SOLOPOS.COM - Cover album Starlit Carousel (dok. Frau/Nirmana Records)

Album baru dari Frau menawarkan album dalam bentuk piringan hitam.

Harianjogja.com, JOGJA-Tren piringan hitam kini sepertinya kian diminati oleh banyak musisi. Meski biayanya tak semurah dalam bentuk kepingan compact disc, musisi pun sadar karya-karya terbaik mereka haruslah bisa dipublikasn dalam bentuk yang jauh lebih berkualitas.

Promosi Yos Sudarso Gugur di Laut Aru, Misi Gagal yang Memicu Ketegangan AU dan AL

Salah satunya adalah Frau. Musisi itu resmi merilis ulang albumnya, Starlit Carousel. Diinisiatori oleh Nirmana Records, musisi yang identik dengan Oskar, nama piano digital Roland RD700SX buatan 1990-an itu resmi merilis Starlit Carousel dalam bentuk piringan hitam.

Penggagas Nirmana Record Uji Hahan menjelaskan dalam rilis-ulang kali ini, album Starlit Carousel diproduksi dalam format piringan hitam dengan kualitas suara terbaik. Akan tetapi, album yang diproduserinya itu terbilang spesial. Pasalnya di album itu pihaknya secara khusus menyertakan dua lagu lama milik Frau yang belum pernah dipublikasikan sebelumnya.

“Dua lagu itu masing-masing berjudul ‘Marry Me’ dan ‘Oskar’,” ucapnya saat dihubungi, Kamis (12/2/2015) .

Dikatakannya, lagu itu direkam secara minimalis dengan menggunakan MP3 player. Adapun untuk ilustrasi foto sampul yang digunakan di versi digital di Yes No Wave Music, akan dihadirkan kembali dengan teknik yang berbeda, yaitu lukisan.

Menurutnya, konsep itu adalah semata untuk memberikan nilai artistik yang berlapis. Karya fotografi yang dianggap realistik digambar ulang dengan teknik lukisan yang hyper-realistic. Desain kemasan album ini berwujud sebuah buku bergaya klasik yang terdiri atas lembar-lembar partitur piano, kord gitar dan piringan hitam.Dirinya tertarik untuk merilis ulang Starlit Carousel lantaran ketertarikannya terhadap kualitas bermusik Frau. Menurutnya, Frau dan musiknya memiliki karakter yang unik.

Frau yang bernama asli Leilani Hermiasih itu adalah seorang antropolog muda yang ditempa oleh musik tradisional sejak dini, Ia menciptakan tembang-tembang syahdu dengan aransemen nakal dan lirik yang puitis penuh kejujuran. Menurut Hahan, Frau juga sangat peduli terhadap apresasi pendengar. Ia begitu saja membebaskan karyanya untuk dimainkan, digubah dan dibagikan dalam bentuk ekspresi apa saja. Itulah sebabnya, di dua album miliknya, Frau mendistribusikannya secara bebas melalui unduh-gratis di label berbasis internet, Yes No Wave Music.

Dalam menggarap rilis ulang Starlit Carousel, ia melibatkan beberapa orang yang berkompeten di bidang rekaman piringan hitam. Beberapa orang yang dilibatkannya antara lain Uma Gumma (DJ, aktif di Soundboutique dan Ace House Collective), Adi Adriandi (manajer band, aktif di Kongsi Jahat Syndicate) dan Wok the Rock (seniman, aktif di Ruang MES 56 dan Yes No Wave Music). Sementara menurut Gufi, Manajer dari Frau, ketika dihubungi menuturkan bahwa dalam album itu pihaknya juga menyisipkan partitur lagu.

Menurutnya, dengan dirilis ulang dalam bentuk piringan hitam, ia berharap bisa menyajikan karyanya dalam bentuk yang lebih segar.

“Ini adalah salah satu cara kami untuk menampilkan karya dalam bentuk yang lebih baru dan segar,” tuturnya.

Dituturkannya, Frau akan menggelar konser dalam rangka peluncuran album tersebut pada Sabtu (14/2) malam di Ruang MES 56 Yogyakarta. Sebagai catatan, Frau adalah musisi asli Yogyakarta kelahiran 2 Mei 1990. Setelah menyandang status sebagai lulusan Jurusan Antropologi UGM, ia kemudian mendalami etnomusikologi di Queen University Belfast, Inggris.

Starlit Carousel sendiri sejatinya merupakan album perdana yang dirilisnya 2010 lalu. Tiga tahun kemudian, ia pun kembali merilis album keduanya yang bertajuk Happy Coda.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya