SOLOPOS.COM - Ilustrasi kampanye stop bullying. (Freepik)

Solopos.com, SOLO — Bullying atau aksi gangguan, bisa terjadi di mana saja, termasuk di dunia sekolah. Sebagai orang tua, perlu kepekaan untuk mengenali ketika anaknya menjadi korban bullying agar bisa menyikapinya lebih cepat.

Psikolog Rumah Sakit (RS) JIH Solo, Arida Nuralita S.Psi, MA, M.Psi, mengatakan bullying merupakan tindakan tidak baik, bisa berbentuk kekerasan fisik, verbal atau seksual, yang terjadinya berulang pada satu objek. Dampaknya, korban akan merasa terintimidasi dan terganggu secara fisik maupun psikis.

Ketika gangguan tersebut sudah terjadi pada seseorang atau bahkan pada anak, perlu disikapi secara cepat agar dampaknya bisa segera tertangani. Menurutnya ada beberapa dampak yang terjadi pada korban bullying.

Dampak jangka panjang, berpotensi jadi pelaku bullying. Bisa jadi karena sudah pernah mendapatkan sikap bullying, korban akhirnya juga seakan-akan melampiaskan dengan menjadi pelaku bullying.

Anak yang menjadi korban bullying bisa mengalami perubahan perilaku. Hal itu dapat diamati dalam kesehariannya. Misalnya yang sebelumnya periang menjadi murung, biasanya supel menjadi menarik diri, malas ke sekolah karena khawatir mendapatkan gangguan dari teman-temannya di sekolah dan sebagainya.

Bahkan kondisi tersebut bisa berdampak pada menurunnya prestasi belajar. Turunnya prestasi belajar bukan berarti anak tersebut tidak pintar, namun bisa karena mendapatkan gangguan sehingga mengalami penurunan motivasi.

Untuk itu orang tua juga harus lebih peka dengan kondisi anaknya. Menjalin komunikasi yang baik dengan anak juga sangat penting dalam hal ini.

“Kalau orang tua tidak peka, akan berpengaruh pada kesehatan mental anak yang menjadi korban bullying tersebut. Tapi jika peka, maka bisa disikapi lebih awal,” kata dia dalam Health Talk yang disiarkan di Youtube RS JIH Solo.

Rekomendasi
Berita Lainnya