SOLOPOS.COM - Foto Ilustrasi membaca Alquran. (JIBI/Harian Jogja/Antara)

Alquran menjadi salah satu cara menekan dampak negatif perubahan sosial

Harianjogja.com, BANTUL — Alquran harus digunakan sebagai rujukan utama dalam mengarungi proses globalisasi. Selain itu, Alquran juga mesti dijadikan rujukan sebagai sumber petunjuk (al Huda) yang tidak kunjung habis.

Promosi Jalur Mudik Pantura Jawa Makin Adem Berkat Trembesi

Hal itu dikemukakan oleh peneliti International Institute of Islamic Thought M.Habib Chirzin dalam kuliah umum, sebagai rangkaian acara Festival Alquran Perguruan Tinggi Muhammadiyah/Aisyiyah (FPTM/A) seluruh Indonesia di Sportorium Universitas Muhammadiyah Yogyakarta (UMY), Rabu (10/8/2016).

Menurut dia, globalisasi merupakan fenomena sosial yang mengemuka dan memberikan berbagai manfaat, yakni manusia dan tempat-tempat dunia telah menjadi semakin terhubungkan satu sama lain. Globalisasi memberikan banyak kemudahan bagi manusia dalam mendapat informasi. Meski demikian, ada dampak negatif dari globalisasi.

“Kemudahan memperoleh informasi tersebut membuat kita lengah dan menggunakannya untuk hal-hal negatif. Salah satu yang menjadi dampak  buruk globalisasi adalah pornografi,” kata dia dalam kuliah umum yang berjudul “Paradoks dan Berakhirnya Globalisasi, Perlu Peta dan Mental Baru Menuju Tajdid Ilmu dan Peradaban”.

Pornografi tampil sangat vulgar, lanjut dia. Adegan kekerasan dan budaya instan yang ditayangkan di berbagai media, adalah bentuk dominasi budaya (cultural domination) dari globalisasi. Yang secara tidak sadar telah merasuk dalam rumah tangga, bahkan kamar-kamar pribadi keluarga.

Untuk mencegah dan mengontrol dampak negatif tersebut, maka perlu mengubah pola pikir yang ada dan kembali menggunakan Alquran sebagai sumber rujukan dan petunjuk.

“Konsep ‘rahmat’ dan ‘busyra’ merupakan kunci yang sangat terkait dengan pemberdayaan masyarakat,” ungkapnya.

Sementara itu Ketua Pimpinan Pusat Muhammadiyah Prof.Yunahar Ilyas menyatakan, kita perlu memahami isi, makna ayat-ayat Alquran. Termasuk mnghafalkan dan mengajarkannya, serta membela bila ada pihak-pihak yang ingin memanipulasi dan menyerang ayat-ayat tersebut.

Menteri Agama Republik Indonesia Lukman Hakim Syaifuddin yang hadir membuka FPTM/A menuturkan, Alquran memang bukanlah buku ilmiah, melainkan buku petunjuk beragama, bermasyarakat dan berbangsa. Akan tetapi, Alquran memberikan inspirasi, dorongan kepada kaum yang berpikir, khususnya untuk membangun ilmu pengetahuan berdasarkan ijtihad atau hasil observasi lapangan. Alquran sengaja tidak memberikan rumus-rumus ilmu pengetahuan secara detail, agar kita berupaya menggunakan karunia akal secara maksimal, untuk menemukan mutiara-mutiara ilmu yang selama ini belum pernah terungkap.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya