam Irak dan Suriah (ISIS) kian membabi buta. Baru-baru ini, ISIS mengancam akan menyerang Piala Dunia 2018 yang digelar di Rusia.

Promosi Jalur Mudik Pantura Jawa Makin Adem Berkat Trembesi

Ancaman itu disebarkan lewat poster propaganda bergambar pesepak bola kenamaan, Lionel Messi. Poster itu memperlihatkan kondisi Messi yang mengerikan di balik jeruji besi. Ekspresi wajahnya yang datar makin mengerikan lantaran dia digambarkan menangis darah.

Dilansir Newsweek, Rabu (25/10/2017), poster itu dipakai ISIS untuk mengancam suporter dan pemain yang berlaga di Piala Dunia 2018. Poster itu disebarkan melalui Yayasan Media Wafa guna menebar ketakutan sebelum acara sepak bola terbesar di dunia itu berlangsung.

“Anda sedang melawan sebuah negara yang tidak memiliki kata gagal dalam kamusnya,” demikian bunyi poster tersebut.

Poster ancaman ISIS terkait Piala Dunia 2018 (Thesun.co.uk)

Poster ancaman ISIS terkait Piala Dunia 2018 (Thesun.co.uk)

Poster ini merupakan ancaman kedua dari ISIS tentang Piala Dunia. Sebelumnya, mereka menyebarkan logo Piala Dunia 2018 dengan pose seseorang memegang senjata. “Tunggu kami,” demikian tulisan pada poster pertama itu.

Beberapa waktu lalu, ISIS juga menyebarkan poster bergambar seorang militan yang menatap stadion. Militan itu berdiri tegap melihat ke arah sasaran, sementara di sebelahnya tergeletak bom rakitan. “Wahai para musuh Allah di Rusia, aku bersumpah api mujahid ini akan membakar kalian, tunggu saja,” demikian ancaman yang tertulis pada poster tersebut.

Meski sudah beberapa kali mengancam, pihak berwenang Rusia menjamin kelancaran perhelatan Piala Dunia yang dimulai 14 Juni 2018 mendatang. Mereka sudah mempersiapkan rencana khusus untuk mencegah serangan ISIS.

 



Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng

Tepergok Curi Burung Murai Batu di Masaran Sragen, 2 Pemuda Ditangkap Polisi

Tepergok Curi Burung Murai Batu di Masaran Sragen, 2 Pemuda Ditangkap Polisi
author
Tri Rahayu , 
Anik Sulistyawati Sabtu, 20 April 2024 - 10:26 WIB
share
SOLOPOS.COM - Sebuah sangkar berisi burung murai ditemukan di halaman rumah saat dicuri pemuda asal Andong, Boyolali, di rumah warga Jati, Masaran, Sragen, belum lama ini. (Istimewa/Polres Sragen)

Solopos.com, SRAGEN—Dua orang pemuda asal Andong, Boyolali, dan Solo ditangkap aparat Polsek Masaran, Sragen, lantaran tepergok mencuri burung murai dalam sangkar milik warga Jati, Masaran, Sragen. Pencurian dilakukan saat dini hari dan salah satu pelaku sempat kabur.

Kapolres Sragen AKBP Jamal Alam melalui Kasi Humas Polres Sragen Iptu Suyana kepada Solopos.com, Sabtu (20/4/2024), mengatakan pelaku diketahui berinisial SN, 27, warga Andong, Boyolali, dan satu orang temannya A, 29, warga Solo. Dia mengatakan pencurian itu terjadi pada 9 April 2024 lalu dan sekarang pelaku sudah dititipkan di penjara Mapolres Sragen.

Promosi Jalur Mudik Pantura Jawa Makin Adem Berkat Trembesi

“Pencurian itu terjadi di rumah milik Maryono, warga Dukuh Jati RT 022, Desa Jati, Masaran. Awalnya ada tetangga korban yang melihat dua orang laki-laki mengendarai motor Yamaha Jupiter MX berhenti di depan rumah korban. Pembonceng motor itu turun dan langsung membuka pintu gerbang rumah korban. Warga mengampirinya dan menanyakan kepada pelaku yang masih di motornya,” ujar Suyana.

Koran Solopos

Dia melanjutkan saat pelaku A ditanya saksi, “Ada apa, Mas?” tiba-tiba A langsung menyalakan motor dan kabur menggunakan motor Yamaha Jupiter MX itu. Kemudian saksi menghentikan pelaku satunya yang diketahui berinisial SN sembari berteriak maling-maling. Dia mengatakan sejumlah warga berdatangan dan ketahui SN mencuri burung murai batu milik korban yang sudah diletakkan di halaman depan rumah. Atas kejadian itu warga melapor ke Polsek masaran. Burung murai batu itu senilai Rp2,7 juta.

“Jadi modus yang digunakan pelaku, awalnya berputar-putar di perkmapungan. Setelah melihat ada sangkar burung di teras rumah, pelaku berhenti dan mengambil sangkar berisi burung tersebut. Pelaku dijerat dengan Pasal 363 KUHP dengan ancaman hukuman tujuh tahun pernjara. Pelaku ditangkap dan dibawa ke Mapolsek Masaran untuk pemeriksaan lebih lanjut,” jelas Suyana.

Dia mengatakan SN ini merupakan residivis kasus pencurian ponsel di Boyolali pada 2021 dan divonis hukuman 10 bulan. Dia mengatakan polisi masih mencari A, teman pelaku, yang kabur dengan motor Yamaha Jupiter MX.

Emagazine Solopos

Dalam pengembangannya, Suyana mengungkapkan Unit Reskrim Polsek Masaran berhasil menangkap A dalam waktu tidak lama. Dia menyampaikan kini kedua tersangka dititipkan di rumah tahanan Mapolres Sragen.

Interaktif Solopos


Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.

Perbaikan Sistem PPDS

Perbaikan Sistem PPDS
author
Redaksi , 
Ichwan Prasetyo Sabtu, 20 April 2024 - 09:55 WIB
share
SOLOPOS.COM - Mahasiswa fakultas kedokteran sedang berpraktik di laboratorium. Pendidikan dokter adalah salah satu program studi di perguruan tinggi yang berbiaya mahal. (Antaranews.com)

Hasil skrining kesehatan jiwa program pendidikan dokter spesialis (PPDS) menunjukkan ada 2.716 calon dokter spesialis yang mengalami gejala depresi.

Angka 2.716 atau 22,4% ini berbasis calon dokter yang sedang menempuh berbagai pendidikan spesialisasi. Sekitar 3% di antara mereka mengaku merasa lebih baik mengakhiri hidup atau ingin melukai diri sendiri dengan berbagai cara.

Promosi Jalur Mudik Pantura Jawa Makin Adem Berkat Trembesi

Beban pendidikan dan pelayanan yang tinggi, ditambah lingkaran setan perundungan oleh senior terhadap junior, disebut sebagai penyebab.

Skrining tersebuti dilakukan Kementerian Kesehatan terhadap 12.121 calon dokter spesialis. Skrining dilakukan pada pada 21, 22, dan 24 Maret 2024. Penapisan dilakukan di 28 rumah sakit menggunakan kuesioner patient health questionnaire-9 atau PHQ-9.

Koran Solopos

Kementerian Kesehatan telah mengidentifikasi beberapa penyebab stres di kalangan para calon dokter spesialis. Tentu saja penyebab yang ditemukan itu harus didalami lebih lanjut.

Penyebab stres tersebut, antara lain, beban pendidikan berupa tuntutan menyelesaikan karya ilmiah dan membaca jurnal, beban pelayanan seperti kewajiban berjaga malam di rumah sakit, beban ekonomi untuk memenuhi kebutuhan pendidikan dan keluarga, serta perundungan dalam berbagai bentuk.

Pada Juli-Desember 2023, Kementerian Kesehatan menerima 216 pengaduan tentang dugaan perundungan di lingkungan rumah sakit. Perundungan di sistem PPDS sebenarnya telah menjadi ”rahasia umum”.

Emagazine Solopos

Fakta ini mengemukakan urgensi mengevaluasi sistem PPDS secara menyeluruh. Kenyataan banyak peserta PPDS yang mengalami gejala depresi, bahkan memendam keinginan mengakhiri hidup, setidaknya menunjukkan dua hal yang saling berkaitan.

Pertama, sistem PPDS yang menghasilkan rangkaian proses yang berdampak buruk pada peserta. Kedua, kepribadian peserta PPDS bisa jadi ada yang rentan depresi dan tidak kompatibel dengan sistem PPDS yang berlaku selama ini.

Untuk yang pertama tentu butuh evaluasi menyeluruh sehingga sistem PPDS menjadi lebih ramah dan menyenangkan. Ada banyak isu—yang sebenarnya bersifat rahasia umum—tentang sistem PPDS yang dalam rangkaian proses memunculkan perundungan dan perlakuan-perlakuan tidak manusiawi yang sesungguhnya tidak perlu.

Interaktif Solopos

Masa perundungan paling parah oleh senior kepada peserta PPDS jamak pada  semester pertama. Pada masa itu para dokter umum peserta PPDS dianggap sebagai “keset”. Ketika semester semakin tinggi, perundungan makin berkurang dan lebih manusiawi.

Untuk yang kedua tentu yang dibutuhkan adalah konseling dan pendampingan sehingga setiap peserta PPDS bisa menyelesaikan pendidikan dengan baik. Tentu konseling ini dalam konteks ketika sistem PPDS telah dievaluasi total dan dibenahi sehingga menjadi sistem yang lebih ramah, manusiawi, dan menyenangkan.

Kebutuhan dokter umum dan dokter spesialis di Indonesia belum terpenuhi, bahkan dalam tingkat minimal. Oleh karena itu, ”menyelamatkan” peserta PPDS dengan mengevaluasi total sistem PPDS menjadi penting.



Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.

Diduga Tersetrum, Petani Sukodono Sragen Meninggal di Ladang

Diduga Tersetrum, Petani Sukodono Sragen Meninggal di Ladang
author
Tri Rahayu , 
Anik Sulistyawati Sabtu, 20 April 2024 - 08:56 WIB
share
SOLOPOS.COM - Tim Polsek Sukodono, Sragen, melakukan olah kejadian perkara di sekitar sumur yang disedot airnya menggunakan pompa air di area tegalan Dukuh Gosek, Desa Baleharjo, Kecamatan Sukodono, Sragen, Jumat (19/4/2024) sore. (Istimewa/Polres Sragen)

Solopos.com, SRAGEN—Seorang petani ditemukan terletak di area ladang Dukuh Gosek, Desa Baleharjo, Kecamatan Sukodono, Sragen, Jumat (19/4/2024) sekitar pukul 16.50 WIB.

Korban meninggal dunia lantaran diduga tersetrum jaringan listrik pada kabel yang menghubungkan ke pompa air di area tegalan tersebut.

Promosi Jalur Mudik Pantura Jawa Makin Adem Berkat Trembesi

Kapolres Sragen AKBP Jamal Alam melalui Kasi Humas Polres Sragen Iptu Suyana kepada Solopos.com, Sabtu (20/4/2024) pagi, mengungkapkan identitas korban diketahui bernama Loso, 58, warga Dukuh Krapyak RT 028, Desa Baleharjo, Kecamatan Sukodono. Area tegalan itu merupakan bagian dari lahan milik Perum Perhutani yang terletak di Dukuh Gosek RT 020, Desa Baleharjo, Sukodono.

Suyana mengatakan dari olah kejadian perkara, polisi menemukan sebuah kabel berukuran 1 meter dan sebuah pompa air. Dia menjelaskan awalnya seorang perangkat Desa Baleharjo Jayanto melihat korban tergeletak saat berada di area tegalan. Dia mengatakan setelah dicek ternyata korban sudah meninggal dunia dengan kondisi tangan terdapat luka bakar.

Koran Solopos

“Atas kejadian itu saksi menghubungi perangkat desa lain dan warga lainnya kemudian melapor ke Polsek Sukodono. Kemudian Tim Polsek, Koramil, dan Tim Inafis, serta tim Puskesmas Sukodono datang ke lokasi untuk mengecek kondisi korban. Dari hasil pemeriksaan luar tidak ditemukan tanda-tanda kekerasan sehingga korban meninggal murni karena tersetrum kabel pompa air,” jelasnya.

Dia melanjutkan korban kemudian dievakuasi ke rumah duka. Dia mengatakan jenazah diserahkan kepada keluarga korban untuk dimakamkan dan pihak keluarga menerima musibah tersebut. Keluarga korban, kata dia, membuat surat pernyataan yang berisi tidak ingin dilakukan autopsi terhadap jenazah korban.

Ketua PSC 119 Sukowati Sragen Udayanti Proborini melalui Sekretaris PSC 119 Sukowati Sragen, Nengah Adnyana Oka Manuaba, menyampaikan korban meninggal dunia dengan luka bakar dan robek di jari tangan kanan. Dia mengatakan korban juga mengeluarkan cairan pada hidung.

Emagazine Solopos

“Awalnya kami menerima informasi dari anggota Tagana tentang adanya orang tersetrum di wilayah Dukuh Gosek, Baleharjo, pada pukul 17.07 WIB. Kami langsung berkoordinasi dengan Puskesmas Sukodono untuk merespons ke lokasi. Kami langsung datang ke lokasi dan melakukan assemen. Kemudian jenazah dievakuasi ke rumah duka menggunakan ambulans Puskesmas Sukodono,” ujarnya.

Menurut dia, dari visum luar yang dilakukan Puskesmas Sukodono dan Tim Inafis Polres Sragen tidak ditemukan tanda-tanda kekerasan. Kemudian jenazah diserahkan kepada pihak keluarga.

Interaktif Solopos


Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Memuat Berita lainnya ....
Solopos Stories