SOLOPOS.COM - Panduan Informasi dan Inspirasi

JAKARTA: Partai Amanat Nasional (PAN) secara bulat berkoalisi dengan Partai Demokrat dan siap me menangkan pasangan SBY-Boediono pada Pilpres 2009. Kesepakatan final itu diputuskan dalam rapat koordinasi nasional (Rakornas) yang berlangsung di Libra Room, Hotel Sultan, Jakarta, Selasa (26/5).

“Rakornas juga memutuskan anggota PAN akan mengisi posisi di dalam tim nasional Capres dan Cawapres SBY-Boediono,” kata Ketua Tim Nasional yang sekaligus anggota MPP PAN, Hatta Rajasa, dalam konferensi pers seusai Rakornas. Hatta menjelaskan, Rakornas PAN juga membahas mengenai strategi, dan beberapa hal terkait pemenangan SBY-JK.

Promosi Jalur Mudik Pantura Jawa Makin Adem Berkat Trembesi

“Ada tiga poin kesepakatan,” katanya. Pertama, setiap infrastruktur dan setiap kader PAN harus bertekad memenangkan pasangan SBY-Boediono.Kedua, tidak ada perbedaan lagi mengenai siapa yang didukung dan semuanya tunduk kepada keputusan partai. Ketiga, segera akan ada follow up secara teknis untuk membentuk tim di daerah-daerah serta untuk menjalin koordinasi dengan Tim Nasional.

“Insya Allah kita akan memenangkan Pilpres satu putaran,” kata Hatta lugas. Rakornas PAN berjalan lancar meski tak dihadiri Ketua Umumnya, Soetrisno Bachir (SB) karena masih sakit. Wasekjen PAN Viva Yoga Mauladi mengungkapkan, undangan Rakornas dibuat atas undangan Ketum dan Sekjen PAN. Menurutnya, tidak akan ada masalah jika Rakornas itu tidak dihadiri SB.

Terjerat politik uang
Dalam Rakornas yang digelar, para peserta yang terdiri dari seluruh DPW, DPP, MPP, dan seluruh fraksi PAN di DPR sempat dibuat tercengang oleh pengakuan Ketua Ketua Majelis Pertimbangan Partai (MPP) Amien Rais terkait batalnya Hatta Rajasa menjadi pasangan SBY.

“Sebelum Pak Boediono dipilih, saya mendapat surat tiga halaman dari Pak SBY. Isinya mohon maaf akhirnya memilih calon profesional dan tidak memilih cawapres dari partai,” ujar Amien. Serentak ratusan DPW PAN yang hadir terpana dan terdiam mendengar ucapan Amien. Menurut Amien, setelah mendapat surat itu dirinya
mendatangi SBY.

Namun SBY tetap bersikeras memilih Boediono. “Saya beri beberapa masukan, namun beliau tetap pada pilihannya,” imbuhnya. Amien mengaku, membalas surat permohonan maaf SBY. Tidak hanya itu, kata Amien
dia sempat mengingatkan SBY bahwa saat ini pasangan JK-Wiranto dapat dengan leluasa memakai politik simbol, karena keduanya mampu mewakili Jawa-luar Jawa, dan Islam-nasionalis.

Mantan Ketua MPR ini mengaku jika dirinya disuruh kampanye ke konstituen PAN, maka seolah-olah lidahnya tidak mampu mengeluarkan suara dengan lancar. “Jika SBYHatta mungkin lidah ini lancar, tapi kalau SBY-Boediono lidah saya ini tidak lancar,” ujar Amien yang disambut gelak tawa mayoritas peserta Rakornas PAN.

Namun saat itu Amin menyadari bahwa keputusan SBY tersebut tidak mungkin dapat dibatalkan lagi. Oleh karena itu PAN, meskipun kecewa, tetap harus mendukung pasangan SBY-Boediono karena terikat keputusan Rakernas PAN di Jogja 2 Mei lalu. Bagi Amien tantangan PAN ke depan memang cukup besar. Di matanya, saat ini PAN sudah terjerat politik uang.

“Politik uang yang berdampak destruktif diam-diam telah menyelinap ke tubuh partai kami. Terus terang, ada perkembangan negatif yang membuat kami menjadi gusar dan prihatin,” kata Amien. Menurut Amien, politik uang terjadi saat Pilkada 2009. “Memang bukan rahasia lagi bahwa partai kita ikut terseret lumayan jauh oleh politik uang dan hal ini cukup terlihat pada saat pilkada kemarin baik di tingkat provinsi, daerah, maupun kota,” ujar eks Ketua MPR ini.

Emoh ketemu SBY
Sementara, secara terpisah tim sukses pasangan Capres-Cawapres Jusuf Kalla-Wiranto menilai tidak perlu mengadakan pertemuan dengan kubu SBY-Boediono jika hanya untuk membahas etika kampanye. Juru bicara tim kampanye nasional JK-Wiranto, Yuddy Chrisnandi, mengatakan pihaknya merasa sudah melakukan
kegiatan kampanye secara santun.

“Kami tidak tahu ajakan untuk membahas etika kampanye oleh tim sukses Pak SBY dan Pak Boediono itu persisnya ditujukan kepada siapa,” ujarnya kemarin. Yang jelas, lanjutnya, tim kampanye nasional JK-Wiranto
merasa sudah menjalankan etika dalam berkampanye dan tidak pernah menyerang pihak manapun.

Sebelumnya juru bicara tim kampanye SBY-Boediono, Rizal Mallarangeng mengatakan akan berkomunikasi dengan tim kampanye dari pasangan Capres-Cawapres lain untuk membahas soal etika kampanye dalam Pilpres 2009. Sedangkan dalam sebuah diskusi di Hotel Sultan, Jl. Sudirman, Jakarta, tim sukses Mega-Prabowo mewacanakan di keluarkannya dekrit dalam hari-hari pertama pemerintahannya.

“Misalnya sekolah sampai kelas 9 harus gratis dalam satu bulan pertama, kalau tidak ditutup,” ujar anggota tim sukses Mega-Prabowo, Ganjar Pranowo, Selasa (26/5). Dikeluarkannya dekrit itu, lanjut Ganjar, karena rakyat butuh kepastian dan bukan janji-janji politik. Ia pun memberi contoh Venezuela dan Bolivia yang mengeluarkan 22 dekrit dalam waktu beberapa bulan saat pemerintahan baru terbentuk. “Mudah-mudahan ini akan kita sepakati dan akan dibuat terobosan baru,”katanya.

Oleh Tri D Pamenan
BISNIS INDONESIA/JIBI

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya