SOLOPOS.COM - Panduan Informasi dan Inspirasi

<p>Solopos.com, JAKARTA — <a href="http://news.solopos.com/read/20180516/496/916524/kronologi-penyerangan-di-mapolda-riau">Aksi teror</a> yang terjadi di Indonesia belakangan ini melibatkan anak-anak. Aksi di Surabaya, Sidoharjo dan Pekanbaru yang melibatkan anak-anak menjadi kasus pertama aksi bom di Indonesia.</p><p>Mantan terpidana<a href="http://news.solopos.com/read/20180518/496/916994/terorisme-di-indonesia-ini-beda-ji-dan-jad"> kasus terorisme</a> Yudi Zulfachri membeberkan alasan keterlibatan anak-anak dalam aksi terorisme. Tak lain dan tak bukan karena masalah iman yang mereka yakini.</p><p>"Anaknya diajak sehingga bisa masuk surga bersama. Kalau dia masuk surga sendiri, anaknya bisa bahaya atau jadi kafir," jelas Yudi saat diskusi Never Ending Teroris di Warung Daun, Cikini, Jakarta Pusat, Sabtu (19/5/2018) sebagaimana dikutip dari Suara.com.</p><p>Yudi menjelaskan panjang lebar ada perbedaan antara <a href="http://news.solopos.com/read/20180518/496/917061/jenazah-teroris-ditolak-warga-kapolda-jatim-tunggu-fatwa-mui">aksi terorisme</a> era Noordin M Top dengan yang belakangan terjadi di Indonesia.</p><p>Pada generasi Noordin M Top, para pelaku selalu menyerang simbol asing seperti Kedutaan Besar, kali ini musuhnya berbeda. "Sekarang kekuatan doktrin tauhid."</p><p>Saat ini jaringan teroris lebih kuat karena ideologi yang mereka anut. Terorisme sekarang bagi mereka merupakan pembuktian tauhid dan iman.</p><p>"Ini sekarang pembuktian tauhid dan iman dia. Kalau cuman syahadat, salat dan puasa belum sah sebagai umat islam. Salah satu rukunnya adalah mengingkari tauhid. Dijelaskan tauhid pemerintah. Salah satunya mengkafirkan, membenci dan memusuhi," katanya.</p><p>Bagi para teroris, ajaran kebencian merupakan bagian dari iman mereka. Bagi mereka, jika belum membenci maka bisa dinilai iman belum kuat dan belum sah imannya.</p><p>"tu masuk dalam syarat keimanan. Kalau belum kebencian, imannya belum sah sehingga melakukan aksi. Ini pembuktian iman melalui aksi," jelas Yudi.</p><p>Yudi menilai, banyak pelaku teror saat ini lebih memelihara kebencian dibanding toleransi. Doktrin kebencian dan permusuhan sangat kuat, hingga hilang akal sehat.</p><p><strong>Diberi Sugesti</strong></p><p>Ketua Komisi Perlindungan Anak Indonesia (KPAI), Seto Mulyadi atau akrab disapa Kak Seto mengungkapkan usia anak-anak sangat mudah diberi sugesti.</p><p>Ketika anak diberi sugesti positif, maka ia akan tumbuh menjadi sosok yang bijak, ramah, dan luwes dalam pergaulan. Sebaliknya, ketika sejak kecil anak diberi sugesti negatif, maka dalam diri anak akan tertanam pandangan yang negatif pada suatu hal yang berimbas pada perilakunya sehari-hari.</p><p>"Anak-anak masih labil, mudah dipengaruhi secara psikologis, apalagi dengan janji-janji muluk seperti janji surga. Mungkin anak sedang frustasi atau kecewa, sehingga bujuk rayu lebih menjanjikan," ujar dia pada temu media di Jakarta, Selasa (15/5/2018).</p><p>Untuk itulah, ia mengatakan perlu kepedulian dari lingkungan tempat anak tumbuh dan berkembang agar tidak berperilaku negatif. Ia meminta pada warga di lingkungan RT/RW untuk saling mengawasi tetangga mereka di lingkup tersebut dan mengidentifikasi jika ditemui ada ketidakwajaran.</p><p>"Anak perlu penjagaan sekampung, RT/RW harus peduli. Kalau dalam konteks pelaku bom di Surabaya, Ketua RT tahu keluarga pelaku dalam lingkungannya suka menyendiri. Mohon ada kepedulian bersama. Mohon diawasi. Karena ini akan membuat orang ketakutan kalau tidak diwaspadai," tambah dia.</p><p>Di lingkungan sekolah, Kak Seto mengimbau agar para guru memerhatikan tingkah polah siswa-siswinya. Dalam kasus anak pelaku teror di Surabaya yang tidak mau mengikuti mata pelajaran PPKN dan Agama, seharusnya dapat dilihat sebagai sinyal adanya perilaku yang menyimpang.</p><p>"Guru bisa melakukan pendekatan ke siswa. Kalau ada yang tidak beres, bisa melapor ke polisi agar polisi bisa mengidentifikasi keluarganya, orangtuanya. Semua dalam konteks perlindungan anak agar mereka tidak jadi korban atau boneka pelaku kekerasan, diimbau saling melapor," tambah Kak Seto.</p>

Promosi Efek Ramadan dan Lebaran, Transaksi Brizzi Meningkat 15%

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya