SOLOPOS.COM - (HarianJogja.com)

Wonogiri (Solopos.com) – Anak seorang pegawai negeri sipil (PNS) di Kecamatan Wuryantoro yang tengah melanjutkan studi di salah satu universitas di Yogyakarta nyaris direkrut menjadi anggota Negara Islam Indonesia (NII). Gadis 21 tahun berinisial IDR itu sudah dibaiat dan sempat meminta uang senilai Rp 15 juta kepada orangtuanya.

Untungnya, upaya itu berhasil digagalkan. Ayah IDR, Bimo Broto, Rabu (18/5), menuturkan sejak sebulan terakhir sifat dan pembawaan anaknya berubah. IDR yang tadinya ceria itu jadi lebih pendiam, suka menyendiri, salatnya lebih rajin, gampang bingung dan takut, sementara pergaulan dengan tetangga maupun keluarga dan teman-temannya juga jauh berkurang.

“Pokoknya berubah sekali lah dibandingkan sebelumnya. Saya semakin curiga ketika beberapa hari lalu dia menelepon dari Yogyakarta minta dikirimi uang senilai Rp 15 juta. Katanya sih untuk mengganti laptop temannya yang dia hilangkan. Tapi saya tidak percaya begitu saja,” kata Bimo, yang mengaku kerap membaca atau melihat di media massa tentang NII dan pola perekrutannya.

Bersama saudaranya yang tinggal di Yogyakarta, Bimo menyusun rencana. Dia berpura-pura telah mengirimkan uang senilai Rp 15 juta dan meminta anaknya mengambil ke rumah saudaranya itu. Tanpa sepengetahuan anaknya, Bimo datang sendiri ke Yogyakarta dan langsung membawa pulang IDR.

Sesampai di rumah, kata Bimo, IDR dibawa ke seorang ahli untuk dirukhyat. Sekarang, lanjut Bimo, anaknya sudah kembali normal, bahkan sudah menjalani aktivitas kuliah seperti biasa. Menurut Bimo, setelah dirukhyat, IDR bercerita bahwa dirinya sudah sebulan didekati seorang perempuan. Lalu, IDR bersama enam mahasiswa lainnya dalam satu kelompok juga sempat diajak ke Jakarta dan dibaiat menjadi anggota NII. Dia juga diminta menyetorkan uang senilai Rp 15 juta.

“Mungkin anak saya belum sampai dicuci otaknya karena baru sebulan, tapi saya curiga dia dicekoki berbagai paham dan pemikiran, diancam atau diintimidasi. Sebab, selama sebulan itu, dia jadi gampang takut dan bingung,” kata Bimo.

Bimo berharap kejadian yang menimpa anaknya itu bisa menjadi pelajaran bagi siapapun, termasuk para orangtua yang memiliki anak kuliah dan terpisah jauh, agar meningkatkan pengawasan serta memperhatikan perubahan sekecil apapun pada diri anak tersebut.

shs

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya