SOLOPOS.COM - Tim verifikator pemberian dana kuliah Wonogiri mengecek rumah orang tua salah satu mahasiswa pendaftar program tersebut di Kismantoro, belum lama ini. (Istimewa/Disdikbud Wonogiri)

Anak seorang PNS mengikuti seleksi penerima bantuan dana kuliah dari Pemkab Wonogiri.

Solopos.com, WONOGIRI — Salah satu mahasiswa yang mendaftar seleksi penerima bantuan dana kuliah dari Pemkab Wonogiri dicoret karena orang tuanya diketahui berstatus pegawai negeri sipil (PNS). Program pemberian dana kuliah itu dikhususkan bagi mahasiswa berprestasi dari keluarga miskin.

Promosi Jalur Mudik Pantura Jawa Makin Adem Berkat Trembesi

Informasi yang dihimpun Solopos.com, Minggu (26/11/2017), Dinas Pendidikan dan Kebudayaan (Disdikbud) Wonogiri mencatat ada 136 mahasiswa yang mendaftar pada tahap I, 1-10 November. Pada tahap II, 16-24 November, ada 45 mahasiswa yang mendaftar.

Total pendaftar 181 mahasiswa. Jumlah itu lebih sedikit dari kuota yang ditentukan, yakni 200 mahasiswa. Pemkab Wonogiri tahun ini kembali membuat program pemberian dana kuliah senilai Rp12 juta setahun bagi mahasiswa berprestasi dari keluarga miskin. Program itu kali pertama direalisasikan pada 2016. (Baca: Pemkab Wonogiri Siapkan Rp2,4 Miliar untuk Bantuan Dana Kuliah 200 Mahasiswa)

Sekretaris Disdikbud Wonogiri, Sriyanto, saat dihubungi Solopos.com, Minggu, mengatakan ada sejumlah nama mahasiswa yang dicoret pada tahap I karena tak memenuhi persyaratan. Pencoretan dilakukan setelah tim memverifikasi berkas dan mengecek kondisi riil rumah para pendaftar.

Salah satu mahasiswa dicoret karena orang tuanya PNS di lingkungan Pemkab Wonogiri. “Setelah dipastikan dia anak PNS kami langsung mencoret namanya,” kata Sriyanto.

Sriyanto meyakini sebenarnya mahasiswa bersangkutan mengetahui program hanya dapat diikuti mahasiswa dari keluarga miskin. Namun, diduga pendaftar tersebut ingin coba-coba dengan harapan mendapat bantuan dana kuliah.

Pendaftar lainnya yang tak memenuhi syarat, seperti mahasiswa diploma empat (D4). Berdasar aturan hanya mahasiswa strata satu (S1) dan strata dua (S2) yang berkesempatan mengikuti program.

Menurut Sriyanto, mahasiswa D4 mendaftar karena beranggapan D4 dan S1 sama, padahal jenjang itu sangat berbeda. Ada pula mahasiswa S1 semester I perguruan tinggi negeri (PTN) berbasis keagamaan yang ikut mendaftar sebagai penerima dana kuliah kategori/cluster II. (Baca: Mahasiswa Penerima Dana Kuliah Dituntut Tingkatkan Prestasi)

Sesuai aturan mahasiswa yang dapat mengikuti program bagi kategori II hanya mahasiswa semester III atau V atau VII. “Pendaftar yang tidak memenuhi syarat hanya sedikit. Selebihnya benar-benar berprestasi dan dari keluarga miskin. Tak sedikit mahasiswa yang rumahnya memprihatinkan. Bahkan, ada yang rumahnya sulit dijangkau karena di hutan,” imbuh Sriyanto.

Verifikasi berkas dan verifikasi lapangan akan kembali dilakukan untuk memastikan mahasiswa yang mendaftar pada tahap II benar-benar berprestasi dan dari keluarga miskin. Verifikasi itu akan dimulai pekan ini.

Hanry Pratama Putra, 22, salah satu penerima bantuan program 2016, mengatakan tak sedikit mahasiswa asal Wonogiri yang berprestasi. Mereka kuliah dengan dana mepet karena orang tua mereka miskin.

Hanry mencontohkan dirinya yang orang tuanya bekerja sebagai petani dan harus susah payah membiayai uang semesterannya yang mencapai Rp2,9 juta. Bantuan dana kuliah sangat membantu keluarganya untuk membiayai kuliah dan uang sakunya. Kini mahasiswa UNS Solo itu sudah lulus.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya