SOLOPOS.COM - Menteri Pertanian Andi Amran Sulaiman (kiri) dan Bupati Sleman Sri Purnomo (kanan) saat menjajal mesin combine harvester di Candisingo, Madurejo, Prambanan, Rabu (2/3/2016). (Abdul Hamied Razak/JIBI/Harian Jogja)

Alih fungsi lahan pertanian di Sleman harus dikendalikan

Harianjogja.com, SLEMAN – Pemerintah di daerah dituntut melindungi lahan pertanian. Alih fungsi lahan pertanian terjadi akibat tergerus proses pembangunan. Kondisi tersebut menyebabkan produktivitas di sektor pangan menurun.

Promosi Pramudya Kusumawardana Bukti Kejamnya Netizen Indonesia

Menteri Pertanian Andi Amran Sulaiman menyatakan, dibutuhkan pemimpin daerah yang tegas untuk menekan terjadinya alih fungsi lahan pertanian.

Ekspedisi Mudik 2024

Kepala daerah, katanya, berperan penting mengeluarkan kebijakan yang melindungi kawasan pertanian dari gempuran pembangunan. Pasalnya, produktifitas pangan terutama padi dalam waktu 10 tahun terakhir, hanya meningkat 6% saja.

“Pemeritah pusat akan mensupport daerah yang mampu meminimalisasi peralihan fungsi lahan pertanian itu. Saya berharap seluruh pemerintah daerah mempertahankan lahan pertaniannya,” kata Amran saat menghadiri panen raya di Candisingo, Madurejo, Prambanan, Rabu (2/3/2016).

Amran mengaku terus berkoordinasi dengan masing-masing kepala daerah terkait upaya meningkatkan produktivitas pertanian. Arman bahkan menargetkan penambahan lahan pertanian seluas 50 hektare jika Bupati Sleman Sri Purnomo (SP) mampu menyediakan lahan 100 hektar lahan pertanian.

“Bupati meminta pemanfaatan lahan mangkrak akibat erupsi Merapi seluas 50 hektar di Cangkringan. Saya penuhi cetak sawah 50 hektare, kalau Pemkab mampu sediakan 100 hektar lahan pertanian,” ujarnya.

Dalam kunjungan tersebut, menteri juga memberikan sejumlah bantuan kepada kelompok tani. Meliputi pompa air, alat panen dan taktor tangan. Amran menjanjikan, segera mengirimkan satu unit alat mesin panen, hand traktor dan pompa air kecil masing-masing lima unit.

“Saya minta alat-alat ini sampai ke petani. Bila tidak petani silahkan datang ke saya semua biaya saya ganti nanti,” janjinya.

Sementara Tuwuh, perwakilan Kelompok Tani “Sedyo Rukun” Candi Singo mengatakan, banyak petani mengalami kendala untuk menggarap lahan pertanian. Salah satunya, kekurangan peralatan pompa air.

“Kami hanya memiliki satu pompa air yang digunakan untuk 29 hektare area pertanian. Pompa itupun hasil swadaya masyarakat dan selama ini kami mengambil airnya dari Kali Opak,” ungkap Tuwuh.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya