SOLOPOS.COM - Panduan Informasi dan Inspirasi

Budaya Korea memang telah menjadi tren yang lebih berpengaruh dibanding Jepang dan Taiwan. Di Jogja tidak sedikit pula penggemar yang tergila-gila, bahkan menggelar berbagai acara ala Korea.

Meski sudah larut malam, acara Lokakarya Budaya Korea yang digelar Mahasiswa Jurusan Ilmu Budaya dan Pusat Studi Korea Universitas Gadjah Mada (UGM) di Joglo Wisma Jogja, Rabu (8/6) masih ramai. Lima penari Buchaechum (Tari Kipas) tampak mengenakan busana serba panjang berwarna hijau dengan rok merah. Semua menggelung rambutnya tepat di ubun-ubun lalu menghiasinya dengan jepit melingkar, mirip mahkota kecil.

Promosi Kisah Pangeran Samudra di Balik Tipu-Tipu Ritual Seks Gunung Kemukus

Kedua tangan mereka memegang kipas besar terbuat dari bambu berhias kertas berwarna mencolok. Mereka tampil dengan mempesona, ketika kipas dikibaskan membentuk formasi bunga yang memutar dan formasi ombak, penonton bertepuk tangan riuh.

Ekspedisi Mudik 2024

Senyum dari semua penari tak lekang selama pertunjukan berlangsung. Keramahan di sini dikatakan koordinator tari, Febi Elvida sebagai bentuk suka cita sesuai tema Tari Kipas. “Tari Kipas menceritakan keceriaan, kalau sambil cemberut, tarian semeriah apapun akan terasa jelek,” katanya.

Selain Buchaechum, ditampilkan pula tari Hansam, Modern Dance, lagu pop Korea yang sedang naik daun dan pembacaan puisi berbahasa Korea. Acara ini diikuti 30 guru SMA se-Indonesia.

Di kampus, Febi menjadi salah satu pengurus Himahara (Himpunan Mahasiswa Bahasa Korea) UGM. Tiap satu minggu sekali, mereka mengadakan pertemuan dan berlatih tari. “Saya sudah suka sejak dulu. Tidak susah kok belajar tari Kipas, kalau sendiri lebih gampang. Tapi kalau bersama-sama koordinasinya harus bagus karena perlu kerja sama membentuk formasi bunga dan ombak,” akunya.

Tiap tahun, Himahara menggelar Korean Day. Dalam acara ini, semua serba Korea. Mulai dari kostum hingga makanan. “Kami sedang siapkan untuk Oktober mendatang,” ujarnya. Menurut Febi, budaya Korea sedang digandrungi saat ini. Bisa dibuktikan, banyaknya orang yang menggunakan nama samaran ala Korea di akun Facebook dan Twitter. Film versi Korea, Boys Before Flowers, telah terbukti lebih tenar dibanding dua versi sebelumnya buatan China, Meteor Garden dan buatan Jepang, Hana Yori Dango.

Demikian pula dengan musik Korea Pop (Kpop). Di Indonesia hadir grup band ala Korea, Smash yang kini menjadi idola remaja. Baru-baru ini, digelar pula Festival Musik Pop Korea KIMCHI 2011 (Korean Idols Music Concert Hosted in Indonesia) di Jakarta.

Anssi Riana Sari, salah satu karyawati sebuah perusahaan di Jogja mengaku menggilai musik K-Pop sejak dia masih SMA. Tiap kali berhadapan dengan jejaring sosial, dirinya langsung upload lagu Korea terbaru atau mengunduhnya.
“Kalau aku seneng semua budaya Korea, cuma yang paling suka di lagu pop dan dramanya. Aku paling suka grup 2NE1,” kata perempuan yang juga gemar dengan grup band perempuan Bigbang ini.(Wartawan Harian Jogja/Tri Wahyu Utami)

Foto: Tari Bucheachum atau tari Kipas disajikan di Joglo Wisma, Rabu (8/6).(Harian Jogja/Tri Wahyu Utami)

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya