SOLOPOS.COM - Sejumlah orang yang mengatasnamakan Aliansi Masyarakat Boyolali Menggugat menggelar demo kenaikan harga BBM di Simpang Lima Boyolali, Senin (12/9/2022). (Solopos/Ni’matul Faizah)

Solopos.com, BOYOLALI — Gelombang unjuk rasa atau demo menolak kenaikan harga bahan bakar minyak atau BBM terus bergulir di sejumlah daerah, tak terkecuali di Kabupaten Boyolali, Jawa Tengah (Jateng).

Belasan orang yang mengatasnamakan Aliansi Masyarakat Boyolali Menggugat menggelar aksi di Simpang Lima Boyolali, Senin (12/9/2022) siang. Di bawah terik matahari, mereka berkumpul untuk melakukan unjuk rasa atau demo kenaikan harga BBM subsidi yang dianggap membebani rakyat.

Promosi Mitsubishi XForce: Stylish untuk Wanita, Praktis buat Ibu Muda

Mereka berkumpul di sebelah timur jalan Simpang Lima Boyolali sambil membawa poster bertuliskan “Harga BBM Naik, Wong Cilik Tercekik”, “BBM Naik Tinggi, Emak-Emak Terdzalimi”, “Tolak Harga BBM Naik”, dan sebagainya.

Salah satu orator dalam aksi tersebut, Tarsono, 46, mengatakan aksi tersebut adalah suatu respons terhadap keputusan pemerintah yang menaikkan harga BBM bersubsidi. Ia menilai kebijakan menaikan harga BBM itu sangat membebani masyarakat kalangan bawah, tak terkecuali yang ada di Boyolali.

“Lagi-lagi, pemerintah sebelumnya maupun sekarang itu alasannya [subsidi] membebani APBN [Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara]. Maka lagi-lagi subsidi dikurangi, bahkan dihilangkan,” kata dia kepada wartawan.

Baca juga: Partai Demokrat Boyolali Tegas Tolak Kenaikan Harga BBM: Lukai Hati Rakyat!

Jika ada pengurangan subsidi, kata Tarsono, seharusnya pemerintah dengan tegas dan jeli menghentikan proyek-proyek tidak produktif. Tarsono menyebutkan proyek-proyek tersebut seperti ibu kota negara baru (IKN). Kemudian, Tarsono juga menyebutkan proyek kereta cepat Jakarta – Bandung yang dibebankan ke APBN.

Lebih lanjut, Tarsono mengatakan aksi demo kenaikan harga BBM di Simpang Lima Boyolali, Senin siang itu sebagai sebuah pemanasan atau titik awal perlawanan terhadap kebijakan pemerintah yang dianggap tidak berpihak kepada masyarakat menengah ke bawah atau wong cilik.

“Harapannya, pemerintah mau mengkaji ulang kebijakan itu. Ditunggu sampai Desember, ketika Desember tidak ada perubahan atau tidak dikaji lagi, insyaallah saya dan masyarakat Boyolali akan lebih besar lagi menggemakan perlawanan terhadap rezim Jokowi-Ma’ruf Amin,” kata dia.

Baca juga: Tegas Tolak Kenaikan Harga BBM, HMI Sukoharjo Demo di DPRD

Tarsono mengaku dirinya adalah pelaku usaha mikro, kecil, dan menengah (UMKM) yang terdampa kenaikan harga BBM jenis solar. Ia menyebut usahanya adalah pengolahan limah dan menggunakan BBM jenis Solar untuk operasional.

Sementara salah peserta demo kenaikan harga BBM di Boyolali dari kalangan ibu-ibu, Yeyen, 52, warga Banyudono, mengaku dirinya mengikuti unjuk rasa karena merasa terdampak. Adanya kenaikan harga BBM, Yeye mengaku harga bahan pokok pun turut terkerek hingga membuat anggaran rumah tangganya membengkak.

“Kami mohon, tolong jangan naikkan harga BBM yang merugikan rakyat. Saya berharap kepada Pak Jokowi dan aparatur negara lainnya untuk mempertimbangkan kembali kenaikan BBM yang menyengsarakan rakyat,” katanya.

 

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya