SOLOPOS.COM - Ilustrasi petani menebar pupuk. (Antara/Hendra Nurdiyansyah)

Solopos.com, SRAGEN—Alokasi pupuk bersubsidi di Kabupaten Sragen yang diberikan Pemerintah Pusat ternyata jauh dari kebutuhan petani yang tertuang dalam rencana definitif kebutuhan kelompok (RDKK).

Alokasi pupuk urea bersubsidi hanya 52,79% dari kebutuhan dan alokasi pupuk NPK bersubsidi hanya 29,38%. Rendahnya alokasi itu yang membuat jatah petani sedikit.

Promosi Jaga Jaringan, Telkom Punya Squad Khusus dan Tools Jenius

Persoalan tersebut mencuat dalam diskusi ringan yang dilakukan manajemen Pupuk Indonesia (PI) bersama Dinas Ketahanan Pangan, Pertanian, dan Perikanan (DKP3) Sragen, Dinas Koperasi, Usaha Kecil Menengah, Perindustrian, dan Perdagangan (Diskumindag) Sragen, Kontak Tani Nelayan Andalan (KTNA), dan awak media di Rumah Makan Rosojoyo 2 Nglorog, Sragen, Selasa (30/4/2024) sore.

Anggota staf Prasarana dan Sarana Pertanian DKP3 Sragen, Mochtar Arifin, dalam kesempatan itu menyampaikan jumlah petani di Sragen itu sebanyak 102.000 orang yang menyebar di 20 kecamatan yang masuk RDKK.

Dia melihat antara kebutuhan pupuk petani dalam RDKK dengan alokasi pupuk yang diberikan pemerintah jauh. Dia menyebut kebutuhan urea itu 41.974,709 ton tetapi alokasi yang diberikan hanya 22.160,02 ton atau hanya 52,79% atau separuh dari kebutuhan.

Kemudian kebutuhan NPK dalam RDKK itu, kata dia, sebanyak 45.859,922 ton tetapi hanya mendapat alokasi 13.471,76 ton atau 29,38%.

“Alokasi pupuk ini dibagi kepada petani lewat alokasi elektronik (e-alokasi). Jatah pupuk petani per hektarenya juga jauh dari kebutuhan. Untuk urea itu kebutuhannya 275 kg per hektare ternyata hanya dapat jatah subsidi 143 kg. Demikian pula NPK, jatah petani hanya 75 kg per hektare dari kebutuhan 300 kg per hektare. Kemungkinan ada penambahan alokasi lagi tetapi masih menunggu SK dari Gubernur yang nantinya ditindaklanjuti SK Bupati,” jelas Arifin, sapaannya.

Dia menjelaskan musim tanam di Sragen itu serentak sehingga serapan pupuknya juga serentak. Dia mengatakan musim tanam I itu dimulai Oktober sehingga musim tanam I sudah di Oktober 2023 dan menggunakan alokasi di 2023.  Dia mengatakan alokasi di 2024 digunakan mulai musim tanam II sehingga serapannya relatif masih sedikit.

Account Executive PT Pupuk Indonesia, Kurniawan Adi Candra, menyampaikan serapan pupuk dari distributor ke kios pupuk lengkap (KPL) di Sragen untuk urea bersubsidi sektor ketahanan pangan mencapai 10.743,4 ton atau 48,48% dari alokasi setahun. Dia mengatakan serapan NPK bersubsidi sebanyak 6.373,55 ton atau 47,31%.

SM Jateng & DIY PT Pupuk Indonesia, Antonius Yudi Kristiyanto, menyampaikan persentase serapan pupuk bersubsidi sampai di tingkat petani belum bisa diketahui secara pasti karena masih dalam proses verifikasi.

Dia mengatakan data yang bisa diketahui pun merupakan serapan pada Januari sehingga tidak relevan dengan kondisi serapan per April.

Kendati demikian, Yudi menyatakan PT PI menjamin stok pupuk tercukupi di tingkat KPL selama musim tanam sehingga petani bisa mendapatkan pupuk. Dia menyampaikan stok urea bersubsidi di seluruh KPL di Sragen itu sebanyak 2.625 ton dan stok NPK bersubsidi ada 2.200 ton per Senin (29/4/2024).

Dia menyatakan stok it uterus mengalir karena dalam sepekan dipantau dua kali, yakni setiap Senin dan Kamis serta dipantau setiap akhir bulan.

Ketua KTNA Sragen, Suratno, menyampaikan kebutuhan pupuk di tingkat petani sekarang yang paling banyak ada di wilayah Kecamatan Masaran, Sidoharjo, Plupuh, dan Kedawung.

Dia berharap stok pupuk yang ada sekarang supaya dimaksimalkan karena akan ada tambahan alokasi dari Kementerian Pertanian (Kementan). Selain itu, Suratno menyampaikan selain dua jenis pupuk tersebut petani juga masih membutuhkan pupuk organik.

 

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya