SOLOPOS.COM - Ilustrasi anak pamit ke orang tua. (Freepik)

Solopos.com, SRAGEN — Ribuan anak-anak di Kabupaten Sragen, Jawa Tengah mengalami kerentanan sosial. Kerentanan semakin menunjukkan gejala meningkat justru pada masa pagebluk Covid-19 saat ini. Mengapa pula bocah-bocah Sragen itu makin rentan di masa pandemi?

Pelaksana Tugas (Plt.) Bupati Sragen Dedy Endriyatno merasa selama Februari-Oktober 2020 ada kecenderungan tingkat kerentanan sosial pada anak-anak di Bumi Sukowati tinggi. Kencederungan itu diungkapkan Dedy berdasarkan indikator semua sekolah melakukan pembelajaran lewat daring, tak sedikit para ibu yang lebih mementingkan gadget-nya daripada pendidikan anaknya.

Promosi Jalur Mudik Pantura Jawa Makin Adem Berkat Trembesi

“Di masa pandemi ini anak lebih susah diatur. Disuruh mandi saja luar biasa susahnya apalagi belajar. Saya berdiskudi dengan Dinas Pendidikan dan Kebudayaan. Untuk mengembalikan perilaku anak di masa pandemi kepada masa-masa sebelum pandemi itu berat dan mungkin membutuhkan waktu empat-lima tahun karena ada kerentanan sosial,” ujar Dedy saat berpidato di hadapan pejabat dalam peresmian Pusat Kesejahteraan Sosial Anak Integratif di Dinas Sosial Sragen, Selasa (27/10/2020).

Peluang Bisnis: Kuy! Tangguk Omzet Gorengan Nan Menggiurkan

Ekspedisi Mudik 2024

Dedy bertanya apa yang harus dilakukan? Orang tua sekarang, ujar dia, nyatis tak tahu cara mendidik anak di rumah. Di kota-kota besar, sebut Dedy, anak-anak lebih rentan kekurangan gizi karena orang tuanya sibuk. Dedy menyatakan lemahnya perhatian orang tua di rumah menjadi bagian dari kerentanan anak. Dia berharap PKSAI muncul itu harus mampu menjadi solusi atas kerentanan sosial baru pada anak di masa pandemi.

Seorang pendamping Forum Anak Sragen, Dyah Nursari, 45, melihat kerentanan sosial terhadap anak di masa pandemi ini terbagi menjadi dua, yakni waktu luang anak yang banyak sehingga tidak tahu cara memanfaatkannya dan pola asuh anak dalam keluarga.

Dyah menyampaikan ketika anak tidak sekolah tetapi diganti dengan pembelajaran daring maka waktu luang anak lebih banyak. Dyah menerangkan biasanya waktu anak di sekolah itu bisa sampai delapan jam, tidur delapan jam, dan sisanya delapan jam untuk bersosialisasi di lingkungan rumah dan sekitarnya.

Anime Kimi No Nawa Diadaptasi Jadi Film Live Action Hollywood

“Saat pandemi seperti ini maka waktu luang anak bisa mencapai belasan jam. Waktu luang ini sebenarnya bisa dimanfaatkan orang tua untuk menguatkan hubungan emosional orang tua dan anak serta melakukan pembelajaran yang baik dari orang tua langsung. Namun, pada kenyataannya orang tua baru menyadari betapa susahnya mendidik anak. Bahkan ketika anak tidak paham mengerjakan tugas sampai mendapatkan kekerasan fisik dari orang tuanya,” jelas Dyah.

Di sisi lain, waktu luang anak yang banyak itu, kata Dyah, digunakan anak-anak Sragen untuk lebih banyak bersosialisasi dengan lingkungan. Ketika di lingkungan keluarga mendapat tekanan, Dyah khawatir anak justru akan mencari teman yang bisa menerimanya.

“Di saat seperti inilah pengaruh negatif bisa masuk bila anak tidak selektif dalam memilih teman. Pengaruh negatif itu bisa ke obat-obatan, minuman keras, sampai narkoba. Lingkungan itulah yang kemudian membentuk karakter anak,” katanya.

Boy Group Pentagon Raih Kemenangan Setelah 4 Tahun Debut

Oleh karenanya, Dyah mengajak para orang tua untuk lebih ketat dalam mengawasi pergaulan anak dan lebih banyak menggunakan waktu luang untuk sharing dengan anak dan saling berbagi peran. Dyah mengatakan orang tua bisa menjadi teman bagi anaknya sehingga permasalahan anak itu bisa diketahui orang tua dan dicarikan solusi terbaik.

“Internet dibutuhkan untuk pembelajaran daring. Namun, dengan dalih itulah terkadang Internet disalahgunakan anak ketika kurang dalam pengawasan. Penggunaan Internet yang tidak terkendali menimbulkan kerentanan sosial bagi anak. Bisa jadi anak mendapatkan teman dari media sosial yang tidak dikenal sebelumnya. Ketika berhubungan maka muncul persoalan baru,” katanya.

Dyah menyampaikan pola asuh pada anak di masa pandemi harus bergeser dari sekolah ke rumah. Pola asuh untuk anak-anak SD, SMP, dan SMA Sragen tentu berbeda. Dyah menekankan pentingnya fungsi keluarga. Dia tidak ingin keluarga hanya sebatas formalitas sehingga fungsi-fungsi keluarga tidak jalan.

Peluang Bisnis Coffee Bun Menggiurkan, Begini Kalkulasinya…

Struktur Penduduk Anak Kabupaten Sragen 2019

Jumlah anak laki-laki                    : 133.332 orang

Jumlah anak perempuan              : 125.475 orang

Total anak                                        : 258.807 orang

Sumber: Dinas Kependudukan dan Pencatatan Sipil Sragen, 2019 (trh)

Jumlah anak yang mengakses Internet berdasarkan kelompok usia di Sragen 2019

Tahun                   Laki-laki            Perempuan        Jumlah

6-10 tahun          509 orang          568 orang            1.077 orang

11-15 tahun         374 orang            713 orang            1.087 orang

16-17 tahun        363 orang            984 orang            1.347 orang



Total                 1.246 orang         2.265 orang         3.511 orang

Jumlah anak akses Internet berdasarkan tujuan

Jenis Kelamin     Tugas Sekolah   Hiburan                Media Sosial       Email              Informasi/Berita    Lainnya

Laki-laki               1.188 orang         1.060 orang         234 orang            648 orang            1.111 orang         668 orang

Perempuan          2.189 orang         2.006 orang         212 orang            1.311 orang         2.079 orang         1.234 orang

Sumber: Dinas Komunikasi dan Informatika Kabupaten Sragen, 2019 (trh)

KLIK dan LIKE untuk lebih banyak berita Solopos

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya