SOLOPOS.COM - Panduan Informasi dan Inspirasi

Penasihat PP Muhammadiyah, Amien Rais, memberikan ceramah, Minggu (18/11). (Foto: Sri Sumi H)

Penasihat PP Muhammadiyah, Amien Rais, memberikan ceramah, Minggu (18/11). (Foto: Sri Sumi H)

Promosi Jalur Mudik Pantura Jawa Makin Adem Berkat Trembesi

SRAGEN—Penasihat Pimpinan Pusat (PP) Muhammadiyah, Amien Rais, melarang warga Muhammadiyah fobia politik.

Pernyataan itu disampaikan pria yang pernah menjabat Ketua Umum DPP Partai Amanat Nasional (PAN) saat memberikan ceramah di hadapan ribuan warga Sragen yang hadir pada resepsi milad satu abad Muhammadiyah di Gedung Kartini, Minggu (18/11/2012).

Pernyataan itu sekaligus menegaskan kader Muhammadiyah boleh terjun ke partai politik. Hanya, dia mengajukan syarat tidak boleh menjadikan Muhammadiyah sebagai ladang berpolitik praktis.

Bahkan Amien secara terang-terangan melarang Muhammadiyah mengeluarkan fatwa mendukung PAN maupun partai politik lain pada pencalonan pemilihan umum legislatif (pileg). Berbeda saat pemilihan umum kepala daerah (pilkada) maupun pemilihan umum gubernur (pilgub), Muhammadiyah wajib memberikan arahan kepada kader untuk memilih calon pemimpin yang memberikan manfaat.

“Silakan membuat rumah sakit, sekolah, universitas dan lain-lain. Tapi jangan fobia politik. Kalau mau mencalonkan diri, keluar dari Muhammadiyah dan masuk partai politik. Itu lebih cantik. Kalau pilkada maupun pilgub, Muhammadiyah perlu mengarahkan karena itu menentukan nasib masyarakat. Siapa yg memberikan manfaat untuk agama, itu harus dipilih,” kata dia saat memberikan ceramah pada acara resepsi milad satu abad Muhammadiyah, di Gedung Kartini, Sragen, Minggu (18/11).

Dia juga meminta kader Muhammadiyah melek informasi dan teknologi modern. Menurut Amien, kemampuan di bidang teknologi dan informasi wajib dimiliki masa sekarang.

Hanya dia berpesan, keahlian itu tidak digunakan untuk melanggar norma agama. Imbauan itu telontar karena dia menyayangkan pemberitaan yang menyudutkan bahkan secara tidak langsung memberikan stempel Islam identik dengan terorisme dan kekerasan.

“Kader Muhammadiyah harus menguasai media dan teknologi. Dunia menyaksikan islamofobia yakni penyakit antiislam yg tidak ada alasan. Supaya tidak bernasib sama dengan negara Islam di Timur Tengah, kita harus berdampingan dengan sesama maupun yang berbeda,” pungkas dia. Sri Sumi Handayani/JIBI/SOLOPOS

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya