SOLOPOS.COM - Ki Parman Hanief, Kepala SMPN 2 Baturetno Wonogiri (FOTO/Istimewa)

Ki Parman Hanief, Kepala SMPN 2 Baturetno Wonogiri (FOTO/Istimewa)

Awalnya, Sabtu (9/6), pukul 07.56 WIB, sebuah SMS masuk ke ponsel saya. Secara verbatim berikut saya kutipkan isinya: Info Disdik: Pada Pengadaan Buku Perpustakaan SMP dari sumber DAK 2010 telah direalisasi dan dimanfaatkan oleh sekolah penerima. Sehubungan ada kontroversi isi buku pada jenis buku pengayaan BI, dng judul: 1. Ada Duka di Wibeng karangan Jazimah al-Muhyi, 2. Tambelo Kembalinya si Burung Camar karangan Reghite K, 3.Tidak Hilang sebuah nama karangan Galang Luftiyanto, dengan SK Pengesahan dari Depdiknas No. 1715/A8.2/LL/2009, Penerbit Adi Citra Intermedia. Mohon buku tsb tdk dipinjamkan dulu. KS agar menugaskan Guru BI mengkaji, hasil kajian Senin 11/6 pagi jam 07.30 sampai ke Dinas Pend Wng. Matur nuwun.

Promosi Iwan Fals, Cuaca Panas dan Konsistensi Menanam Sejuta Pohon

Ibarat lama sepenyaringan air, perintah itu segera saya sampaikan kepada para guru. Tidak hanya guru Bahasa Indonesia, tetapi guru BP pun saya perintahkan meneliti isi buku. Laporan berikutnya yang saya terima menyatakan buku itu bermuatan pornografi. Saya terkejut, sebab saya tahu penerbitnya dan juga tahu penulisnya (bukan kenal). Keterkejutan yang lebih besar berdasar fakta buku yang dibiayai dana alokasi khusus (DAK) yang berarti telah melalu proses penyeleksian di antara buku lain yang didaftarkan sebagai calon buku DAK. Keterkejutan itu mendorong saya untuk membaca buku itu secara langsung.

Ternyata media massa telah meramaikan kontroversi dengan berbagai bahasa mereka. Gayung bersambut, penulis bereaksi. Salah satunya Yeni Mulati alias Afifah Afra (SOLOPOS, 20/6) yang menyatakan keberatan dicap sebagai penulis buku porno dalam artikelnya. Saya sendiri pun terlibat ramai dalam perdebatan ihwal buku-buku itu dengan para pengamat di dunia maya.

Tulisan ini tidak ingin membahas ulang atau ikut menilai apakah buku itu betul-betul bermuatan sesuatu yang berkonotasi cabul, mesum, atau tidak. Sebab, saya sepakat seperti yang ditulis salah seorang peserta diskusi di dunia maya, bahwa masalah pokoknya bukan di situ (porno, cabul atau santun). Lalu apa? Mari kita bertanya pada rumput yang bergoyang.

Jika dunia pendidikan begitu berhati-hati dengan masalah ini, itu lebih pada persoalan yang mendera kehidupan para pelajar yang terkait dengan persoalan hubungan seks. Sudah bukan rahasia lagi bahwa perilaku mereka dalam hal asmara (meski berbau cinta monyet) justru pada titik yang mengkhawatirkan.

Dalam wawancara acak terhadap permasalahan para pelajar di ruang bimbingan dan penyuluhan (BP), terungkap fakta ”perilaku asmara” mereka lebih banyak bukan belajar dari buku, terlebih buku sastra. Seberapa gereget membaca anak-anak dan remaja kita? Lebih-lebih buku sastra, sangat rendah (setidaknya berkaca pada catatan keterbacaan buku sastra di perpustakaan sekolah saya).

Jika buku-buku tersebut dikhawatirkan akan semakin menambah peliknya dalam mengurai benang kusut perilaku seks para pelajar sebenatnya lebih pada upaya sedia payung sebelum hujan (meski nyatanya sudah telanjur basah kuyup). Meski Yeni Mulati menyatakan hanya orang bodoh yang mengambil pelajaran dari tokoh antagonis; realitasnya memang tidak semua murid pintar dan cerdas.

Terlebih, usia mereka yang masih belajar di bangku SMP apalagi SD sehinga bisa jadi bukan tokoh protagonis atau antagonisnya yang menjadi pegangan, tetapi rasa ingin tahu dan mencoba apa yang dikatakan si tokoh antagonis itu yang mengemuka. Nah, jika demikian, apa salahnya kehati-hatian itu ditaruh di depan?

Sebenarnya, kami berterima kasih kepada para penulis muda itu yang memberikan warna baru dalam kesusastraan bagi anak-anak dan remaja zaman sekarang. Telah lama pembelajaran sastra kita seperti jalan di tempat. Pengetahuan kesusatraan mereka  hanya mereka peroleh dari sinopsis (seperti sindiran Taufiq Ismail).

Daya imajinasi dan daya khayal mereka mandek, yang berdampak pada kekosongan peran siapa yang akan membantu melembutkan jiwa mereka (saya setuju dengan ungkapan seorang tokoh Islam yang berkata bahwa sastra bisa melembutkan jiwa pembacanya).

Yang memunculkan kontroversi dari buku-buku itu adalah realitas kehidupan anak-anak kita sekarang yang berada di era pemahaman tentang seks dan hubungan seks yang telanjur parah. Nah, seperti dalam kondisi alam yang telah terbakar, maka yang sibuk memadamkan kebakaran selalu meneriaki orang yang dianggap membawa segala benda yang bisa menambah berkobarnya nyala api.

 

Karakter

Dalam hal ini, seperti itulah peran kami, para guru. Dalam segala fakta rendahnya karakter kehidupan siswa, baik moral, etika, agama maupun intelektual, selalu para guru yang menjadi rendah tempat air mengalir, letak kesalahan ditimpakan. Posisi para guru ibarat para penjaga sungai yang bertugas menjaga agar air yang mengalir tetap jernih tetapi jika sepanjang aliran sungai selalu ada yang menciptakan kekeruhan, adakah adil sang penjaga menjadi sasaran jari mengarah?

Maka dari itu, bukan saja para penulis buku yang kami percayai untuk menjaga air itu tetap jernih; tetapi lebih-lebih para penulis skenario, pemilik surat kabar, jurnalis, fotografer, rumah produksi, perancang mode dan juga lingkungan terdekat kami. Jikalau kami selalu memberikan nasihat sampai tinggal sebutir sekam bibir kami, tetapi apa jadinya jika pada saat yang sama selalu saja anak-anak kami menyaksikan kenyataan yang berlawanan dengan kata-kata kami?

Kontroversi ini semoga justru semakin memberikan tantangan untuk berkarya bagi para penulis muda itu. Di dunia pendidikan, sangat sulit mencari penulis yang berdedikasi untuk pembaca anak-anak dan remaja. Maka, dengan kontroversi yang-konon-bersumber dari buku yang distribusinya salah sasaran menjadikan para penulis berkomitmen mengisi kekosongan itu: menulis sastra untuk penikmat anak-anak usia SD dan SMP.

 

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya