SOLOPOS.COM - Filler payudara merupakan salah satu cara memperbesar ukuran payudara (ilustrasi/Freepik)

Solopos.com, SOLO-Tak sedikit wanita kini mulai tertarik dengan prosedur filler payudara. Apakah hal ini cukup aman dilakukan?

Simak ulasannya di tips kesehatan kali ini. Selain operasi plastik, filler payudara terkadang dipilih lantaran sebagian wanita menganggap semakin besar payudara berarti semakin indah dilihat.

Promosi Jalur Mudik Pantura Jawa Makin Adem Berkat Trembesi

Bila saat operasi plastik dokter akan memasukkan implan di sekitar payudara, pada filler payudara dilakukan bius lokal dan tidak membutuhkan perawatan inap atau masa penyembuhan yang lama. Prosedur ini memakan biaya yang lebih ekonomis dibanding operasi plastik. Menurut Monica Indah, dia hanya mengeluarkan biaya sekitar Rp13 juta-Rp14 juta untuk prosedur itu.

Baca Juga: Model Baju Ini Banyak Diminati Di Masa Vaksinasi Covid-19

Namun ternyata wanita yang berprofesi sebagai model ini tidak memetik hasil memuaskan dari filler payudara yang dilakoninya, sebaliknya dia justru merasakan payudara bengkak dan bernanah.

Dikutip dari klikdokter,  salah satu hal yang penting dalam melakukan prosedur filler adalah memilih bahan yang akan digunakan. Bahan yang saat ini sering digunakan untuk prosedur filler adalah hyaluronic acid (HA) yang dapat menghilangkan kerutan dan menambahkan volume pada jaringan lunak. HA tidak menghasilkan zat yang berbahaya seperti protein atau virus, sehingga jarang menyebabkan infeksi atau reaksi alergi.

Meski sudah mulai digunakan bahan untuk filler payudara, saat ini masih terjadi perdebatan mengenai komplikasi yang mungkin timbul dari penggunaan HA tersebut. Suatu studi di Jepang mempelajari penggunaan HA pada 4.000 wanita untuk memperbesar payudara. Akibatnya, terdapat tiga kasus infeksi dan empat kasus dislokasi filler dari hasil percobaan tersebut.

Risiko filler payudara

Angka dari kasus infeksi yang terjadi pada penggunaan filler payudara memang lebih kecil dibandingkan dengan penggunaan implan permanen. Namun, ketika sudah terjadi infeksi, penderita harus diobati dan dirawat untuk terus dipantau.

Jika tidak ada perubahan, filler harus dikeluarkan dan pasien harus menjalani pengobatan lanjutan. Pada beberapa kasus, prosedur ini juga dapat menyebabkan dislokasi filler. Jadi, filler yang seharusnya tetap berada di area suntik bisa berpindah ke area lain. Bila dilakukan di area payudara, bahan yang disuntikkan tersebut bisa masuk hingga ke bagian bawah lipatan payudara.

Baca Juga: Intip Yuk Harga Gaun Aurel Saat Prewedding Dengan Atta Halilintar 

Bila sudah begini, solusinya adalah mengeluarkan bahan filler dan mengulanginya. Meski demikian, hal ini bisa saja terjadi secara berulang.

Pada studi yang sama, wanita yang melakukan filler payudara ternyata mengalami komplikasi lain setelah tiga tahun kemudian, seperti degradasi filler yang lebih dini. Kondisi ini ditunjukkan dengan bentuk payudara yang kencang namun tidak normal dan timbulnya nodul atau benjolan akibat filler.

Filler seharusnya dapat bertahan selama 12-18 bulan. Namun, pada beberapa kasus terdapat beberapa wanita yang ingin melakukan filler payudara kembali dalam jangka waktu 6 bulan setelah tindakan pertama. Hal ini juga bisa sangat berbahaya dan menimbulkan masalah gangguan kesehatan lainnya.

Perlu Anda ketahui, penggunaan filler payudara dapat menghalangi pemeriksaan kanker payudara. Filler dapat membuat penampakan seperti adanya kapsul yang menyelimuti bahan yang disuntikkan. Sehingga, penegakan diagnosis kanker payudara dapat terhambat.

Baca Juga: Pengamat Musik Tanggapi Kekalahan BTS Di Grammy Awards 2021

Sementara Profesor bedah plastik, David S. Perdanakusuma, menegaskan filler memang tidak diperuntukkan pembesaran payudara. Pasalnya, membesarkan payudara dengan filler justru bisa menimbulkan kerusakan jaringan.

Monica Indah mengalamisakit setelah menjalani filler payudara (Istimewa)
Monica Indah mengalami sakit setelah menjalani filler payudara (Istimewa)

Maka itu dalam dunia bedah plastik, pembesaran volume payudara dilakukan dengan implan atau fat transfer.

"Perlu dipertimbangkan kembali penggunaan filler untuk payudara karena jumlah yang digunakan bisa mencapai 200 sampai 300 cc per payudara untuk mendapatkan bentuk bagus, bisa terjadi efek yang kurang baik pada jaringan payudara," terang David seperti dikutip dari detikcom, Selasa (16/3/2021).

Ia menjelaskan, jika terjadi kerusakan pada jaringan payudara, masalah pertama yang timbul adalah gejala infeksi.

"Jaringan merah, nyeri dan bengkak adalah tanda peradangan. Bisa karena infeksi,"  beber David. Lebih lagi jika sudah terjadi infeksi atau nekrosis, bisa terjadi gangguan bentuk. Di antaranya, timbul lubang seperti yang dikeluhkan Monica Indah.

 

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya