SOLOPOS.COM - Dump truk menguruk kolam pasujudan santri luwung Sragen (Sri Sumi Handayani/JIBI/Solopos)

Dump truk menguruk kolam pasujudan santri luwung Sragen (Sri Sumi Handayani/JIBI/Solopos)

Dump truk menguruk kolam pasujudan santri luwung Sragen (Sri Sumi Handayani/JIBI/Solopos)

Solopos.com, SRAGEN — Pemilik Pasujudan Santri Luwung, Padepokan Bumi Arum, Anto Miharjo, menguruk kolam yang diduga untuk kungkum di dekat lokasi yang disebut pasujudan, Selasa (22/10/2013).

Promosi Beli Emas Bonus Mobil, Pegadaian Serahkan Reward Mobil Brio untuk Nasabah Loyal

Lokasi itu dipersoalkan banyak pihak karena dinilai syirik. Banyak pihak meminta lokasi ditutup.

Hasil pantauan Solopos.com di lokasi, beberapa orang mengenakan pakaian sipil diduga santri dari Pasujudan Santri Luwung mengambil beberapa kubah berukuran kecil dengan puncak bertulis huruf Arab dan berbunyi Allah. Kubah berukuran kecil dipasang di dinding mengelilingi lokasi pasujudan. Di sisi lain sebuah dam truk mengangkut pasir uruk keluar-masuk pintu samping Pasujudan Santri Luwung.

Pintu berdekatan dengan pasujudan yang dikeliling kolam. Pasir uruk dituang dari bak dam truk ke kolam. Pengurukan dibantu beberapa santri dari Pasujudan Santri Luwung.

Kolam berisi air berwarna hijau karena lumut itu diklaim sering digunakan kungkum sebelum melaksanakan salat di pasujudan di dekat kolam.

Salah satu ustaz di Pasujudan Santri Luwung, M Suparno, menuturkan pengurukan kolam dilakukan atas perintah Gus Anto –sapaan akrab Anto Miharjo- setelah koordinasi dengan Kapolres Sragen, AKBP Dhani Hernando. Suparno memaparkan mereka bukan hanya menguruk kolam melainkan juga mengambil benda-benda bertulis nama Allah.

“Kami hanya menguruk kolam dan mengambil barang-barang bertulis nama Allah. Hanya pengurukan kolam dan akan kami uruk secukupnya. Selebihnya tidak ada aksi. Kami hanya melaksanakan perintah Gus Anto setelah koordinasi dengan Kapolres,” kata Suparno saat ditemui Solopos.com di dekat pasujudan di sela-sela pengurukan, Selasa.

Suparno juga menampik pendapat orang-orang ihwal pasujudan dan kolam untuk praktik mengarah syirik. Lelaki yang mengaku tinggal di Dukuh Ngloru, Patihan menjelaskan kolam bukan untuk kungkum melainkan mandi tobat. Oleh karena itu kolam dibersihkan setiap 3-4 hari sekali. Dia juga menampik kolam digunakan berendam lelaki dan perempuan setiap kali ritual.

Pasujudan pun digunakan salat setiap malam seperti salat tobat, salat hajat, salat tasbih, istigasah, zikir, tahlil.

Hal senada disampaikan salah satu pengikut Pasujudan Santri Luwung, Pujo Haryono. Mereka berharap langkah Gus Anto dapat meredam konflik sehingga suasana aman terkendali.

“Cuma kolam yang ditutup. Menyesuaikan tuntutan warga. Harapan kami semua aman dan terkendali sambil menunggu fatwa MUI. Kami tidak melakukan hal musyrik dan salat menyembah Allah,” imbuh Suparno.

Kapolres Sragen, AKBP Dhani Hernando, mengungkapkan pengurukan kolam dilakukan Gus Anto dan difasilitasi salah satu organisasi masyarakat (ormas). Dhani berharap konflik berakhir aman dan damai untuk semua pihak.

Dia juga menjelaskan masih melakukan pengamanan di sekitar Pasujudan Santri Luwung. Polres Sragen menyiagakan 200 personel setiap hari.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya