SOLOPOS.COM - Anas Urbaningrum/dok

Anas Urbaningrum/dok

JAKARTA—Kisruh di tubuh Partai Demokrat mencapai klimaksnya Jumat (8/2/2013) malam dengan keputusan rapat pimpinan yang intinya menyingkirkan Anas Urbaningrum dari posisi strategisnya di partai–walau secara de jure tetap ketua umum–dan memberikan kekuasaan kepada Susilo Bambang Yudhoyono untuk menjalankan roda partai yang limbung terpukul skandal korupsi kader-kadernya itu.

Promosi Jalur Mudik Pantura Jawa Makin Adem Berkat Trembesi

“Yang tidak suka dengan kebijakan penyelamatan yang dipimpin oleh Ketua Majelis Tinggi partai, silakan meninggalkan partai,” tandas SBY dengan wajah keras.

Rasanya baru pertama kali ini SBY terlihat tegas dan bicara dengan kalimat langsung menohok. Pernyataannya itu jelas ditujukan kepada para pendukung Anas—yakni pengurus-pengurus partai level daerah—yang mungkin menolak pengebirian Anas oleh tokoh-tokoh senior Demokrat.

Ekspedisi Mudik 2024

Dengan pengambilalihan kekuasaan oleh Majelis Tinggi yang dipimpin SBY, Anas diminta fokus pada kasus hukumnya. Dia disebut-sebut terlibat korupsi anggaran, yang dengan sukses ‘dinyanyikan’ sejak tahun lalu oleh mantan sohibnya sendiri, eks bendahara umum Partai Demokrat M. Nazaruddin.

Kisruh di internal partai berlambang berlian itu menguat saat SBY berada di luar negeri 30 Januari-7 Februari. Anjangsana sembilan hari itu tampaknya bukan perjalanan menyenangkan bagi dirinya. Sementara dia selaku Presiden Indonesia harus menghadiri acara-acara formal kenegaraan dan nonformal (umroh), para pengurus Demokrat di dalam negeri bersilat lidah dan menjadi tontonan masyarakat.

Pencetusnya adalah hasil survei, yang membuat hati sejumlah politisi muda di partai tersebut gelisah bukan main.

Survei oleh Saiful Mujani Research and Consulting, yang diumumkan di Jakarta, Minggu (3/2), memperlihatkan dukungan terhadap Partai Demokrat dari responden di seluruh Indonesia hanya   8,3%,  jauh di bawah perolehan Partai Golkar (21,3%) dan PDI Perjuangan (18,2%).

Partai Demokrat hanya mampu unggul atas Partai Gerindra (7,2%)—yang jelas-jelas bukan partai besar kalau kita bicara old crack macam PDI Perjuangan atau Golkar.

Sehari sesudah pengumuman survei itu, Sekretaris Jenderal Partai Demokrat Edhie Baskoro Yudhoyono menyebutkan bahwa kondisi partainya sudah di ‘lampu merah’. Penyebab kemerosotan itu, katanya, adalah sejumlah dugaan kasus korupsi yang melibatkan kader partai.

“Soliditas kader harus semakin ditingkatkan karena hasil survei tersebut sudah merupakan lampu merah bagi Partai Demokrat.”

Bak mendapatkan angin segar—apalagi ini yang bicara adalah putra SBY sendiri—pentolan PD yang dikenal berseberangan dengan Anas Urbaningrum, sang Ketua Umum, pun langsung ramai-ramai mengompori, mulai dari memberi sinyal bakalan ada kongres luar biasa, sampai dorongan supaya Anas mengundurkan diri secara sukarela dan Edhie Baskoro menjadi ketua umum sementara. SBY didesak turun tangan langsung dan kalau perlu mengambilalih kepemimpinan partai.

Beberapa lainnya punya pandangan berbeda. Contohnya, Achsanul Qosasi, Ketua DPP Partai Demokrat. Dia membantah partainya sudah dalam kondisi darurat. Dia menyarankan internal PD tidak saling menyalahkan.

“Kalau ternyata hasil survei jelek kita perbaiki. Memang rendah selama ini, tapi tidak lampu merah,” kata Achsanul, yang jelas-jelas meng-counter analisis Ibas, nama lain Edhie Baskoro. Dia mengumpamakan kondisi PD sebagai saham yang harganya sedang jatuh di titik terendah, yang pada di sisi lain akan mendorong pembelian sehingga harganya akan pulih kembali (rebound).

Anas sendiri seperti biasanya bersikap tenang. Baginya hasil survei tak perlu ditanggapi terlalu serius. Serangan semacam ini memang bukan hal baru baginya—berproses seiring dengan dengan perkembangan kasus korupsi M. Nazaruddin sejak tahun lalu.

Mantan bendahara umum PD ini mengklaim punya bukti kuat untuk menjerat Anas dalam kasus korupsi Hambalang. “Ini saya akan berikan lagi barang bukti tentang uang Rp1,2 triliun yang dikelola saat APBN-Perubahan 2010 yang uangnya dipakai Anas di kongres partai,” kata Nazaruddin di gedung KPK, Kamis (7/2).

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya