SOLOPOS.COM - Poster bebaskan Ananda Badudu (Twitter @DamarJuniarto)

Solopos.com, JAKARTA — Masyarakat Indonesia baru saja berduka setelah mendengar kabar meninggalnya dua mahasiswa Universitas Halu Oleo, Randi dan Yusuf Kardawi, saat mengikuti aksi demonstrasi di Kendari menentang pengesahan sejumlah rancangan undang-undang (RUU) kontroversial.

Belum selesai duka tersebut terhapus, warga kembali dikejutkan dengan berita penangkapan Dandhy Laksono dan Ananda Badudu oleh polisi pada Jumat pagi (27/9/2019). Ananda dijemput tak lama setelah Dandhy Laksono dilepaskan dalam kasus berbeda.

Promosi Kredit BRI Tembus Rp1.308,65 Triliun, Mayoritas untuk UMKM

Nama Ananda Badudu dikenal warganet dalam beberapa hari terakhir setelah sukses menjadi inisiator penggalangan dana untuk membantu aksi mahasiswa di depan gedung DPR RI pada 23-24 September 2019.

Menggunakan platform sosial kitabisa.com, Nanda, sapaan akrabnya, mengajak masyarakat untuk berkontribusi mendukung aksi mahasiswa lewat donasi. Dana yang terkumpul digunakan untuk makanan-minuman, alat medis, bahkan sound system, dan mobil komando.

Thread crowd funding tersebut menjadi viral di media sosial. Dari target hanya Rp50 juta, Ananda berhasil mengumpulkan dana Rp175 juta untuk didistribusikan untuk aksi serta menolong peserta aksi yang luka-luka akibat tindakan represif polisi.

Untuk menjaga tranparansi, dia selalu mengunggah penggunaan dana donasi sekaligus mengumpulkan informasi lokasi yang membutuhkan bantuan melalui akun Twitternya @anandabadudu.

Pria berusia 31 tahun tersebut sebelumnya pernah bekerja sebagai jurnalis di Majalah- Koran Tempo dan Vice Indonesia. Alumni Universitas Parahyangan Bandung tersebut merupakan cucu dari penyusun kamus Bahasa Indonesia, JS Badudu.

Selain itu, Nanda juga dikenal oleh kalangan pecinta skena musik independen di Indonesia. Dia pernah menjadi vokalis sekaligus gitaris Banda Neira bersama Rara Sekar, kakak penyanyi Isyana Sarasvati.

Ketika bentrokan antara mahasiswa dan polisi terjadi saat 24 September, mantan jurnalis Tempo tersebut terus memantau pergerakan aksi di lapangan. Dia menjadi koordinator untuk menurunkan bantuan air minum, tabung oksigen, hingga mobil ambulans ke lokasi-lokasi bentrokan yang tersebar di sekitar Palmerah, Jakarta Selatan.

Ananda Badudu juga mengingatkan kepada seluruh mahasiswa dan masyarakat untuk waspada dan merekam situasi sekitar saat bentrokan terjadi.

“Kerasan dan represi tak perlu dilawan dengan kekerasan. Video adalah senjata utama kita sekarang. Kalau kamu atau teman kamu mengalami kekerasan, rekam. Video akan jadi senjata untuk kita saling menguatkan. Jangan lupa setting watermark tanggal agar jelas kapan kejadiannya,” cuitnya melalui akun @anandabadudu, Kamis (28/9/2019).

Keesokan harinya, polisi menangkap Ananda Badudu karena telah mentranster uang kepada mahasiswa yang mengikuti aksi di DPR pada Selasa (24/9/2019). Aksi represif aparat kepolisian tersebut langsung tersebar dan viral di jagat dunia maya. Padahal, musisi dan aktivis antikorupsi tersebut menginisisasi kegiatan galang dana digital (crowdfunding) melalui kitabisa.com untuk membantu mengirim logistik dan alat-alat kesehatan bagi mahasiswa yang ikut demo.

Pukul 04.25 WIB, ada tamu yang menggedor pintu kamar lalu dibuka oleh kawan Nanda. Seorang pria bernama Pak Eko selaku pimpinan tamu dari Polda Metro Jaya menunjukkan kartu identitas dan lencananya.

Namun, tiga orang lain yang mendampinginya tidak mengenakan seragam ataupun membawa identitas. Mereka hanya mengatakan membawa surat penangkapan Ananda atas keterlibatannya dalam aksi demonstrasi. Setelah ditahan beberapa jam, polisi akhirnya melepaskan Nanda dan hanya menjadikan saksi untuk dimintai keterangan.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya