SOLOPOS.COM - Petugas datang mengecek keluarga berisiko stunting di Kelurahan Pajang, Kecamatan Laweyan, Solo, Selasa (7/5/2022). (Solopos/Wahyu Prakoso)

Solopos.com, SOLO — Seorang anak usia bawah lima tahun atau balita di wilayah Kelurahan Pajang, Laweyan, Solo, menderita jantung bocor dengan kondisi keluarga yang cukup memprihatinkan. Ibunya yang sudah memiliki tiga anak belum mengikuti program KB.

Kondisi keluarga tersebut menjadi perhatian Pemkot Solo saat melakukan kunjungan rumah di Kelurahan Pajang, Kecamatan Laweyan, Solo, Selasa (7/5/2022). Berdasarkan pantauan Solopos.com, petugas Dinas Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak serta Pengendalian Penduduk dan Keluarga Berencana (DP3AP2KB) Kota Solo melakukan kegiatan gerakan bersama cegah stunting (Gebrak Stunting).

Promosi Mitsubishi XForce: Stylish untuk Wanita, Praktis buat Ibu Muda

Lokasinya di Kelurahan Pajang dengan sejumlah orang yang terlibat, antara lain penyuluh KB, Lurah Pajang Priadi, dan Bhabinkamtibmas Kelurahan Pajang Aipda Slamet Widodo. Salah satu kegiatannya mengunjungi keluarga yang memiliki anak balita penderita jantung bocor di Pajang, Solo.

Kegiatan itu juga melibatkan pengurus Tim Penggerak Pemberdayaan Kesejahteraan Keluarga Pajang, ibu-ibu kader Pembantu Pembina KB Desa (PPKBD) setempat, dan petugas Puskesmas setempat.

Ada sejumlah tim yang menyasar keluarga berisiko stunting ke semua RW. Salah satu tim menuju salah satu rumah di RW 006 Pajang. Rumah itu dihuni keluarga dengan anak balita dengan kondisi kurus serta mengalami jantung bocor.

Baca Juga: Kunjungi Warga Solo, Gibran Dapati Bayi Stunting, Bergejala TBC Pula

Sementara ibu anak itu berusia 35 tahun dan belum ikut program KB. Kader dan petugas Puskesmas memeriksa anak balita dengan jantung bocor itu serta mengajak orang tuanya yang merupakan warga Pajang, Solo, mengikuti program KB. Keluarga itu akan dipantau para pendamping.

Selanjutnya tim menemukan rumah di bantaran sungai di RW 007 Pajang yang tak memiliki toilet. Ada sarana mandi cuci kakus tak jauh dari rumah namun keluarga itu tidak mengakses fasilitas umum itu.

Risiko Stunting

Mereka memakai air sumur untuk kebutuhan konsumsi. Kondisi air minum serta kondisi rumah itu bisa menjadi risiko stunting. Petugas mengambil sampel air bersih rumah tangga itu serta Lurah Pajang melaporkan kondisi keluarga itu kepada Dinas Perumahan Kawasan Permukiman serta Pertanahan Kota Solo.

Baca Juga: Waduh, 50% Keluarga di Gilingan Solo Berisiko Stunting, Kenapa Ya?

Selain warga ber-KTP Pajang, petugas juga memeriksa anak balita yang ditemui di sepanjang jalan kampung. Salah satu temuannya penghuni indekos yang memiliki bayi usia dua tahun (baduta).

Ibu baduta itu berusia 26 tahun dan telah memiliki tiga anak dari dua bapak. Namun, ibu muda itu belum ikut KB. Petugas akan membantu untuk alat kontrasepsi dan layanannya. Petugas juga bakal membantu pelayanan administrasi kependudukan sebab ibu itu sudah lebih dari setahun indekos di Pajang.

Kepala DP3AP2KB Solo, Purwanti, menjelaskan Kelurahan Pajang tidak termasuk 22 kelurahan lokus stunting Kota Solo namun masih ada kasus stunting berdasarkan penghasilan tahun ini.

Baca Juga: Pemkot Solo Targetkan Nol Kasus Stunting pada 2024, Begini Caranya

“Upaya yang kami sasar tak hanya stuntingnya banyak namun yang sedikit pun harus diupayakan untuk dipertahankan supaya tak terjadi stunting. Keluarga berisiko stunting didatangi untuk dilihat kondisinya seperti apa,” ungkapnya.

Menurutnya, penghuni indekos biasanya tidak terdeteksi pada kader sebab tidak mengakses posyandu. Warga yang telah didatangi akan mendapatkan pendampingan dari petugas maupun para kader.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya