SOLO–Anak membutuhkan dongeng edukatif bukan cerita fantastis yang membentuk pola pemikiran mereka tidak rasional. Cerita yang tak masuk akal membikin mereka lebih menyukai hal-hal instan daripada mengikuti proses suatu pembelajaran.
Promosi Era Emas SEA Games 1991 dan Cerita Fachri Kabur dari Timnas
Hal tersebut diungkapkan pendongeng anak Sholahuddin Machrus. Dia mengatakan cerita semacam Si Kancil Mencuri Timun itu justru membodohi dan mengajarkan anak untuk mempraktikan sikap licik dan suka berbohong. Selain cerita tersebut, kisah yang menampilkan keajaiban yang fantastis namun tidak nalar juga harus dihindari agar
si anak tak berkhayal terhadap sesuatu hal yang dapat dilakukan secara instan.
“Jangan berikan cerita yang membikin mereka berfantasi berlebihan. Misalnya cerita anak yang memiliki peri baik hati, seolah-olah saat mengucapkan kata cling, abrakadabra atau semacamnya apa yang diharapkan bisa terpenuhi,” jelas dia saat dijumpai Solopos.com di acara Solo Mendongeng bersama Raja Dongeng di auditorium Universitas Sebelas Maret (UNS) Solo, Minggu (25/12/2011).
Dia mengatakan bagi banyak orang mendongeng adalah hal yang sulit dilakukan, padahal jika mau berusaha ada banyak cerita yang dikemas sederhana namun tetap menarik perhatian si buah hati. Dongeng dapat diambil dari kisah kepahlawanan, biografi ataupun kisah teladan yang dijumpai dalam kehidupan sehari-hari. Intinya dongeng harus memiliki unsur edukatif dan nilai moral sebagai pesan utama yang harus bisa dicerna oleh anak.
(das)