SOLOPOS.COM - Pengunjung melihat-lihat koleksi museum dalam pameran tentang museum di UGM, Minggu (17/11/2013). (Istimewa)

Harianjogja.com, SLEMAN-Sebagian orang mengatakan bahwa museum sering dikenal sebagai tempat yang “jadul”, kurang menarik, dan terkesan kuno. Namun dengan sentuhan teknologi dan penggunaan media dalam menyampaikan informasi benda-benda bersejarah dan bernilai tinggi, kesan terhadap museum yang kuno dan konvensional semakin lama semakin ditinggalkan. Karena museum memiliki konsep yang berbeda dalam menyampaikan informasi kepada masyarakat.

Antusiasme generasi muda untuk tahu lebih jauh tentang museum dan koleksi yang ada di dalamnya juga semakin tinggi. Hal tersebut dapat dilihat dari animo para pengunjung di stan Museum Universitas Gadjah Mada (UGM) pada Research Week, 13-17 November 2013 di Grha Sabha Pramana UGM.

Promosi Ada BDSM di Kasus Pembunuhan Sadis Mahasiswa UMY

“Lebih dari 500 pengunjung hadir di stan Museum UGM pada Research Week kemarin,” kata salah satu anggota Sekretariat Museum UGM, Aditya Rizki Yudiantika, Senin (18/11/2013).

Museum UGM yang dapat mengkoordinasikan museum-museum yang ada di Universitas Gadjah Mada yaitu Museum Biologi, (Fakultas Biologi), Museum Kayu Wanagama (Fakultas Kehutanan), Museum Paleoantropologi (Fakultas Kedokteran), Museum Gumuk Pasir (Fakultas Geografi), dan Museum Peta (Fakultas Geografi). Stan Museum UGM menampilkan koleksinya dengan sentuhan teknologi yang bertujuan untuk mengajak masyarakat dan generasi muda lebih tertarik dengan museum dengan program Augmented reality (AR).

Augmented Reality adalah teknologi yang dapat menggabungkan objek maya/digital ke dalam sebuah lingkungan nyata, kemudian memproyekkan objek-objek tersebut secara real-time,” katanya dalam rilis yang diterima Harian Jogja, Senin (18/11/2013).

Cara kerja program ini adalah dengan menjalankan aplikasi yang telah terinstal pada smartphone, gadget, atau personal PC yang dilengkapi kamera (webcam) lalu diarahkan kamera pada objek AR sehingga akan nampak objek/informasi tertambah pada layar smartphone, gadget  atau personal PC.

Tim pengembang Augmented Reality (AR) untuk museum yang dibimbing oleh Bimo Sunarfri Hantono ini dapat digunakan sebagai media untuk menyisipkan informasi tambahan tentang koleksi di museum, sekaligus memberikan interaksi pengguna dengan dunia nyata secara menarik. Teknologi Augmented reality dalam museum (e-museum) memanfaatkan teknologi yang ada beserta perangkatnya pada museum, untuk menyediakan informasi dalam bentuk digital dan multimedia yang saat ini telah dikembangkan oleh Tim Jurusan Teknik Elektro dan Teknologi Informasi dan Fakultas Teknik UGM.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya